Chapter 4

254 200 117
                                    

Dimalam yang di hiasi bintang, sebuah alunan musik sedang mengalun, kala Rama dan teman-temannya sedang berkumpul disebuah cafe

"Ram apa bener, kak Nia tadi nembak lo disekolah?" tanya Bima

"Lo suka ama dia? Ambil aja gue tolak kok" jawab Rama

"Haha mana mau si Rama sama lap pel sekolahan gitu, tapi coba aja bayangin seorang Rama pacaran sama tukang pel" sahut Dava.

"Jangan ngaco lo, masa iya selera gue kaya dia"

"Tapi ngomong-ngomong si Shafa cantik juga ya" ucap Bima sambil melirik ke arah Rama, Bima tau kejadian kemarin saat Rama menolong Shafa

"Apa lo liat-liat gue" kata Rama dengan sinis

"Hm.. kayanya ada sesuatu deh" jawab Dava setelah menyeruput kopinya

"Masa lo gak tau sih, kemarin waktu di supermarket Rama nolongin si Shafa"

"Shafa temennya Anya?"

"Iya, Shafa anak MIPA-3"

"Lo naksir Shafa?" tanya Dava kepada Rama

"Apaan sih kalian, udah yuk cabut, ntar gue-" ucapan Rama terhenti kala ia mendengar suara yang tak asing bagi telinganya sedang menyanyi.

Anya. Didepan sana Anya sedang menyanyi sambil memaikan gitarnya, tanpa Anya sadari Rama dan teman-temannya sedang memperhatikannya sama seperti pengunjung yang lain. Lantunan irama yang dihasilkan oleh gitar yang dibawanya perlahan mengalun, dan dia memejamkan matanya dan mulai menyanyikan lagu
Mungkin Nanti-Noah

'Saatnya ku berkata
Mungkin ini yang terakhir kalinya
Sudahlah lepaskan semua
Ku yakin inilah waktunya

Mungkin saja kau bukan yang dulu lagi
Mungkin saja rasa itu telah pergi

Dan mungkin bila nanti
Kita kan bertemu lagi
Satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
Rasa yang ku tinggal mati
Seperti hari kemarin
Saat semua disini

Suaranya diakhiri dengan petikan gitarnya.
"Thanks semuanya" ucap Anya diiringi dengan senyumnya, lalu kembali ke belakang panggung, dan tentunya tanpa menyadari keberadaan Rama

"Suara Anya bagus juga ya" kata Dava saat pandangan mereka telah tertuju pada minumannya lagi

"Gue baru tau dia bisa nyanyi, gue kira cuma model" sahut Bima yang perlahan menghilangkan negative thinking nya kepada Anya

"Ngapain dia nyanyi di cafe ya?" tanya Rama

"Sejak kapan lo mulai peduli sama dia?" Bima balik bertanya kepada Rama

"Apa jangan-jangan lo udah mulai buka hati buat dia?" Dava memicingkan matanya sambil bertanya

"Gue balik duluan ya, bokap udah nunggu di depan" kata Rama lalu pergi. Memang tadi saat Dava mengajak kumpul, Rama tidak membawa motor ninja kesayangannya, karena dia habis berkunjung ke rumah pamannya bersama papanya.

Sedangkan di luar

"Makasih pak, saya pamit dulu ya" ucap Anya setelah menerima uang dari Pak Budi selaku pemilik cafe tempat Anya menyanyi tadi. Walaupun Om arland tiap bulan tetap mengirimkan uang kepada Anya yang jumlahnya banyak, dia tetap mencari pekerjaan sampingan sekaligus menjalankan hobinya bermain musik, dan sebagian uang om nya dia tabung agar nanti dia bisa menyelesaikan pendidikan di universitas impiannya, walaupun om nya sudah mengatakan akan menanggung semua biaya yang diperlukan Anya selama hidupnya.

Saat keluar dari cafe tersebut Anya tak sengaja melihat seorang pria ber kemeja hitam sedang berdiri sambil menelpon seseorang, tak sengaja, tatapan mereka bertemu, selang 3 detik, Anya langsung mengalihkan pandangannya dan berlari memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya sambil meneteskan air mata. Tak sengaja Rama yang baru keluar dari cafe tersebut melihat Anya yang berlari, ia tak menghiraukan hal tersebut dan langsung menghampiri papanya yang sudah menunggunya.

ANYARA (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang