Sendiri Saja Dulu

5.3K 524 110
                                    

Kehilangan sesungguhnya bukan saat dia tiada. Tapi ketika sosoknya ada namun terasa jauh

-Assalamualaikum Ketua Rohis-
La_Tahzan27

-----

Aku tipe manusia yang tidak bisa terlelap saat ruangan bercahaya terang. Dulu ketika Ayah membangunkan aku tidur maka dia akan membangunkan dengan panggilan sayang dan sabar menunggu aku bangun. Tetapi jika Bunda yang membangunkan aku tidur maka Bunda tak perlu mengatakan satu huruf pun, Bunda akan langsung menyalakan lampu kamar ku dan seketika mata ku terbuka lebar. Bunda ku memang instan.

Cahaya hari ini mengusik aku dari tidur. Bukannya bangun aku justru menenggelamkan diri di bawah selimut untuk kembali merasakan gelap. Tapi satu hal yang aku sadari tiba-tiba. Jika aku belum bangun menyalakan lampu tapi mengapa sudah ada cahaya yang menyapa? Hal ini membuat aku spontan duduk keluar dari rasa nyaman di bawah selimut.

Lampu kamar ku masih mati dan saat mata ku melihat ke arah jendela rupanya dari situlah sumber cahayanya. Tirai jendela yang tidak sempat aku gelar sebelum tidur.

Di luar sudah terang apa berarti ini sudah pagi? Hai, mengapa aku begitu bodoh akhir-akhir ini.

"Tidak!" Jerit ku.

Rey, mungkin kamu sedang menempuh perjalanan untuk segera ekspayer sebagai menantu. Kemarin pulang malam lalu weekend hari ini justru terlambat bangun. Segera hilangkan impian mu menjadi menantu berbakti, Rey. Rasanya ingin aku bully diriku sendiri.

Tanpa sikat gigi, cuci muka, bahkan menyisir rambut aku segera turun kelantai bawah. Mama pasti sudah di dapur. Jam di atas pintu kamar ku sudah menunjukkan jam 7 pagi. Maka pasti mama sudah selesai memasak.

"Ma" panggil ku tiba-tiba membuat Mama kaget. "Reyna saja yang lanjutkan pekerjaan Mama" kata ku dengan mata terus berkedip karena sangat tidak nyaman belum cuci muka.

Mama tertawa. "Sudah selesai kok"

"Reyna minta maaf yah, Ma. Reyna kesiangan bangunnya"

"Iya ngak masalah. Mama tau kamu capek selalu belajar. Tapi sudah shalatkan?"

Aku menggeleng. "Halangan, Ma" kata ku. Ini yang jadi faktor aku terlambat bangun.

Karena semalam aku baru bisa tidur jam 1 subuh dan saat alaram shalat subuh ku bunyi aku cuman mematikan alaram lalu kembali tidur. Tapi aku benar-benar masih ngantuk subuh tadi.

Mama mengangguk mengerti. Ia kemudian kembali melanjutkan memasukan masakan kedalam wadah. Aku mencuci wajah di wastafel lalu menghampiri Mama untuk membantu.

"Reyna bantu apa, Ma?"

"Bantu bawa masakannya ke taman belakang, Rey. Papa lagi mau sarapan di sana"

"Piknik pagi" kata ku. Pantas saja pagi ini aku belum melihat Papa duduk dengan koran di meja makan. Ternyata Papa sedang ada di taman belakang.

Aku mengangguk mengerti lalu menyusun makanan dalam baki agar tidak terlalu repot membawanya. Saat aku ingin keluar Mama tiba-tiba bertanya, "Semalam tumben kamu ngak belajar, Rey. Raka lagi malas jadi guru?" Tanya Mama yang tidak tau ingin aku jawab apa.

Aku menelan air liur terlebih dahulu. Tenggorokan ku tercekat. Prinsip sejak dulu berapapun usianya saat menikah urusan rumah tangga tetap menjadi urusan bersama pasangan. Aku hanya ingin kami mandiri dalam menyelesaikan masalah.

"Raka juga capek, Ma" hanya itu jawaban ku kemudian pergi.

Setelahnya aku membawa baki ke taman belakang. Saat aku sampai pandangan ku tidak sengaja terarah kepada Raka yang sedang menutup toples pakan ikan. Ia jongkok di dekat kolam. Sementara gadis kecil kesayangannya mencelupkan kelima jarinya dalam baskom. Aku tebak Raka menguras kolam ikan dan Qeiza sedang bermain ikan di baskom itu.

Assalamualaikum Ketua Rohis (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang