AKU Zella Anurtika. Siswi dari angkatan kelas dua belas yang tentunya sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Sepertinya kelulusan bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan tangis kebahagiaan tapi akan kemana kita selanjutnya. Percayalah aku tidak termasuk siswi yang pintar apalagi tenar, salah besar. Bahkan namaku ini tidak banyak orang yang tahu. Benar sekali, aku tidak suka mengumbar tentang jati diri.
Namun semuanya sudah berubah. Kedatangan Fajar merubah hidupku total. Yang tadinya tidak pernah sekalipun terjun dalam kehidupan bersosial tetapi kali ini aku seperti dipaksa untuk melakukannya. Untuk mengerti bahwa hidup di dunia tidak cukup dengan berdiri sendiri.
Dibuat sadar betapa buruknya sifatku, akhirnya aku mengaku kalah. Baiklah, kamu sudah berhasil merubah pola pikirku perihal orang sekitar. Jadi, sekarang giliranku, bukan?
"Fajar!" lelaki yang merasa memiliki nama itu menoleh setelah mendengar teriakanku. Kulihat wajahnya datar ditambah kesal. Apa? Kesal? Apa tidak salah? Seharusnya aku yang kesal. Pacar mana yang tidak kesal karena seharian penuh tidak mendapat kabar darinya. Siapa yang tidak kesal?!
"Lo ngapain disini?" tidak kusangka jawaban dia begitu enteng, tidak merasa bersalah pun masih memasang wajah ketidak pedulian andalannya.
Sebelum aku membuka mulutku, suara gelak tawa terdengar menghina disebelah telingaku. Saat aku menoleh, aku melihat Dirma tertawa puas seraya berjalan menghampiri kami berdua.
"Punya pacar juga punya ingatan kalau lo masih berpacaran. Apalagi pacarannya sama Zella." ujar Dirma seusai menyimpan tawa khasnya. Menatap lekat wajah Fajar yang datar.
"Apa sih, Dir? Kok ikut campur urusan orang?" tanyaku marah tidak terima urusan pribadiku dicampuri oleh orang seperti Dirma, Fajar Dirmasukma Septian.
"Gue nggak ada niatan ikut campur, gue cuma mau bikin Fajar sadar. Apa salah?"
Ini bukan yang aku inginkan. Seharusnya aku sedang bertengkar bersama Fajar tapi kenapa malah Dirma yang bersuara?
"Udah ayo kita ke belakang aja." ajak Fajar akhirnya kepada Dirma menuju belakang sekolah tempatnya murid berandalan buronan BK.
Fajar tanpa sedikitpun kasihan kepadaku langsung membalikan badannya dan berlalu pergi. Berbeda dengan Dirma yang masih menyempatkan untuk memandang wajahku yang pastinya sebentar lagi akan berhiaskan air mata.
Sepeninggalan Fajar, aku kembali ke kelasku untuk melampiaskan sakit ini. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi padaku. Karena memang aku dari dulu tidak berniat untuk mencari teman. Dirma? Hanya sebatas teman kelas. Sebenarnya dialah satu-satunya orang yang kuanggap teman dimasa sekolah ini. Teman yang berhasil mendatangkan cintaku untuknya selama 2 tahun tanpa kepastian. Dan kini setelah kami sudah kelas dua belas, Fajar yang termasuk teman akrab Dirma menyatakan cintanya dan kuterima saja. Awalnya dengan hubungan ini aku bisa segera melupakan Dirma. Ternyata semakin lama kami menjalani hubungan ini, cinta yang seharusnya menjadi milik Dirma pada akhirnya direbut oleh Fajar.
Aku tidak mengerti harus bagaimana lagi untuk meyakinkan hati ini agar selalu kuat sampai hari nanti.
Kuhabiskan waktu istirahat untuk menangis sepuasnya di kelas. Kepala kutelungkupkan diantara lengkungan kedua tanganku diatas meja, itulah mengapa orang berpikir aku sedang tidur.
Tiba-tiba saat aku berhenti menangis, sebuah notifikasi whatsapp berasal dari ponsel menginterupsiku. Aku yakin pesan itu pasti dari Fajar.
Fajar : Ada apa?
Singkat, padat, jelas. Jelas menusuk hatiku. Tapi tidak masalah. Aku berusaha untuk mencegah amarahku keluar lagi.
Zella : Jangan bolos
Karena kutahu jika aku membahas apa yang seharusnya aku bahas akan berujung pada kemarahan. Disini aku benar-benar menggunakan apa itu kesabaran.
Fajar : Siapa yang bolos coba?
Fajar : Udah makan?Lihatlah dan perhatikan dengan baik-baik. Dia mencoba untuk perhatian padaku dan berpura-pura seperti tidak ada masalah diantara kami.
Zella : Iya
Fajar : Iya apa?
Zella : Udah deh nggak penting banget
Fajar : Lo marah sama gue?
Zella : Gak tahu
Pesan berakhir dengan dibaca tanpa dibalas. Sakitnya pakai banget. Aku yakin disana Dirma sedang berbicara yang tidak-tidak kepada Fajar. Aku yakin sekali.
Ketika mendengar bel masuk, aku langsung menyimpan ponselku kedalam tas dan merapikan wajahku yang semula kusut menjadi sedikit lebih tenang. Sesederhana itu aku mengakhiri kesedihan.
***
Sepulang sekolah aku membanting tubuh lelah ini diatas kasur empuk, hanya milikku. Setelahnya bayangan tentang bagaimana hari ini berjalan menghantuiku. Bagaimana sikap Fajar yang sangat tidak menghargaiku sebagai pacar sukses mengeluarkan air mataku untuk kesekian kalinya.
Suntuk sekaligus badmood dengan semua hal akhirnya aku memilih untuk mengambil ponselku didalam tas. Kubuka akun sosial mediaku, instagram pilihannya. Tatapanku langsung tertuju pada instastory milik Dirma. Tanpa banyak berpikir kubuka saja dan terlihat dengan jelas sebuah video sedang berputar menampilkan keadaan yang terjadi dibelakang sekolah saat siang tadi. Tepatnya setelah Fajar meninggalkanku. Disitu Fajar sedang asyik bercengkrama dan sesekali melakukan hal konyol yang sukses membuat teman-temannya tertawa keras.
Sebentar.
Fajar menghibur teman-temannya?
Setelah meninggalkan aku?
Fajar bisa sekonyol itu sedangkan ketika melihatku dia sedingin es. Apa itu adil?Entah aku terbawa emosi pun saat itu juga jemariku mengetikan komen dan langsung terkirim.
Beberapa detik kemudian direct messsage dari uname Fdsukma_ membalas.
Fdsukma_ : Kok ketawa haha? Gak nangis hihi aja gitu?
Alisku bertaut tersinggung membaca balasan Dirma.
Zellaanrtk_ : Huruf doang belum tentu gue ketawa juga
Fdsukma_ : Fajar emang gila dari lahir wkwk
Zellaanrtk_ : Iya hehe gue juga sering ketawa kok wkwk
Fdsukma_ : Huruf doang belum tentu gue ketawa juga
DEG
Segera aku bangkit dari rebahanku ketika membaca balasan dari Dirma. Entah kenapa rasanya sakit sekali dengan kata-katanya. Memanglah benar dan memanglah tidak ada yang tahu bahwa hanya kepadaku Fajar hampir tidak pernah bersikap konyol. Sepertinya dia enggan untuk sekedar menghiburku.
Fdsukma_ : Canda doang zel nggak usah baper buset:v
Zellaanrtk_ : Oh iya
Malas untuk memainkan ponsel, aku melemparnya ke sembarang arah. Lebih baik aku mandi agar tubuh yang lelah ini segera pulih. Agar bisa kuat untuk menghadapi Fajar di waktu berikutnya.
-<<FAJAR>>-
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR [Tamat]
Teen FictionTamat Ini kisahku dengan dia. Ini aku yang merasa asing namun diam-diam selalu dicintai. Ini kisahku dengan mereka. Ini aku yang mulai sadar bahwa aku hidup tidak sendirian. Ada mereka yang selalu berusaha menggapaiku meski aku selalu menghindarinya...