Haloo semua
Happy reading ❤️
*
*
*Setelah kepulangan mertuanya ke Lombok Zara dan Angga menjalani hari-hari dengan penuh cinta dan kasih sayang, tapi entah kenapa akhir-akhir ini Zara merasakan Angga sedikit berbeda dari biasanya. Sudah seminggu Angga selalu marah marah gak jelas kepadanya, Seperti sekarang Zara tengah menelpon Angga.
"Halo, assalamualaikum pap. Kamu dimana? Aku mau datang ya ke kantor kamu? Sekalian aku bawain makan siang". Ucap Zara
"Ya. Waalaikumsalam. Udahlah gak usah. Mending kamu urus aja Rey dirumah gak usah pergi kemana-mana tanpa seijin aku. Mengerti?. Lagian aku sudah makan diluar dengan karyawan yang lain. Udah dulu aku mau lanjut kerja. Sibuk." Ucap Angga panjang lebar dengan sedikit meninggikan nada suaranya tanpa membiarkan Zara berbicara.
"Tapi say"...tutt..tutt..tutt.. sambungan telponnya Zara terputus, menatap nanar handphone nya
"Kenapa sih nak papap kamu? Papap kamu berubah, papap udah gak sayang lagi sama mamam. Mamam gak tau harus ngapain sayang". Ucap Zara
Mata Zara sudah berkaca-kaca. Zara tak mengerti kenapa Angga bisa berubah. Sudahlah Zara pusing. Zara akan membicarakan masalahnya dengan Angga nanti setelah pulang kantor saja.
***
Sudah menunjukkan pukul 11 malam tapi Zara tidak menemukan tanda bahwa suaminya itu pulang. Setelah selesai menyusui dan mengganti popok Rey, dan sekarang Rey sudah tidur pulas di ranjang bayinya. Sekarang Zara tengah menunggu Angga. Matanya sudah tak bisa di ajak kompromi lagi sampai ia memejamkan matanya.
Tokkk..tookkk...tokkk
"Zaraa buka pintunya. Aisss kemana dia. ZARAA". Ucap Angga keras, membangunkan Zara yang tertidur di sofa"Iya sebentar pap". Ucap Zara sedikit berlari untuk membukakan pintu Angga.
"Kemana aja kamu? Lama banget". Ucap Angga meninggalkan Zara di depan pintu.
Zara hanya diam melihat sikap Angga yang seperti itu, keinginannya untuk bicara pun ia urungkan. Lebih baik Zara membuatkan minum untuk Angga supaya sedikit tenang.
"Sayang..ini aku buatkan teh". Ucap Zara mendekati Angga yang tengah mengerjakan pekerjaan dengan laptop.
"Aku mau kopi". Ucap Angga tanpa menoleh ke Zara.
"Tapi pap, kamu nanti gak bisa tidur kalo minum kopi". Ucap Zara memberi tahu
Brakkk....
Zara terkejut
Angga menggebrak mejanya marah"AKU MAUNYA KOPI YA KOPI. KAMU NGEYEL BANGET JADI ISTRI. TINGGAL BUAT APA SUSAHNYA. SUDAH LAH AKU CAPEK. TERSERAH". Ucap Angga marahh dan meninggalkan Zara yang menangis
Zara yang jengah dengan bentakan Angga barusan memberanikan diri untuk bicara.
"KAMU KENAPA SIH, HAH? UDAH SEMINGGU SIKAP KAMU SEPERTI INI ANGGA. AKU CAPEK, AKU GAK TAHU MASALAH KAMU ITU APA, SAMPAI KAMU MELAMPIASKAN KEPADA AKU DAN REYNAND. REYNAND ITU KANGEN SAMA KAMU NGGA. DIA SETIAP HARI NANGIS. DAN KAMU? KAMU APA. KAMU GAK PERDULI DENGAN ANAKMU, AKU GAK NGERTI YA SAMA KAMU. UDAH LAH AKU JUGA CAPEK NGGA". Ucap Zara menangis kencang. Lalu mengambil Reynand dan pergi dari rumah dan pulang ke rumah orang tuanya.
Tidak perduli sudah malam ia hanya ingin menenangkan pikirannya saja. Untung saja orang tua Zara tengah berada di Jakarta dengan mudah Zara menemui orang tuanya.
Angga terduduk memijat kepalanya pusing. Dia tau apa yang dia lakukan itu salah. Angga pikir dengan menyembunyikan masalahnya, hubungannya dan Zara akan baik baik saja. Tapi Angga salah besar. Angga tidak menyusul Zara bukan berarti Angga sudah tidak mencintai dan menyayangi istri cantiknya itu. Angga ingin memberikan Zara dan dirinya sendiri waktu untuk menenangkan pikiran masing-masing.
Sampai di rumah orang tuanya. Zara membayar taxi yang ia tumpangi dan turun. Bersyukur masi ada kendaraan transportasi di jam segitu.
"Assalamualaikum. Mamam, papap. Ini Zara". Menunggu beberapa menit Akhirnya ada yang membukakan ia pintu. Zara langsung menangis di pelukan mamamnya.
" Ada apa? Kamu kesini sama siapa? Angga mana?". Ucap mamam Sofia khawatir.
"Mam udah. Ayo nak kita masuk dulu. Ceritakan di dalam saja ya. Kasian cucu papap". Ucap papap Mario, Zara hanya mengangguk.
Mamam mengambil alih untuk menggendong Reynand.
"Ada apa Zara? cerita sama papap". Ucap papap lembut sambil mengelus kepala ananya.
"Angga. Angga pap Angga, dia berubah pap mam, hikss..hiks. Zara gak tau dia ada masalah apa. Hiks, Angga juga bentak Zara tadi saat zara gak mau buatin dia kopi pap. Cuma karna masalah sepele seperti itu Angga ngebentak Zara pap. Hiks...hikss..hiks". Ucap Zara menangis
"Sudah sayang. Mungkin Angga lagi capek aja ngurus pekerjaan nya. Udah ya gak usah nangis lagi, nanti cantiknya hilang loh. Mending kamu tidur ya, udah malam juga". Ucap papap berusaha menghibur anaknya.
"Sini mam, Rey nya". Ucap Zara mengambil Rey.
"Ini zarr, gak usah nangis lagi ya. Tenangin pikiran kamu". Ucap mamam mengelus kepala Zara.
*
*
*
Keesokannya
Zara terbangun karena mendengar suara tangisan Rey yang tidur di samping nya.
Segera Zara mengeluarkan breast nya dan menyuapi ke mulut kecil anaknya sambil menimang-nimang agar tidur lagi."Ya ampun udah pagi aja". Ucap Zara terkejut melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 9 pagi. Zara bergegas menidurkan Rey dan turun kebawah untuk membantu sang mamam.
" Mam, udah selesai masaknya?". Ucap zara yang sudah di bawah. Dan mamam hanya mengangguk
Zara menghela napas nya pelan dan duduk di meja makan sambil menopang dagunya.
Pikiran hanya tertuju ke suaminya yang ia tinggalkan di rumah sendirian.Diwaktu yang bersamaan Angga yang merasa perasaan nya sudah membaik. Memutuskan untuk menjemput Zara dan anaknya untuk kembali pulang.
Mamam memanggil Zara dan membuyarkan lamunan anaknya.
"Zara. Itu ada Angga diluar". Ucap mamam hati-hati.Zara terdiam....
Zara mau gak ya ketemu Angga, dan memperbaiki hubungan nya atau Zara malah ingin berpisah? Tunggu
Ayo dong kasi bintang kecilnya sebelum baca lalu habis baca cus langsung comment. Aku butuh saran dari kalian
Follow aku
IG: @windadwi6
Twitter: windaddSemoga suka
Ilavyou ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT LOVE[SELESAI]
Ficção AdolescenteDia lelakiku, belahan jiwaku, lelaki yang sangat aku cintai. Aku tak tahu bagaimana diriku tanpanya ~ Adhisty Zara Sundari Kusumawardhani. Dia wanitaku, separuh napasku, wanita yang sangat aku cintai. wanita yang selalu menjadi bahagiaku ~ Angga Ald...