🐛HappyReading🐛
.
.
.
.
.Rissa memakai polesan make up sedikit diwajah nya, terkesan natural sih. Pakaian nya bewarna hitam, dengan celana bewarna milo. Tak lupa juga ia memakai kaca mata bulat.
Varo yang akan menyetir nanti, jadi Varo sudah stand by dirumah nya. Ia menghampiri Varo yang sedang bermain dengan adik nya.
"Haii Fandra," sapa nya lalu mencium pipi kanan adik nya. Varo mendengus, "Gue nya nggak."
Rissa terkekeh, "Oh mau tah?" Varo mengangguk.
"Haii kak Varo."
"Tumben pake kak."
"Biasa nya juga gitu."
"Masa."
"Bodo."Siska keluar dengan baju yang sama persis dengan Rissa, yaitu memakai baju bewarna Hitam. Varo geleng-geleng kepala, "Mau pada kemana. Item-item." Siska tersenyum, "Ini tuh lagi berduka." jawaban Siska membuat Varo tertawa.
"Udah siap?" tanya Varo sambil memangku Fandra. Siska mengangguk.
"Bibi ikut nggak?" tanya Siska memanggil Bijum. Yang dipanggil pun, langsung keluar dari kamar.
"Ayo Bu, Udah siap." Bijum tampil berlebihan dengan hijab nya.
Rissa dan Siska saling melirik Bijum, "Mau kemana Bi?"
"ya atuh, mau ikut kepengadilan." Bijum tersenyum malu."Lepas aja syal nya, kan cantik." Bijum menunduk malu lalu melepaskan syal nya.
"Aduh Si non mah, bikin Bijum malu." mereka tertawa melihat tingkah Bijum. Varo juga ikut tersenyum, pembantu dirumah nya sangat kaku terhadap keluarga nya. Jadi melihat keakraban mereka, membuat Varo sedikit iri. Sedikit ya.Mereka langsung pergi kepengadilan terdekat. Hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai sana. Disana juga ia melihat mobil Tio sudah terparkir. Berarti Tio sudah datang. Mereka berlima masuk dan disambut oleh Apa dan Oma nya. Rissa memeluk Oma nya erat. Pelukan nya dibalas dengan usapan lembut.
Ia memasuki ruangan dengan sedikit lambat, Varo yang tau keadaan Rissa langsung merangkul nya. Membuat ia mendongak keatas melihat Varo kemudian tersenyum hangat.
Ditempat duduk nya Rissa terus memerhatikan Siska dengan iba. Lalu melihat Tio sekilas, Tio menunduk dalam-dalam seperti menyesali sesuatu. Ntah apa yang sedang disesali nya. Disebelah sana juga ia melihat Sely dan ibu nya. Ia tersenyum getir, untuk apa mereka hadir. Mereka seolah menanti ini.
Tak disangka tatapan nya beradu dengan Sely. Rissa langsung mengalihkan pandangan nya cepat. Handpone nya getar, ada sebuah pesan dari Sely. Ia melirik Sely sebentar lalu membuka pesan itu.
Sely.
Gue harap lo bisa cepet sembuh, dan dapetin kebahagian yang seharusnya milik lo.
Rissa tersenyum kecut,
Ohh iya kebahagiaan gue kan direbut sama lo. Semoga keluarga lo puas ya. Udah berhasil rencana nya.
Rissa langsung mematikan handpone nya.
Sidang telah usai, Rissa langsung memeluk Siska erat. Hati nya sakit, "Bunda udah berhasil." ujar Siska dengan gemetar. Bagaimana pun, yang meminta perceraian adalah Tio.
"Rissa sayang Bunda." Siska membalas pelukan Rissa, kedua nya terisak. Kedua nya sama-sama meluapkan perasaan. Usai sudah penderitaan yang Tio berikan kepada mereka. Sekarang tinggal mereka harus berjuang berdua untuk Fandra.
Rissa melepas pelukan nya, ia berjalan mendekati Tio yang seperti nya memperhatikan diri nya sedari tadi.
Ia menunduk berusaha tidak menangis dihadapan Tio, tapi gagal ia malah menangis sampai terisak.
Tio memeluk Rissa, "Maafin papih Sayang."
Rissa membalas pelukan itu erat, "Selamat pih."Rissa mendongak menatap Tio, "Rissa sayang papih." Tio menatap Rissa dengan berkaca-kaca, "Papih juga Sayang kamu, yang sehat ya. Doa papih selalu ada buat kamu."
Semua tidak baik-baik saja hanya itu kata yang selama ini bersama dengan diri nya, semua kejadian-kejadian ini tak pernah sama sekali diinginkan nya. Tapi, semua telah terjadi sekarang. Ia kecewa dengan takdir, seolah takdir selalu membuat diri nya terluka tanpa bahagia.
Satu lagi, Rissa harus mulai bersyukur sekarang. Ia harus bangun, tidak boleh seperti ini lagi. Ia harus berjuang bersama Bunda nya. Apapun yang terjadi kedepan nya, ia harus bersyukur. Karena dalam setiap kejadian kelam ini, pasti selalu ada kebahagiaan nanti nya.
Rissa menghapus air mata nya, "Jaga in kak Aldan pih, Papih tau mana yang terbaik buat dia. Satu lagi, papih juga pasti tau apa yang Rissa mau." Perkataan nya diangguki Tio, "Mampir ke kantor kalo lagi bosen dirumah. Ajak Refal juga nanti nya. Papih tunggu ya." setelah mengatakan itu, Tio keluar lalu disusul oleh Sely dan ibu nya. Ia tersenyum melihat itu, papih nya akan segera mempunyai keluarga baru.
"Semoga jadi keluarga bahagia." harapan terakhir untuk Tio.Siska memanggil Rissa, untuk segera pulang. Mereka berpisah lagi dengan Appa dan omma nya.
Didalam mobil, mereka mendengar kan cerita Bijum. Rissa hampir tersedak oleh air liur nya, karena tertawa berlebihan. Varo hanya menanggapi cerita Bijum alakadar nya. Karena perhatian nya difokuskan ke jalanan. Sedangkan Siska ikut tertawa bersama Rissa. Tapi dering ponsel Rissa membuat suasa hening seketika.
Jarang sekali Dania menelepon nya ya, ada apa.
"Ya?"
"Wendy?"
"Oh oke oke, gue cari sekarang."Panggilan langsung terputus.
Dengan kekepoan nya, Siska langsung bertanya, "Ada apa?"
"Wendy, ilang.""What?"
"Seriusly?""Kok bisa,"
"Om Rendri,"Belum selesai bicara, Siska langsung mengangguk.
"Okey, Bunda tau." Siska langsung menelepon seseorang.
Bijum dan Siska turun dari mobil, tidak dengan Rissa dan Varo mereka berdua tetap didalam mobil karena ingin langsung mencari Wendy.
"Temukan Wendy, Bunda mohon. Hati-hati dijalan sayang." ujar nya setelah mencium kening Rissa. Rissa hanya tersenyum hangat. Setelah bebicara Siska melanjutkan kembali menelepon nya.
TBC....
#staysafeindonesia semoga indonesia cepet sembuh ya. Jangan keluar rumah dulu buat sementara. Mending baca cerita Wendy sama Vero.
Jaga kesehatan, jaga pola makan, istirahat yang cukup dan juga jangan lupa olahraga.
#IndonesialawanCovid19
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 [COMPLETED] +Revisi+
Fiksi RemajaMasa revisi. Gue nulis ini Untuk dia kakak senior gue. Sifat-nya benar-benar Gak bisa ditebak. Kadang dingin kadang juga bikin hangat. Tapi, dia selalu bikin kecewa entah itu tindakannya atau pikirannya. Semua yang di lakuin dia selalu salah di mata...