22. Permintaan kecil

214 26 0
                                    

Dibiasakan sebelum membaca vote dulu ya^^


Happy Reading!

Jaemin menatap Mina, "Lo siapa?" Detik itu juga, dunia Mina terasa runtuh. Ia merasa seperti kembali mendapatkan takdir yang sama seperti 11 tahun lalu, saat kecelakaan Mark dulu.

"Jae? Lo ga inget gue?" Mark tau, Mina pasti sangat terguncang mendengar ucapan Jaemin saat pertama kali siuman. Jaemin diam saja, namun tak lama ia tertawa keras dan langsung memeluk Mina. Mina yang sadar dikerjai oleh kekasih nya itu lantas mencubit pelan lengan Jaemin.

"Ga lucu" ujar Mina dengan bibir bergetar, Jaemin tetap memeluk Mina erat, mengelus surai Mina lembut.

"Ada yang sakit?" tanya Mina sembari melepaskan pelukan Jaemin, Jaemin menggeleng. Jaemin menyentuh luka berbalut perban di tangan Mina, "Lo luka?" Mina tersenyum, menangkup wajah Jaemin.

"Sedikit" Jaemin menyeka air mata Mina, kepalanya terasa pusing namun ia ingin terus menatap Mina.

Mark meminta izin keduanya untuk pulang, selain ia yang belum berganti baju, ia juga merasa sangat tak nyaman berada diantara mereka.

***

Mark menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, Mark mengenang saat ia pertama kali dapat mengingat Mina. Rasa nya campur aduk, karena tanpa bantuan atau clue-clue yang Seongwu berikan, ia dapat mengingat sendiri siapa Mina sebenarnya.

Mark menginjak rem secara mendadak, saat tak sengaja melihat seorang gadis yang kaki nya sudah menaiki pagar pembatas sungai han. Mark lantas keluar dari mobil, berlari menyelamatkan gadis itu agar tak melompat.

"Lo gila?!" sulut Mark terpancing emosi, mata gadis itu terlihat sembab, nafasnya terlihat tak karuan. Tak menjawab apapun, gadis itu malah jatuh ambruk memeluk kakinya sendiri dan menangis.

"Ada yang luka?" Mark berjongkok, melihat wajah gadis itu. Wajahnya sangat mungil, bibir nya pun sangat kecil dan tipis, namun hidungnya mancung dengan mata yang tak terlalu sipit. Gadis itu menggeleng, memberi jawaban, namun tetap menangis sesenggukan.

Mark mencoba membujuk nya untuk bangun dan masuk ke mobil. Setidaknya Mark akan mengantarnya pulang, dari pada ia harus meninggalkan gadis itu di jalan dengan kondisi berantakan seperti itu.

"Masuk mobil, gue anter pulang"

"Gue ga mau pulang, gue—mau mati aja" Mark melongo.

"Masuk mobil, jelasin sama gue nanti" gadis itu menurut, ia memasuki mobil Mark. Dalam mobil, untuk beberapa saat keduanya terdiam, Mark memberikan sebotol air mineral pada gadis itu.

"Makasih" Mark menunggu kata-kata itu dari tadi, akhirnya. Mark berdeham, "Jadi, bisa jelasin kenapa lo mau terjun bebas kaya tadi?"

"Gue—gue gatau harus gimana" Mark menyernyit, jika di lihat dari wajah maupun pakaian, sepertinya gadis itu bukan dari kalangan orang tak mampu, berarti bukan masalah keuangan yang membuatnya putus asa.

"To the point, apa yang bikin lo putus asa?" tanya Mark, gadis itu menunduk, air matanya kembali menetes.

"Gue punya segalanya, apapun yang gue mau pasti gue dapetin, tapi kenapa yang satu itu ga bisa gue dapetin?" ujar gadis itu miris, "Apa? Siapa?" tanya Mark cepat.

"Laki laki" Mark diam, ternyata laki-laki masalahnya. "Kenapa?" tanya Mark, lagi.

"Dia nolak gue, demi cewek lain" tangis nya kini memenuhi isi mobil. Mark menghela nafas, ia teringat bagaimana dirinya di tolak demi pria lain.

[1] Unendlieche Liebe [Sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang