Angga memarkirkan mobilnya di sebuah warung, warung nasi pecel yang menjadi langganannya setiap hari. Tak ada rasa bosan meskipun memakan menu yang sama setiap harinya, sang penjual yang cantik menjadi penyebabnya.
"Pagi A'," sapa Ria, senyum merekah dibibir merahnya menyambut kedatangan Angga.
"Pagi, Neng," balas Angga, tak lupa dia juga membalas senyuman Ria.
"Sarapan biasa 'kan, A'? Minumnya apa?" tanya Ria.
Angga tengah sibuk memperhatikan lekuk tubuh Ria, membandingkan dengan milik Alea. Postur tubuh Ria memang lebih besar, tetapi Angga yakin Alea lebih montok berisi dibandingkan Ria. Ukuran dadanya pun berbeda, mungkin milik Ria jika digenggam hanya pas setelapak tangannya saja.
"A', minum apa? Si Aa' mah, melamun," rajuk Ria, sedikit kesal karena tanya berulang-ulang. Namun, tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda tampan di depannya itu.
"Minum apa!" ulang Ria sedikit ketus.
"Susumu," jawab Angga, spontan.
"Ih si Aa', masih pagi juga." Tangan Ria tergerak menutupi dadanya.
"Maaf, es susu coklat, Neng."
Angga segera meralat ucapannya, jujur ia sangat-sangat tidak sengaja. Angga meminta maaf kepada Ria, sementara Ria hanya menganggapnya gurauan saja.
Nasi pecel beserta es susu sudah tersedia, Angga menikmatinya dengan lahap. Nasi pecel milik warung ini sangatlah nikmat, apalagi makan sambil ditemani gadis cantik. Membuat napsu makan Angga semakin meningkat.
Angga membayar makanannya, tak lupa ia memberi sedikit tips untuk Ria. Selalu seperti itu, ia tidak mengambil kembalian dari sarapannya. Bagi Angga, rejeki yang ia dapat ada sebagian rejeki orang lain menumpanginya.
"Terimakasih A'," ucap Ria semringah, Angga menganggukkan kepalanya. Lalu, membawa mobilnya ke pelataran tempatnya bekerja.
Ponsel Angga berdering ketika ia akan masuk ke dalam ruangan miliknya, panggilan dari Alea. Kening Angga berkerut, yang ia tahu gadis itu tadi pamit untuk tidur.
Alea meminta izin kepada Angga, hari ini dia akan ke kampus. Mengurus beberapa keperluan sebelum aktif menjadi masasiswi. Angga mengiyakan ucapan Alea, dia berpesan agar adik sepupunya untuk berhati-hati di kota yang baru dikunjungi gadis itu.
"Jangan pulang kemalaman," pesan Angga sebelum Alea menutup sambungan telepon mereka.
"Iya, Kak. Paling sore aku sudah sampai rumah," balas Alea.
Angga memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya, memilih masuk ke dalam ruang kerjanya. Seharian, Anggaakan habiskan waktunya di ruangan tersebut.
"Sudah ya," ucap seorang pemuda berjaket hijau, khas pengemudi ojek online. Menghentikan motornya di depan sebuah rumah minimalis bergaya modern, dengan warna dominan coklat.
Alea masih bertahan di atas boncengan motor sport itu. Ia melepas helm yang bertengger di kepalanya.
"Masih kangen," rengek Alea manja, seharian bersama tak membuatnya puas. Ia masih ingin berlama-lama bersama pemuda di depannya ini.
"Besok lagi, ini sudah malam." Diputar tubuhnya menghadap Alea, dia usap dagu Alea. Kecupan lembut mendarat di bibir tipis milik Alea yang terasa manis, hampir saja ia kulum jika Alea tak mendorong dada pemuda itu untuk menghentikan perbuatannya.
Alea tidak ingin terjadi sesuatu yang lebih di tempat ini, di kompleks perumahan Angga.
"Mmmhh, malu. Jangan di sini."
Pemuda itu mengangguk, meskipun dihati masih ingin berlama-lama menikmati bibir Alea.
"Kak Dio pulang ya, aku mau masuk," ucap Alea, mengakhiri pertemuan mereka hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lea & Angga 21+
RomanceAlexa dititipkan oleh kedua orang tuanya ke Bandung, di rumah Angga - Sepupu Alea. Semua dilakukan kedua orang tua Alea agar sang putri tak terjerumus dalam pergaulan bebas yang tak terkontrol. Mereka rasa tinggal dengan Angga adalah pilihan yang te...