PART 7

196 26 2
                                    

Jimin bangun dalam kondisi terburuknya. Kepalanya terasa pusing, badannya lemas, ditambah lagi lambungnya terasa nyeri karena belum makan seharian.

Semalam, pemuda itu baru bisa tidur pukul 3 dini hari, kemudian terbangun pukul 6 sore. Beruntung hari ini dia libur. Jika tidak, Namjoon pasti sudah meneleponnya sejak pagi.

“ Aku tidur lama sekali,” sahut Jimin turun dari tempat tidurnya.

Dengan kaki terseret, Jimin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia terkejut saat melihat pantulan dirinya di cermin. Kondisinya benar-benar tidak manusiawi membuat Jimin buru-buru masuk ke bathub dan berendam di air hangat yang masih terisi sedikit.

“ Kenapa dia ada disini?” tanya Jimin sambil membasuh wajahnya.

Sejak pertemuan dengan Taehyung, Jimin terus bertanya-tanya. Kenapa pemuda itu ada di kota ini? padahal jelas-jelas Jimin ingin menghindarinya. Dia sengaja pergi menjauh dari kota kelahirannya karena tidak ingin bertemu dengan cinta pertama sekaligus orang yang sudah membuat kehidupannya di sekolah hancur.

“ Takdir? Hah! dasar bodoh!” Jimin mengacak-acak rambutnya yang basah.

Setelah itu, dia buru-buru membersihkan diri karena perutnya mulai terasa sakit. Perutnya harus segera diisi, jika tidak ia akan menginap di rumahsakit seperti sebelumnya. Namjoon sampai marah-marah karena pegawainya itu sama sekali tidak mendengarkan perintahnya untuk makan teratur. Setelah kejadian itu, setiap kali Namjoon datang ke cafe, hal pertama yang ia tanyakan adalah “ sudah makan belum?” atau “ siapa yang belum makan?”. Jika ada pegawainya yang menjawab belum, maka dia akan otomatis memesan makanan.

“ Oh... Jungkook-ah! Baru pulang?” tanya Jimin saat dia keluar rumah untuk membeli makanan.

“ Eh? Ah, em... i-iya,” jawab Jungkook gugup. “ Hyung, mau keluar?” tanyanya kemudian.

“ Em, aku lapar.” Jimin mengelus perutnya.

“ Ah... ini... Namjoon-hyung baru membawakanku makanan. Kalau tidak keberatan, ki-kita bisa makan bersama.” Jungkook menunjukkan tas kecil ditangannya.

“ Tapi itu ‘kan untukmu?”

“ Sebenarnya tadi aku sudah makan tapi Namjoon-hyung memaksaku untuk membawanya.”

“ Apa, tidak apa-apa??”

“ Kalau hyung tidak mau, biar nanti aku buang sa—”

“ Ja-jangan!!!” Jimin langsung menyergap tas kecil di tangan Jungkook. “ Sayang kalau dibuang,” katanya sambil tersenyum.

Kemudian, “ mau makan bersama?” tanya Jimin menunjuk pintu apartemen Jungkook.

Jungkook menganggukkan kepalanya. Keduanya segera masuk untuk makan bersama.

“ Huwaaahhh... selera bos soal makanan memang nomor satu,” kagum Jimin saat satu persatu kota makanan terbuka. “ Bos Namjoon yang masak?” tanyanya dengan sumpit menempel di bibir. Dia terlihat tidak sabar untuk menyantapnya.

“ Tidak mungkin. Dapur itu tempat terlarang baginya, jadi mustahil dia yang memasak ini.”

Jungkook menaruh gelas minuman di depan Jimin. Kemudian, ia duduk di lantai berhadapan dengan Jimin. Di depannya sudah tersedia berbagai macam makanan yang siap disantap.

“ Benar juga. Dia hobi memecahkan barang. Ah, apa dari dulu dia memang begitu?” tanya Jimin. “ Selamat makan...” sahutnya kemudian. Ia mengambil potongan daging ayam yang diberi tepung di hadapannya. “ Wah, enak...” komentarnya.

“ Ya, dari dulu memang sudah begitu. Sejak kami tinggal bersama, dia mungkin sudah memecahkan lebih dari seratus gelas.”

“ What?!”

Jungkook terkejut dengan reaksi Jimin. “ Iya. Belum termasuk piring, vas bunga, televisi bahkan laptop dan alat elektronik lainnya.”

Tepuk tangan Jimin membuat Jungkook terkekeh.

“ Kakakmu itu, jjang!”

“ Ya, dia memang yang terbaik.”

Mata Jimin yang semula tertuju pada Jjajangmyeon di depannya kemudian menelusuri wajah Jungkook.

“ Dulu waktu SMA, kau pasti sangat populer. Banyak perempuan yang menyukaimu... walaupun kau bilang tidak tapi aku sangat yakin kalau kau populer,” kata Jimin dengan mulut penuh.

“ Ti-tidak. Aku benar-benar tidak populer.”

“ Aku tidak mempercayaimu.” Jimin menunjuk Jungkook dengan sumpitnya.

“ Jimin-hyung yang lebih populer dariku.”

“ Aku? dengan tampangku yang standar ini? yang benar saja. Aku bahkan tidak punya teman,” jawab Jimin kembali memakan jjajangmyeonnya.

“ Kenapa hyung tidak punya teman?”

Jimin menghentikan kegiatan makannya. Ia menaruh sumpit diatas piring. “ Menurutmu?” tanyanya kemudian.

“ Aku tidak tahu, makanya aku bertanya.”

“ Sudahlah... tidak usah membahas masa lalu.” Jimin kembali menyuap mie di hadapannya.

“ Hyung... kenapa hyung berhenti menari?”

Jimin tersedak mendengar pertanyaan Jungkook. Dengan sigap, Jungkook mengambil air minum untuk Jimin.

“ Kenapa hyung selalu tersedak saat mendengar pertanyaanku? Apa pertanyaanku terlalu mendadak.”

“ Iya!!” seru Jimin. “ Kau itu benar-benar... kenapa selalu menanyakan sesuatu yang... ah, sudahlah.” Jimin kembali meminum air-nya.

“ Maaf,” sahut Jungkook.

Tatapan Jimin tertuju pada Jungkook yang tengah menyuap ayam goreng.

“ Darimana kau tahu soal itu?”

“ Eh? Ah, aku pernah melihat Jimin hyung menari di ruang kaca saat pulang sekolah.”

Jimin menepuk dahinya. “ Jadi yang ada di ruang kaca saat itu, kau?”

“ Heh?”

“ Aku hanya pernah menari sekali di ruang kaca sekolah. Saat menari aku sempat merasa ada seseorang yang memperhatikanku. Aku keluar ruangan dan melihat seseorang berlari pergi. Hanya sempat melihat punggungnya,” jelas Jimin. “ Jadi itu kau?”

“ Ah... iya,itu aku. Maafkan aku... aku tidak bermaksud mengintip.”

“ Lalu? Kau sempat membuka pintu ruangan ‘kan? kalau bukan mengintip lalu apa?”

“ Waktu itu aku tersesat.”

“ Ha?”

“ Saat upacara penerimaan siswa baru, kami disuruh pergi ke ruang kelas masing-masing... aku ada di toilet saat teman-temanku pergi ke kelas dan aku tidak ingat jalan menuju kelas. Aku tersesat dan sampai ke ruang kaca. Aku melihat siluet orang menari dari jendela makanya aku membuka ruangan itu. Aku terpesona dengan tarian Jimin-hyung dan sempat menonton sebentar disana sampai Jimin-hyung menyadarinya kemudian aku kabur.” Penjelasan Jungkook membuat Jimin tertawa.

“ Aku terlalu fokus sampai tidak sadar ada seseorang disana,” kata Jimin.

“ Tarian Jimin-hyung sangat indah. Saat itu aku berharap bisa melihatnya lagi tapi...” Jungkook tidak meneruskan perkataannya. Dia menatap Jimin dengan ekspresi sedih. “ Apa Kim Taehyung yang membuat Jimin berhenti menari?”

Tubuh Jimin membeku mendengar pertanyaan Jungkook. Lagi-lagi pertanyaan mendadak diajukan pemuda yang lebih muda 2 tahun darinya itu.

“ Aku tahu rumor tentang Jimin-hyung. Aku juga sudah tahu soal hyung dan Kim Taehyung.” Jungkook meneruskan kegiatan makannya yang sempat tertunda.

“ Ternyata aku lebih populer darimu.”

“ Sudah kubilang hyung itu lebih populer daripada aku.”

Suasana berubah sepi. Hanya terdengar suara televisi yang sedari tadi menyala, juga suara sumpit dan piring yang saling beradu. Setelah selesai makan, Jimin menawarkan diri untuk mencuci piring tapi ditolak oleh Jungkook. Pada akhirnya, Jimin pamit kembali ke apartemennya.

“ Hyung,” panggil Jungkook saat Jimin tengah memakai sandalnya. “ Apa hatimu masih terbuka untuk seseorang??” tanya Jungkook.

Jimin menyunggingkan senyum. “ Tidak. Aku sudah berjanji untuk tidak lagi mencintai seseorang. Aku juga tidak mau dicintai siapapun.”

“ Hyung takut merasa tersakiti lagi?”

“ Tidak ada seorangpun yang mau disakiti. Kau juga 'kan?” Jimin memaksakan diri untuk tertawa.

Pemuda itu melambaikan tangannya pada Jungkook yang berdiri mematung di depan pintu.

Setelah Jimin keluar, Jungkook menghela nafas panjang. “ Sepertinya tidak ada kesempatan untukku,” gumamnya.

XXX

" JIMIN-AAAH!!!" Teriakan Hoseok terdengar ke penjuru cafe.
Si pemilik nama otomatis menengok -mencari sosok yang memanggilnya.

" Hoseok-hyung kena-WAAA!!!" Jimin berteriak kaget saat Hoseok tiba-tiba menyeret lengannya.

Akhirnya keduanya berhenti di halaman belakang cafe. Hoseok menatap Jimin dengan tatapan serius.

" Kenapa kau tidak bilang kalau Kim Taehyung ada disini juga?!"

Jimin terkejut mendengarnya. " Darimana hyung tahu?"

" Aku melihatnya semalam...di game center!! Awalnya aku pikir bukan dia tapi setelah aku amati... benar! Itu Kim Taehyung!! Kau tahu 'kan dia ada disini?! Aku yakin kau sudah tahu!!" Hoseok menggoncangkan tubuh mungil Jimin.

" Hyung... tenang..."

" Bagaimana mungkin aku bisa tenang!!! Kau kemari karena ingin menghindari orang itu 'kan? Tapi kenapa dia ada disini sekarang??!! Dan kenapa selama ini kita tidak tahu kalau dia ada disini?!"

Jimin melepaskan genggaman tangan Hoseok dari pundaknya. Kemudian, " hyung baru kemarin datang ke game center 'kan? Sebelumnya belum pernah 'kan?"

" Ah, iya... Jihyo kemarin mengajakku ken--AAHH!!! BUKAN!! jawab dulu pertanyaanku!!"

" Jawabannya ada di jawaban hyung tadi."

" Eh? Jihyo mengajakku kencan?"

Jimin memutar bola matanya. " Kim Taehyung itu suka ke game center dan dia tidak suka kopi. Wajar kalau kita tidak tahu dia ada disini. Kita tidak pernah ke game center dan seharian kita di cafe."

Hoseok menganggukkan kepalanya. " Benar juga."

" Sudahlah hyung... tidak usah membahasnya lagi."

" Aku hanya khawatir padamu."

" Soal apa?"

" Kau tau... aku merasa sangat takut saat melihatmu menangis waktu itu. Aku tidak mau melihatmu menangis lagi. Apalagi gara-gara orang itu."

Jimin tersenyum menatap Hoseok.

" Hyung, aku sudah bilang padamu 'kan? Aku tidak akan pernah menangis lagi. Aku sudah besar sekarang... aku tidak mau terlihat lemah karena oranglain. Apalagi gara-gara Kim Taehyung."

" Kau sudah tidak mencintainya lagi?"

" Tentu saja tidak! Aku hanya masih mengingatnya. Wajar 'kan? Dia cinta pertamaku... Hyung juga tidak bisa melupalan Jihyo 'kan? Sampai-sampai hyung mengejarnya sampai ke kota ini. Mengajakku pula!!"

" Sssstttt!!! Jangan keras-keras!" Hoseok membungkam mulut Jimin. Menyuruhnya untuk diam.

" Ada apa ini??aku mendengar seseorang memanggil namaku?" Jihyo tiba-tiba muncul membuat Hoseok salah tingkah.

" Ti-tidak kok... tidak ada yang memanggilmu."

" Benar??" Jihyo menatap curiga.

" Benar... sudah ayo bekerja lagi!!" Hoseok mendorong tubuh Jihyo untuk masuk kembali ke dalam cafe.

Jimin terkekeh saat melihat Jihyo yang masih terus mengintrogasi Hoseok. Pemuda itu menggeliat, meregangkan otot tangan, pinggang dan bahu. Setelah pemanasan singkat, ia kembali ke dalam cafe.






THANK YOU YANG UDAH VOTE..
SENENG BANGET KARYAKU TERNOTICE WALAUPUN SEBENERNYA NGGAK BAGUS BAGUS AMAT YAK HEHEE....

AKU MERASA GAK PD PAS UP KARYAKU DI WP TAPI BEGITU DI UP DAN LIAT ADA YANG BACA, SENENG PLUS TERHARU BANGET. JADI TAMBAH SEMANGAT BUAT NULIS...

THANK YOU SEMUANYA
LUV YA ♡♡

NEXT BAKAL ADA NAMJIN HIHIII
..

[ONGOING] OUR FIRST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang