"Hihihih." Andi mendengar suara seorang wanita tertawa.
"Siapa itu?" tanya Andi. Ia menyapu segala penjuru arah. Kosong. Tiada seorang pun. 'Apa jangan-jangan ... kuntilanak rese itu? Kalau benar, sialan,' batin Andi geram.
Andi mendengar suara samar-samar seseorang tengah memanggil namanya, tapi tak berwujud. Mungkin saja yang manggil itu kuntilanak.
"Aaa...! Dasar kuntilanak rese!" jerit Andi tatkala seorang kuntilanak memeluknya dari belakang.
Andi menepis dan berlari menjauh dari kuntilanak penasaran yang selalu menggangu hidupnya semenjak ia tinggal di villa tersebut. Entah mengapa, langkah Andi serasa begitu lambat. Padahal, ia sudah mengerahkan seluruh tenaganya tuk berlari secepat mungkin.
"Pergilah! Jangan ganggu gue kuntilanak rese!" jerit Andi.
Tiba-tiba, ombak air yang cukup besar menghampiri Andi dari depan. Lantas, Andi pun diam mematung. Membisu. Pikirannya melayang-layang jauh entah ke mana. Ombak yang sebentar lagi akan menyapa itu membuat Andi berpikir bahwa akhir hayatnya akan menghampiri.
"Sebentar lagi, kita akan sedunia," kata kuntilanak itu. Ia tertawa senang.
Andi tak menghiraukan ucapan kuntilanak tersebut. Matanya sedari tadi tak berkedip. Dingin. Tubuh Andi memucat. Ia juga merasakan kuntilanak itu memegang tangan kirinya.
Byur!
Ombak tersebut menyapu segala sesuatu yang berada di depannya termasuk Andi.
Andi porak-poranda minta tolong entah ke siapa. Ia tak dapat berenang dan arus ombak yang menyapunya itu begitu kuat."Tolong gue!" jerit Andi lagi.
"Woy! Sadar woy!" jerit seseorang. Lantas, jeritan tersebut membuat Andi tersadar dari tidurnya.
Andi bingung. Ia melihat Nandra dan teman-temannya yang lain sedang menatapnya kesal. Ia juga melihat Escy yang sedang memegang gayung kosong. Tak lama setelah itu, ia juga menyadari bahwa seluruh tubuhnya basah kuyup.
"Bangun! Dasar anak Pemalas!" seru Escy sambil mengetuk-ketuk bagian alas gayung tersebut.
"Ini sudah jam berapa? Ayo bangun. Nanti kita telat," ucap Nandra sambil menarik Andi dari kasur.
Ternyata, sebuah ombak dengan ruangan tak berwujud dan kuntilanak tersebut hanyalah sebatas mimpi. Andi menghela napas lega. Ia senang karena semua itu hanya mimpi. Ia merasa lega karena kematiannya masih belum menyapa.
"Jadi, semua itu hanya mimpi? Fyuh, leganya," ucap Andi sembari duduk di kasur tersebut.
Lantas, alis teman-teman Andi pun naik sebelah. Bingung.
"Sudah-sudah. Sebaiknya lo mandi sekarang." Nandra menarik tangan Andi hingga ia beringsut berdiri.
"Iya-iya." Andi pun mengambil handuknya dan segera mandi.
Sepuluh menit kemudian.
"Gue udah siap. Ayo kita berangkat," ucap Andi sambil menggendong tas gendong berwarna cokelat itu.
"Lama banget!" ketus Escy. Ia pun segera menuju mobil.
Akhirnya, mereka pun tiba di sekolah baru mereka. Ini adalah hari ke dua mereka bersekolah di tempat tersebut.
Baru dua hari bersekolah di sana, Andi sudah mendapat banyak kenalan, dan kenalannya itu kebayakan kaum hawa. Tak peduli dari kelas mana pun. Escy dan Evril juga mulai akrab dengan teman sekelasnya termasuk gadis berkaca mata yang ditaksir oleh Andi---Tasya namanya.
Nandra dan Aliando jarang bergaul dengan orang-orang baru. Mereka lebih memilih menghabiskan waktu bersama dengan materi ataupun teknologi. Meski begitu, Nandra sudah mengetahui hampir seluruh pelajar di kelas barunya itu. Sementara Aliando merasa bodo amat dengan semua itu. Ia tak perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Misterius (PROSES REVISI)
Tajemnica / ThrillerKematian adalah akhir. Jika kematian telah menyapa, maka berakhirlah kehidupan. Namun, beberapa dari mereka yang telah mati memilih untuk menetap di dunia karena mereka tidak terima akan kematiannya atau karena ingin memenuhi penyesalan mereka. *** ...