1'

1.2K 35 1
                                    

Sekeliling menatapnya dengan tatapan remeh.

"Liat deh anak itu, jelek banget ya."

"Gendut lagi."

"Heh item kalo jalan tuh liat-liat!"

"Ndut, tolong buangin gue sampah dong."

"Heh item ngapain lo disini? Ini bangku gue, minggir!"

"Jauh-jauh sana ndut!"

"Minggir! Badan gendut lo nutupin jalan."

"Ada gajah jalan, ngerasa ada gempa ga? Hahaha"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hah.. Hah.. Hahh..." Sevara menyeka keringat yang mengalir di dahinya dengan jantung berdagup sedikit kencang. Mimpi buruknya itu sedikit membuat ingatan masa lalunya kembali terulang.

"Hah.. Cuman mimpi." gumannya pelan.

Tok tok!
Seseorang mengetuk pintunya pelan.

Ceklek!
Pemuda tinggi menjulang di dekat pintu kamar gadis itu dengan raut wajah sedikit khawatir.

"Baby, are you okay? Tadi kenapa teriak-teriak?"

Sevara menoleh ke arah pintu, "eh? I'm okay kak, just.. nightmare." jawabnya sambil tersenyum tipis.

"Again?" Sevara mengangguk menyiyakan pertanyaan sang kakak. Karena buat apa berbohong? Kakaknya itu tahu segala tentangnya.

"Okay, sleep again. Mau kakak temenin gak?" tanya sang kakak sambil berjalan ke arah kasur sang adik.

Sevara mengangguk pelan. Karena dia bakal susah tidur lagi kalo ga di temenin.

"Tidur ya, besok hari pertama kamu sekolah." Sevara mengangguk dan memeluk Johnny. Menyamankan letak kepalanya di dada sang kakak.

"Sleep well  ya adik kecilku yang manis." sambil mengusap punggung sang adik.


···

Hari ini hari pertama dia masuk sekolah.

Sevara berjalan di lorong sekolah, dia lagi nyari ruang guru. Mau nanya siswa-siswi di sini tapi dia malu. Tapi dia gapunya pilihan lain selain ngusir rasa malunya itu, karena ga ada kakaknya disini yang bisa bantu dia buat nanya-nanya.

"Eum permisi, ruang guru dimana ya?"

Kedua siswi yang di samperin Sevara noleh dan natap dia dari kepala sampe ujung kaki. Sevara sampe heran sendiri. Apa penampilan nya aneh?

"Oh ruang guru? Itu disana." jawab salah satu siswi itu. Sevara melihat ke arah yang di tunjuk. Disana tertampang papan bertulisan "Ruang Guru" di atasnya.

"Makasih ya." ucap Sevara sambil tersenyum tipis.

Siswi yang menjawab tadi mengangguk, "Lo, murid baru ya?"

"Iya." jawab Sevara seadanya sambil tersenyum tipis.

"Pindahan darimana?"

"Dari Vancouver. Kalau gitu gue permisi ya." Sevara pamit karena dia harus ke ruang guru sekarang.

Tidak peduli akan bisikan kedua perempuan tadi selepas dia berpamitan.

Sevara berjalan ke arah ruang guru, kata kak Johnny dia harus nemuin guru yang namanya bu Maleva.

insecure.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang