"... PILAR-PILAR AKAN roboh. Langit akan runtuh. Dunia kecil ini akan menjadi kuburan kalian."
Sorot matanya nanar, cahaya terpantul dari air yang mulai menggenangi dasar kelopaknya. Napasnya memburu, mendorong keluar teriakan dari leher betonnya yang tak kunjung melemah. Langkahnya kikuk, bumi bergetar di bawah kakinya saat menggempur tanah. Tubuhnya acap kali mencapai batas, tapi amarahnya yang membara melahap semua realitas pengecut itu, menjadikannya bahan bakar untuk tetap stabil dalam kegilaan. Membabi buta kini adalah jalan yang benar, pikirnya, satu-satunya. Darah yang menyembur dari tubuh korbannya langsung menguap hanya dalam sepersekian detik saat menyentuh zirahnya.
Korban?
Ada harga yang mahal yang harus ia bayar untuk membeli keamanan dan kedamaian di dunianya. Darah orang-orang Tarias ... adalah harga tersebut. Beln tahu pasti akan hal itu. Namun, ia tak pernah tahu bahwa orang-orang Tarias tidak tampak lebih berbahaya daripada manusia yang sedang ia perjuangkan. Tak ada yang berbeda di antara mereka kecuali warna kulit dan rambut yang tentu saja tidak pernah menjadi masalah. Apa yang sebenarnya dikhawatirkan oleh raja dan para tetua? Apa yang terjadi kepada para Kesatria Emas lain yang datang lebih dulu dan tak pernah kembali?
"Aku adalah Kronus," jelasnya beberapa saat sebelum kegilaan ini dimulai. Ia adalah satu-satunya yang tersisa dari peradaban kuno nan kelam, kaum raksasa. Trocious adalah sebutannya di dunia atas, setidaknya oleh mereka yang belum lupa. Peradaban yang berusaha menyingkirkan eksistensi kaum raksasa dan sejarah tak menyenangkan itu dari memori mereka.
Dari balik tudungnya mencuat tanduk bercabang bak rusa, di kedua sisi kepalanya sepasang telinga panjang bak iblis. Iris matanya menyala, taring yang menyeringai penuh teror. Tubuh sekeras baja mengintimidasi dibalik rantai dan jubah yang terbuat dari berbagai kulit dan belulang hewan. Dia menjulang setinggi menara jam di kota. Merentangkan lengan kanannya yang memegang tongkat kayu. "Aku adalah penjaga terakhir Tarias!" seru sang raksasa.
Udara terus memanas di antara kabut tebal yang menyelimuti. Alasan dan harapannya makin menipis sementara serangannya makin beringas. Tubuh raksasa sebesar itu kini bersembunyi di balik wujud pria-pria kecil, atau wanita-wanita lemah, atau bahkan anak-anak tak berdosa, Beln tak tahu lagi.
Kesatria Emas akhirnya kepayahan menahan diri, tak kunjung menemukan jalan keluar lain selain jatuh pada skenario keji raksasa itu.
"Temukan aku di dalam wajah-wajah monster suku Tarias yang ingin sekali kalian musnahkan ini!"
Beln menikam seorang wanita tua. Udara tiba-tiba beraroma besi. Suara Kronus berasal dari tubuh itu.
"Ini hanya ilusi!" ucap Beln pada dirinya, memperkuat keyakinannya.
"Kau tetap saja seorang manusia!" seru gadis kecil dari belakangnya.
"Keluarkan aku dari sini, pengecut!" Beln menebasnya tanpa ampun.
"Kau makhluk kecil yang sombong!" ucap seorang kakek terbungkuk di sisi kirinya.
Beln menderu. Satu tebasan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIOS: Trivium
Fantasy(Commencing Deep Reconstruction, baca: bakalan dirombak sampai ke batu pertamanya) Seorang pemuda tanpa ingatan berkalung wajik ditraktir makanan dan diberi nama Albios oleh sekelompok pemburu hadiah setelah berkeliaran tanpa arah di kota super ane...