ALI
Setelah makan malam selesai, seperti biasa, aku akan menghabiskan sisa jam malamku dengan menonton tv. Sementara Ezi dan sahabatnya pergi ke kamar laki-laki itu. Bahkan aku masih tak mengerti jenis hubungan mereka. Mereka bilang mereka sahabat, tapi kelihatannya tidak seperti itu. Aku bilang mereka sepasang kekasih, tapi mana mungkin Kak Zihra membiarkan anaknya berduaan dengan seorang gadis di dalam kamar. Bahkan kakakku itu sangat memercayai mereka, buktinya justru wanita itu yang menyarankan keduanya pergi ke kamar.
Perlukah aku securiga ini terhadap mereka? Aku tak mengerti mengapa aku sangat penasaran dengan hubungan mereka yang sebenarnya. Padahal jikapun mereka memang sepasang kekasih, itu bukan masalah kan?
Ahh, lama-lama memikirkan itu aku jadi gelisah sendiri. Tv yang sedari tadi menyala malah tak kuperhatikan.
Kucoba untuk kembali fokus pada apa yang tadi kutonton. Sebuah acara berita malam. Biasanya menonton berita seperti ini akan mengalihkan pikiranku dari kepenatan.
Baru beberapa menit aku bisa fokus pada tontonanku, suara tawa menggelegar terdengar dari kamar Ezi. Mereka tertawa begitu keras hingga aku tidak bisa fokus. Setelah tertawa, aku kembali mendengar jeritan gadis itu. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan di dalam sana tapi aku bisa gila jika mereka tidak menghentikan suara-suara itu.
Tanpa sadar aku meremas rambutku saking frustasinya. Dan ternyata Kak Zihra sudah berjalan menyusulku untuk menonton tv bersama.
"Kenapa, Li?" Tanyanya kemudian menaruh secangkir kopi di atas meja untukku.
Aku belum menjawabnya, kuraih cangkir itu dan meminum isinya yang ternyata masih panas. "Awh..." aku meringis merasakan panasnya di lidahku yang kini kelu.
"Pelan-pelan, Li... itu kopi baru jadi" peringat Kak Zihra. "Kamu kenapa sih?"
Aku menoleh kepadanya dan menemukan wajahnya yang terlihat penasaran sekaligus khawatir. Aku baru tersadar, aku bersikap aneh hingga orang lain bisa menyadarinya. "Itu si Ezi sama Jasmine ngapain sih di dalam? Berisik banget" tanyaku.
"Ya maen kali... biasalah" jawab Kak Zihra terlampau santai, ia malah mengatakan itu seolah itu hal lumrah. Apa ia sama sekali tidak terganggu?
"Biasa?"
"Iya, mereka tuh kalo main kadang sampe betantem...tapi abis itu langsung baikan, ketawa-ketawa..kayak tadi"
"Tapi mereka gak wajar deh"
Kak Zihra terlihat tertarik dengan ucapanku, "Gak wajar gimana sih, Li?" Tanyanya.
"Kak, mana ada cewek sama cowok tuh pure sahabatan. Pasti lah salah satunya ada rasa. Terus mereka berduaan gitu, kakak gak takut mereka macem-macem?"
Kak Zihra kemudian tersenyum kecil mendengar ucapanku, "Li, kamu parno banget sih. Gak semua cewek dan cowok yang sahabatan itu kayak gitu ya. Buktinya Ezi dan Jasmine. Mereka itu emang sahabatan dari kecil. Dan kakak gak pernah curiga sedikitpun sama mereka karena mereka masih dalam batas wajar. Kakak malah mengira kalau mereka masih seperti anak kecil. Mainnya aja masih suka berantem-berantem kecil gitu. Ah, ini sih kamu aja yang kelamaan jomblo" katanya panjang lebar.
"Kak, kok jadi Ali sih. Tapi Ali sih gak yakin sama omongan kakak"
"Yah, terserah kamu deh, Li"
Kemudian tak ada lagi diantara kami yang membuka suara karena iklan di layar tv sudah berganti menjadi acara yang sedari tadi kami tunggu. Acara talk show yang sudah jadi langganan kami. Jangan sampai terlewatkan!
Pintu kamar Ezi terbuka, memunculkan dua insan tersebut dengan senyum terpatri di wajah keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...