"Jika pertemuan yang sudah Allah tentukan membawa kita untuk masuk kedalam kehidup masing-masing lebih jauh. Maka, karna Allah akan aku terima takdir itu."
_Clara Azzahra_
***
"Felly, kamu tunggu sini bentar ya,"
Titah Ara pada Felly, kini mereka sedang berada dirumah sakit, seperti biasa. Dan selalu, ketika Felly ikut tentu Felly akan diminta untuk menunggu dikursi tunggu. Felly pun hanya mengiya'kan saja.
"Asalamualaikum, Dok,"
Ucap Ara sembari memasuki ruangan yang sudah tidak asing baginya. Ia mendapati seseorang dengan setelan khas dokter sedang duduk dikursi kebesarannya.
"Wa'alaikumussalam,"
"Dokter kenapa panggil Ara kesini?" tanya Ara sembari duduk didepan Dokter Ali. Dokter Ali membenar'kan posisi duduknya menjadi tegap.
"Emm..begi--" ucapan Dokter Ali terhenti begitu saja ketika sebuah suara menyelanya. Siapa lagi jika bukan Ara. "Sebelumnya Ara mau tanya,Dok!"
Dokter Ali menghela napas kasar sembari menyenderkan bahunya dikursi. Lalu ia mengakat dagunya seperti mengisyaratkan kata 'apa'.
"Dokter siapanya R-rey?" ucap Ara dengan menunduk, ia gugup ketika menyebut'kan nama lelaki yang kini menjadi calon suaminya itu.
Sedangkan Dokter Ali? Ia membelalak kaget. Tak lama ia tertawa renyah. Hal itu membuat Ara mendongak sembari menggigit bibir bawahnya. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri.
"Di--" lagi, ucapan Dokter Ali terhenti. Bukan karna Ara, melainkan karna ada seseorang yang masuk. Sontak Ara dan Ali pun menoleh.
Ara terkejut bukan main. Orang itu ialah lelaki yang baru saja dirinya dan Dokter Ali bicarakan. Dokter Ali menatap Ara dengan tatapan menggoda Ara karna Rey datang. Dokter Ali terkekeh melihat Ara semakin menunduk seperti itu.
"Dia siapa ente, Li?"
Rey berjalan mendekat. Ara semakin gugup, ia terus menunduk, ia terus saja meremas-remas ghamisnya. Sedangkan Dokter Ali? Masih setia tertawa.
Dokter Ali menghentikan aksi tawanya, ia menarik napas sejenak lalu berkata "calon istri ane,"
Deg.
Tiga kata itu berhasil membuat Rey juga Ara melotot, bahkan kini tatapan mereka berdua bertemu, hanya empat detik mereka langsung mengalihkan tatapan mereka.
"Bercanda doang sih," ucap Ali dengan santai tanpa menatap Ara maupun Rey. Rey tak perduli dengan itu, yang ia sangat ingin tahu mengapa Ara dimari?
"Kamu sedang apa disini?" tanya Rey pada Ara dengan datar, Ara gugup, ia Tak bisa jujur tapi ia pun sulit untuk berkata bohong.
Ara menatap Dokter Ali sejenak, Dokter Ali pun menatap Ara. Dokter Ali tahu maksud tatapan Ara.
"Duduk," jawab seseorang dengan logis. Bukan Ara melainkan Ali.
"Ane pergi dulu, silahkan lanjut!" ucap Rey dengan nada sinis, ia berjalan keluar dengan lancar tanpa ada yang mencegahnya.
"Dokter apa sih?" tanya Ara kesal dengan Ali. Ali hanya terkekeh saja.
"Memang dia siapa mu, Ra?"
Mendapat pertanyaan itu membuat otak Ara kembali memutar memori tentang khitbahan lelaki itu. Dengan menarik napas perlahan ia menjawab.
"Calon suami saya!" tegas Ara dan membuat Ali membulat sempurna. Sontak Ali melempar bolpen tepat dikepala Ara, membuat sang empunya meringis.
"Kalau gitu dia berhak tau atas penyakitmu, Ara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Ya Kamu[Selesai]
Novela Juvenil[SELESAI] "Aku mencintaimu karna Allah. Maka, biarlah hanya Allah saja yang akan memisahkan kita kelak. Dan, aku berharap Allah mempertemukan kita kembali di Jannah-Nya". --Jodohku Ya Kamu--- (SPIRITUAL-ROMANCE) *** HARAP TINGGALKAN JEJAK B...