Part 26

639 23 16
                                    

First kiss. Apa yang mengawali ciuman pertama? Hubungan? Kedekatan? Kebetulan? Atau suasana?

Saat ini aku sedang tidak bisa menjawab pertanyaan itu aku dan shani sedang bersatu. Bibir kami dengan lembut bertemu. Mata tertutup, badan saling berdekatan dan tangan saling menggenggam. Di atas karpet itu, kami pertama berciuman. Waktu terasa terhenti. Rasanya satu satunya benda yang ada di dunia ini cuma bibirnya.

Shani menggenggam kerah bajuku, dan mundur selangkah. Senyum tipisnya menghiasi wajahnya yang manis. Aku membalas senyumannya.

"Gak jadi makan?" bisik shani lembut
"Please... Jangan tanya itu sekarang" bisikku sebelum meraih bibirnya kembali. Pertemuan bibir kami kembali menghentikan waktu. Walaupun mata kami tertutup, yang terbayang di kepalaku cuma shani. aku meraih badannya untuk naik ke pangkuanku. Kupeluk badannya dan kurasakan hangatnya. Kepalanya terkulai, telinga kami berdua bertemu.

"Kenapa gak dari kemaren kemaren...." bisik shani
"Ssst..." bisikku yang ingin menikmati suasana.
"Lo jangan pulang malem ini.... Please" pintanya dengan nada memohon "Temenin gue"

Dan kami pun tenggelam dalam ciuman yang dalam.

Satu masalah telah terpecahkan, menelpon gerai makanan cepat saji memberikan solusi pada kelaparan. Namun rasa gundah dan rasa ingin memilikinya butuh solusi lain.

Aku memeluknya erat tanpa suara,tanganku melingkari perutnya. shani telah melepas jaket dan celana jeans nya dan menukarnya dengan celana pendek rumahan. aku masih berpakaian lengkap seperti tadi. kami berpelukan di atas kasur, dikelilingi oleh kardus kardus berisi pakaian dan benda lainnya shani berbisik memohon.

"Jangan tinggalin gue malam ini..."
"Gak bakal"
"Jangan lepas..."
"Gak bakal"
"Lo tau rasanya dicium sama lo kaya apa?" tanyanya.

Aku menggeleng

"Rasanya kaya familiar kaya rumah" bisiknya dengan nada manja aku makin erat memeluknya, memberinya kehangatan sebisaku.

Kami tertidur malam itu dengan indah tanpa seks, tanpa nafsu, semuanya seperti diatur dengan sempurna, dari mulai pertemuan pertama, obrolan pertama dan semua hal yang terjadi sampai saat ini. Semuanya terasa begitu tepat dan aku terbangun dengan bau yang familiar. Rokok.

"Hei.. Pagi.." bisik shani di antara tumpukan kardus
"Lo ngoroknya parah banget ya..." celetuknya ringan sambil memasukkan berhelai-helai baju ke lemari aku berusaha duduk dan melihatnya.

"Gak papa gitu baju-baju lo kena asep rokok?" tanyaku dalam kantuk
"Santai aja... Paling ntar dimarahin Mbak rachel..." jawabnya cuek

"Makan yuk, dah jam 11 ini" ajaknya
"Bentar, baru bangun kok langsung jalan, gak pake mandi dulu apa..."
"Ngapain pake mandi? kayak orang-orang di Kokas tau aja kita udah mandi apa belom..." senyumnya lucu

Dan akhirnya kami pun berangkat makan berdua, dengan pakaian yang semalam. Dari parkiran, sampai memilih restoran, kami lakukan dengan bergandengan tangan. Tak sedikit yang memperhatikan kami dan kami berdua pun tak peduli. Rasanya semua waktu dan tempat tersedia untuk kami miliki hari minggu paling bahagia untuk kami berdua.

Pulang ke apartemen sore itu terasa lebih lega kini rasanya aku siap untuk menghadapi apapun. Rasanya lengkap.

"Tuh kan" veranda menyambutku di pintu apartemen
"Kenapa lo disini mulu sih ve.." sinisku
"Nginep di tempat shani kan?"
"Iya"
"Jadi resmi nih?" tanya boby dari belakang
"Ya ampun......" kagetku
"Gila..." geleng boby

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang