10. Seharian ini

56 10 1
                                    

JASMINE

Aku menutup pintu kamarku. Kutaruh tasku di atas kursi secara asal lalu merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Rasanya hari ini sangat panjang. Tunggu, apa saja yang sudah kulalui seharian ini? Kenapa rasanya berbeda dari hari-hari lainnya?

Kuingat-ingat lagi.

Aku nyaris tenggelam tadi pagi. Namun untungnya penyelamat dingin datang menolongku.

Lalu apalagi.

Oh, aku pulang ke rumah Ezi bersama guru baruku sampai ketiduran di motor saking nyamannya.

Lalu?

Menghabiskan waktuku bersama Ezi di dalam kamar, membahas tentang hal-hal random.

Dan.

Aku kembali diantar pulang guruku sampai rumah. Benar kata Ezi, aku akan sampai dengan selamat jika bersama Pak Ali.

Ya, Pak Ali. Guru baruku itu, si penyelamat dingin. Kenapa keberadaannya hari ini terasa sangat berbeda untukku. Aku jadi teringat bagaimana ia mengijinkanku memeluknya saat di atas motor. Rasanya benar-benar nyaman hingga aku tak kuasa menahan kantuk.

Meski wajah dan nada bicaranya selalu datar dan dingin, bahkan terkesan menjengkelkan, aku merasa kalau Pak Ali adalah pria baik yang layak dipertimbangkan. Pantas saja, setiap pelajarannya di kelasku, para gadis selalu berbisik-bisik tentangnya. Tentang wajahnya yang tampan lah, tentang rahangnya yang tegas lah, tentang rambutnya lah, tentang tubuh atletisnya, atau bahkan tentang status single nya. Kenapa mengingat itu aku jadi sebal ya. Hingga tanpa sadar aku mengerucutkan bibirku.

Hih, teman-temanku pasti akan kaget jika aku bilang kalau aku sudah dua kali dibonceng oleh pria itu. Oh, apalagi kalau kutambahkan kalau aku memeluk pria itu sampai ketiduran. Pasti mereka akan heboh. Secara, di grup kelas saja tiada hal yang mereka bicarakan selain Pak Ali lagi, Pak Ali lagi.

Tapi tidak. Aku tidak mungkin membagikan hal itu pada teman-temanku yang jelas-jelas tertarik pada Pak Ali. Bisa-bisa aku dihujat. Dan lagipula, aku tidak mau menarik perhatian dengan berita itu. Tidak penting juga kan.

Atau memang penting.

Karena kenapa aku tidak bisa menghilangkan bayang-bayang pria dingin itu dari kepalaku. Kenapa malah muncul terus-terusan bayangan ketika aku dibonceng olehnya. Atau bahkan ketika di meja makan. Disaat ia menyodorkan gelas untukku. Lalu bagaimana dengan saat ia membukakan helmku? Saat itu posisi kami sangat dekat hingga aku baru sadar kalau harum tubuhnya berbau seperti cookies. Dan semakin diperparah ketika bayanganku dalam gendongannya saat ia membawaku ke ruang kesehatan menari-nari dalam kepalaku? Bagaimana ini?

Aiih, kenapa pula. Sebenarnya ada apa denganku. Ini bukan kali pertama aku berdekatan dengan lawan jenis. Bahkan sahabatku seorang laki-laki. Seharusnya ini menjadi hal biasa bagiku. Tapi kenapa sulit menganggap jika hari ini kulalui dengan biasa saja?

Karena memang tidak biasa.

Pak. Ali, pria itu. Sedang apa ia sekarang?

- - -

ALI

Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah. Di ruang keluarga masih ada Kak Zihra menonton tv, ditemani Ezi yang duduk di sampingnya. Tak ada niatan bergabung, akupun segera melangkahkan kakiku menuju kamar.

"Li?" Panggil Kak Zihra membuatku menghentikan langkahku dan menghadapnya.

"Iya?"

"Mana makanannya?"

Makanan?

"Eh iya, Bang. Tadi katanya mau beli makanan. Mana?" Timpal Ezi kemudian membuatku mengingat sesuatu.

Sial. Kenapa aku bisa lupa. Aku beralasan mencari makanan saat keluar tadi dan sekarang aku pulang dengan tangan kosong? Sudah patut dipertanyakan.

Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, tabiatku keluar kalau sudah gelagapan begini. Mana mungkin aku jujur akan niatan awalku keluar rumah?

Aku mau mengikuti Ezi dan Jasmine.

Begitu?

Kan tidak.

"Ehh....itu tadi tutup tokonya" kataku akhirnya setelah mendapatkan ilham.

Kulihat Kak Zihra dan Ezi mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapiku.

"Yaudah, Ali ke kamar dulu" ujarku berbasa-basi dan tanpa menunggu jawaban mereka, aku kembali melangkahkan kakiku menuju kamar.

Baru saat aku hendak meraih kenop pintu, Ezi bertanya padaku, "Jasmine udah sampe dengan selamat kan, Bang?"

Ih, anak ini pikir aku akan apakan sahabatnya itu? Hm...sahabat ya.

"Iya, tenang aja" balasku kemudian benar-benar masuk ke dalam kamar.

Kuhela napasku. Tak terasa hari ini berlalu dengan cerita-cerita baru. Dengan Orang-orang baru. Bahkan, aku merasa jika hari ini nenjadi lebih ringan dari hari-hariku sebelumnya. Padahal, aku tetap melakukan kegiatanku seperti biasa. Apa karena gadis itu.

Gadis yang baru saja kuantarkan pulang. Gadis yang mengaku hanya sahabat keponakanku. Gadis yang setiap kali ia mengatakan itu, aku seperti tidak nyaman. Makanya aku selalu mengorek kebenaran di antara mereka. Aku juga tidak mengerti mengapa aku melakukan itu. Tidak biasanya.

Tiba-tiba aku mengingat rasa pelukannya di pinggangku. Terasa hangat dan nyaman. Tanpa sadar aku memegang pinggangku yang tadi dipeluknya.

Apa perasaan yang kurasakan adalah hal yang wajar?

Sudah lama sekali rasanya aku tidak merasakan ini lagi. Dan perasaan ini sebenarnya tak pernah muncul setelah itu. Baru kali ini. Kurasakan lagi.

Dan itu karena gadis kecil yang wajahnya bisa sangat menggemaskan dan menggoda disaat yang bersamaan. Makanya aku tak pernah lelah menggoda gadis itu dengan pertanyaan yang sama hanya karena ingin melihat wajah kesalnya.

Aneh.

Melihat matanya yang membesar, atau bibirnya yang mengerucut saat kesal bisa dengan mudah membuatku senang. Karena wajahnya akan menjadi sangat lucu berkali kali lipat di mataku ketika itu.

Melihat kedekatan muridku itu dengan keponakanku sendiri membuat sedikit ketidaknyamanan dalam diriku. Dan itu sangat aneh. Aku tidak suka perasaan ini. Perasaan dimana aku sendiri tidak tahu, perasaan macam apa ini.

Terakhir kali aku merasakan ini, bertahun-tahun yang lalu, dan yang kudapatkan adalah rasa sakit. Apa ini akan berakhir sama?

Tanpa sadar gadis itu juga membawa kembali memori yang tadinya sudah pudar dalam ingatanku. Karena kemiripan gadis itu yang 80% dengannya.

Kenakalannya.

Wajahnya.

Dari sekian wanita dan gadis di dunia. Kenapa harus gadis kecil itu. Muridku, Jasmine.

Tidak, ini tidak boleh terjadi. Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi lebih lama lagi.

Jangan lagi, Ali.

♡ ♡ ♡ ♡

Haii...maaf baru update jadi aku bakal kasih next chapter way earlier :)

XoXo

Teach Me How To Love You RightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang