Seorang gadis dengan surai hitam sedang sibuk memainkan smartphone sambil sesekali bersiul kecil ataupun bersenandung, sebelah kakinya naik keatas kursi, terlipat menekuk, lututnya menjadi sandaran pipi chubby miliknya. Tak perduli dengan sekitar, sang gadis masih bersenandung kecil.
"Lalalalala huhuhu~"
Masih dengan santainya sambil sesekali melirik kearah sekitar, hari ini entah kenapa rasanya sangat panas, ah bukan karena matahari siang namun sekitarnya penuh dengan pasangan yang sedang bermesraan, mendecih kecil, rasanya sangat menyebalkan, "Kenapa Baka-Aniki itu malah ingin bertemu di tempat seperti ini,"
"Oh, jadi aku baka ya, Imotou-chan,"
Suara halus namun terdengar menusuk membuat bulu kuduk di sekitar leher Haruhi berdiri, imajiner aura mencekam kehitaman mulai mengerubungi dirinya dari arah belakang, dengan patah-patah Haruhi mencoba menoleh ke belakang dan mendapati kakaknya sedang tersenyum manis.
"A-aniki, hehe,"
Tangan Taki sudah lebih dulu menarik kepala Haruhi dan dengan perasaan kesalnya kedua kepalan tangannya sudah berada disamping kepala Haruhi, dengan gaya memutar nan cepat menekan kepala Haruhi.
"K-kau ini! Sudah pandai bertingkah! Dimana manner-mu?!" Geram Taki dengan kesal sedangkan Haruhi merintih kesakitan.
"G-Give up! Give up, Aniki! Gomen! Sakit!" Keluh Haruhi sambil berusaha melepaskan tangan Taki yang masih menekan kedua sisi kepala Haruhi.
"Nii-san! Bukan, Aniki! Kau bukan pemuda, Haruhi!"
Imej serius yang dimiliki Taki hancur sudah ketika berhadapan dengan adik perempuannya yang satu itu.
"Dakara, give up! Sakit, An--nii-san!"
Seijuurou yang sedari tadi sudah duduk dengan santai dihadapan Haruhi hanya bis amenghela nafas lelah melihat pertempuran yang selalu terjadi bila kedua kakak-beradik ini bertemu.
"Cukup, Taki," kata Seijuurou yang membuat Taki menghentikan gerakannya dengan setengah hati, lalu memalingkan wajah dan menghela nafas dengan tenang, bertemu dengan adiknya sebuah kegiatan pembuangan energi yang sia-sia, dengan cepat merapihkan jas yang sedikit kusut karena gerakannya tadi.
Haruhi mengusap kedua sisi kepalanya sambil terus mengeluh sakit, memang bukan main jika kakaknya yang satu ini sudah melakukan kekerasan berbasis kesalahannya.
"Bagaimana dengan Osaka, Haruhi?" tanya Seijuurou membuat Haruhi yang sedari tadi sibuk mengeluh langsung menoleh dengan mata berbinar.
"Osu! Tottemo good! Banzai!" Kata Haruhi riang, memang selama tinggal di Osaka kehidupannya lebih bebas dan menyenangkan.
"HA-RU-HI," suara Taki memperingati.
Haruhi tersentak kaget lalu tersenyum canggung, "Hehe, ha'i, sangat bagus dan menyenangkan!" Ralatnya setelah mendapat peringatan dari Taki.
Taki hanya bisa menghela nafas lelah dengan kelakukan Haruhi, bukan bermaksud mengekang segala sifat dan tindak-tanduk yang dimiliki Haruhi, namun seberapa dekat mereka berdua dengan Seijuurou, tetap mereka berdua harus menjaga manner, terlebih bagi keluarga Tachibana, keluarga Akashi adalah tuan mereka.
"Baguslah, kau terlihat lebih ceria," komentar Seijuurou sambil menyesap segelas espresso yang sebelumnya sudah ia pesan.
Haruhi tersenyum lebar lalu menoleh kearah samping menatap kakaknya, Taki tersentak melihat senyuman lebar milik Haruhi, baru saja Taki akan membalas, Haruhi sudah mengeluarkan lidah meledeknya, puluhan perempatan imajiner memenuhi wajah Taki yang tersenyum kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate | Akashi Seijuurou.
Fanfiction"Apakah kau percaya takdir?" Tanya seorang anak lelaki kecil matanya menatap tepat menusuk kelereng jernih dihadapannya. "Ung? Twa?" Tanya balik seorang balita, matanya membulat lucu, pipinya memerah natural. Anak lelaki hanya bisa mengulum senyum...