Stella heran kenapa tidak ada lagi notif chat masuk dari Velan, biasanya sudah masuk. Dan juga kenapa Huda pulangnya telat malam ini.
Hudapun mulai masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Saat ini Stella dan Huda di tinggal berdua ets tenang masih ada mang Sugi sama Bi Sinta ko.
Stella langsung menghampiri bunyi dari degupan dari pintu utama, dan langsung di suguhi dengan wajah Huda yang sangat penuh dengan biru atau lembam di mana-mana.
"Astagfirullah, Abang!" Stella langsung menghampiri Huda yang sudah duduk tergeletak di sofa depan ruang tamu.
Stella mulai manik saat melihat wajah lembam Huda.
Pasti perang, batin Stella.
"Ini lo habis berantem, sama siapa? jujur sama gua!" ucap Stella perlahan menyentuh bekas lembaman di pipi dan di sudut bibirnya Huda, Huda mulai menepis tangan Stella kasar.
"Gak usah sok care deh Lo," ucap Huda mampu membuat desiran hebat di batin Stella, Stella menarik napasnya.
"Urus aja tuh pacar lo, masuk rumah sakit," sambungnya lagi, Stella bingung siapa yang di maksud Huda.
"Siapa? Velan, pacar gua?" tanya Stella yang mulai membersihkan lembam-lembam di pipi Kanan dan kiri Huda.
"Iya, pacar lo kan? mending urusin dia, koma tuh," ujar Huda lagi mampu membuat emosi Stella menaik.
"Ngaco, dia itu bukan pacar gua. Iya gua tau, lo itu sayang sama gua. Tapi lo sama dia cuman salah paham, Abang. Gua ini adik kandung lo, dan lo gak bisa sayangnya kaya pacar lo sendiri, Abang inget kandung sedarah," ujar Stella yang udah gak tahan sama isakan tangisnya, Huda mulai berpikir.
Tangan Stella mulai berhenti membersihkan bekas Lembam Huda, Stella mulai beranjak menjauh dari Huda dan mulai kembali lagi yang sudahlengkap memasang helm kodoknya.
"Lo mau kemana? woi!" jerit Huda, Baru aja mau berdiri udah sakit lagi.
Stella tidak meggubris omongan abangnya dan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit jakarta.
Dengan menaiki motornya sendiri.
"ARRRGHH! Biii!" jerit Huda, Bi sinta langsung menghampiri Huda.
"Iya den?" saut Sinta, yang langsung melihat keadaan Huda.
"Jangan banyak cingcong, jan jangan lapor ke mama ataupun papah. Bersihin!" pinta Huda yang penuh dengan Emosi.
Saat ini Stella sudah menghubungi Alden, dan baru saja Stella menginjkan kakinya di rumah sakit sudah ada Alden yang menungguinya.
"Stella!" panggil Alden, Stella mulai terburu-buru menghampiri Alden.
"Gimana keadaannya Velan?" tanya Stella yang ketahuan banget kalau dirinya mengkhawatirkan keadaan Velan saat ini.
Alden tak menjawabnya, "liat aja nanti, lo bisa masuk ko. Udah di kamar PIV," ujar Alden yang mulai msuk ke sebuah ruangan.
Stella terkejut, di mana-mana di tubuh Velan sudah terpasang selang. Entah penyakit apa.
"Dia penyakit apa? kenapa bisa gini, dan dia juga masih lembam gegara Abang gua," ucap Stella merasa bersalah dengan kesalahpahaman abangnya.
"Gak tau, Kalau lembamnya udah biasa. Kayanya ini paru-paru nya Velan kambuh lagi," ujar Alden, seketika Stella langsung terdiam.
Stella sejak tadi hanya bisa menatap lirih ke arah Velan yang terbaring lemah di brangkas.
"Dulu lo yang paling gak bisa biarin kalau gua sakit, dan sekarang kenapa lo yang sakit gini. Velan," ucap Stella yang udah duduk disamping brangkas tempatnya Velan berada.
Tak lama kemudia, ada seorang perempuan paruh baya masuk ke ruangan Velan. Stella sedang fokus membacakan surah-surah ayat suci al-qur'an di samping Velan.
Velani mulai tersenyum, dia sudah tau kedekatan anaknya dengan gadis yang sedang fokus mengaji di samping Velan.
"Tante," panggil Alden, Velani mulai duduk disampingnya.
Stella pun mulai berhenti dan mulai menoleh ke perempuan yang sering ia temua di kantor sang mama, Rupanya anaknya tante Velani adalah teman kelasnya sendiri.
"Maafin Stella, Tan," lirih Stella yang langsung menangis dan mulai meletakan al-qur'an di atas meja lampu dekat Velan.
"Gak apa-apa sayang, Udah takdir dia. Dan juga, makasih kamu udah bikin hari-harinya Velan bahagia," ucap Velani membuat Stella tersenyum samar di balik cadar berwarna pinknya itu.
"Tapi gegara Abang, wajah Velan lembam dan masuk rumah sakitgini. Stella bakalan lunasin kesalahan abang ke tante sama Velan," ucap Stella yang sudah menangis dari balik cadarnya sambil sesegukan.
"Gak usah ko, Gak apa-apakan ucap tante tadi stella." Velani mulai memeluk tubuh Stella yang cukup lemas ini.
Dan Tia ada pesan untuk jagain anak-anaknya kepada Velani karna teman rekan kerja yang paling akrab.
"Udah-udah, mending kamu pulang aja yuk," ujar Velani. Stella menggeleng, "Stella mau disini aja dulu, Subuh baru aku pulang Tan. Gak apa-apakan?" ucap Stella, yang mau gak mau Velani mengiyakannya.
"Alden pulamg aja ya, Makasij udah kasih tau tante dan jagain Velan," ucap Velani, Alden mulai mengambil jaket jeans nya dan mengangguk paham.
Alden pun pamit kepada Velani dan Stella.
"Alden pulang dulu, Assalamualaikum. Titipin salam Alden ke Velan, Gws," ujar Alden yang sudah beranjak dari ruangan Velan.
"Waalaikumsalam," saut Velani dan Stella. Stella mulai kembali duduk disamping Velan dan melanjutkan bacaan Al-qur'annya.
Sepanjang malam Stella masih melantunkan Ayat suci Al-qur'an sampai hampir subuh tiba.
Velan pov.
Kenapa semuanya menjadi gelap?
Gua tadi habis berantem sama Huda, yang lupa kalau gua gak minum obat paru-paru tadi.
Entah ini lagi ada di mana, semuanya putih ada pohon, ada awan dan ada suara cewek yang lagi ngaji.
Suaranya jauh tapi berasa deket banget.
Gua berasa familiar sama lantunan al-qur'annya, beneran dia? gak mungkin, kenapa bisa ada di sini.
Dan ada cahaya sangat terang, gua mulai menghampiri cahaya itu dan suara itu mulai terdengar jelas.
Sekarang mata gua berbeda lagi yang gua lihat, infus, bau obat dan suara lantunan al-qur'an samping gua.
Gua mencoba menoleh ke sumber suara, dan bener dugaan gua.
"Stee- L- laa!" lirih Gua, Dan gua langsung kaget kenapa tubuh gua banyak selangnya.
Gua kumat lagi?
Dan cewek itu noleh ke hadapan gua, dan dia tersenyum samar dari balik cadar pinknya.
Manis banget, Ya allah.
"Velan? Udah sadar? Beneran?" ujar Stella, entah kenapa gua bahagia dengerin ke yakinan dia.
Dia mulai menghampiri cewek lagi yang satu lagi tiduran, eh itu mamah.
"Tante, Velan udah sadar Tan," ucap Stella bahagia, Mama gua bangun dan langsung menghampiri gua.
"Beneran? Velan anak mama!" ucap Mama gua bahagia juga, emangnya gua berapa lama Koma?
"Mama," panggil gua, Mama mulai meluk gua dan ngecup kening gua berberapa kali sangking bahagianya.
Beda lagi sama Gadis yang berdiri mematung namun senyumnya dia masih belum lepas dari pandangan gua sendiri.
Gua mulai duduk di atas brangkas.
"Stella! sini, meding tidur aja," Entah apa yang merasuki gua, nyatanya dia memang yang ngebangunin dan ngesadari gua dari koma."Lo yang ngaji dari tadi?" tanya gua, yang langsung membuat sorot mata Stella hanya bisa mengangguk.
"Makasih ya," ucap Gua yang mulai tersenyum.
"Buat apa?" tanya Stella entah kenapa dia jadi lemot gitu, mungkin efeknya ngantuk gegara begadang ngajiin gua.
··||··
KAMU SEDANG MEMBACA
VELANSTELLA
Fiksi UmumIni tentang Stella Radhina Reyes. Yang diperebutkan banyak pemuda. Dia Cantik, anggun, sholehah, dan juga sedikit pendiam. Mampu saja membuat banyak pemuda terpesona oleh kemolekan dirinya dan lantunan ayat suci al-qur'an nya. Bagaimana rasanya...