Empat belas bulan yang lalu, Razel tak sengaja bertemu dengan sang ayah di kota yang dipijaknya saat ini. Lebih lagi, ternyata saudaranya yang lebih dulu ia temukan juga mengetahuinya. Saudaranya, sedang merencanakan suatu yang buruk untuk ayahnya. Saudaranya mencoba merobohkan perusahaan dan membuat ayahnya gulung tikar. Saudaranya ingin sang ayah jatuh sejatuh jatuhnya.
Mengetahui rencana itu membuat Razel tak tinggal diam. Ia ingin membantu saudaranya. Ia mencari cepat informasi tentang ayahnya. Pertama yang lelaki itu dapat, Ardan tinggal di daerah perumahan elit. Kedua, pria itu mempuyai usaha baru yang membuat saham Dewanta Grub menanjak. Ketiga, pria itu sedang sakit-sakitan dengan komplikasi penyakit berat.
Seminggu setelah memperoleh informasi ketiga, Razel langsung mendatangi rumah Ardan. Razel berusaha meminta maaf pada ayahnya yang semakin tua dan kurus dan duduk di kursi roda, tapi tak melunturkan ketegasan pada wajahnya yang khas sejak dulu.
Hari itu permintaan maaf Razel atas satu kesalahannya di masa lalu tak diterima. Razel tak menyerah begitu saja. Nyaris setiap hari lelaki itu datang menjenguk sang ayah, memberi perhatian yang menunjukkan jika ia adalah anak yang baik. Anak yang menyesal. Sampai akhirnya apa yang diusahakannya membuahkan hasil. Satu bulan kemudian sang ayah memintanya untuk tinggal serumah.
Razel tinggal bersama sang ayah hingga lima bulan. Setelah itu Razel pindah ke apartemen karena diperintah untuk menggantikan posisi Ardan sebagai pimpinan tertinggi Dewanta Grub. Pria itu tak sanggup lagi bekerja karena sakitnya semakin memarah. Pria itu mempercayai Razel untuk menyetir semua usahanya ketimbang istrinya yang setiap hari semakin menunjukkan hasratnya ingin menguasai harta. Beruntung kursus satu bulan yang dijalaninya sangat membantu. Dan jabatan itu membuat Razel akhirnya bisa kembali mempertanggung jawabkan ucapannya pada Ralissa.
Suara langkah kaki merisaukan pikiran Razel. Ia kontan menyembunyikan syal hijau muda kesayangannya kembali pada tas kerja setelah beberapa menit menggenggam dan memandanginya, menyatukan pada dua barang kesayangannya yang lain. Tiba saat pintu terbuka, Razel menggeram karena yang datang hanyalah office boy yang sedang mengantarkan minuman dan camilan untuknya.
Tak menikmati minuman dan camilan yang baru datang, Razel bergegas pergi ke toilet. Ia ingin membasuh wajahnya dengan air segar, tetapi panggilan masuk dari Ardan mengurungkan niatnya.
"Hallo."
"Ke sini."
"Sekarang, Yah?"
"Iya. Kamu Ayah liburkan khusus hari ini."
"Iya. Makasih, Yah."
"Ayah tunggu."
Telepon diputus oleh Ardan. Razel seketika merubah ekspresinya. Sejujurnya lelaki itu tidak senang tentang diliburkannya hari ini atau pulang lebih cepat. Tentu saja lelaki itu tak suka jika harus bertemu dengan Ardan. Namun, tidak ada pilihan lain selain menemuinya jika rencananya nanti ingin sukses.
Razel melakukan tujuannya yang sempat tertunda. Selesainya lelaki itu keluar dari toilet, kembali ke ruang kerjanya untuk memunguti berkas-berkas penting. Semua berkas itu Razel masukkan dalam tas kerja. Sesaat memastikan tak ada yang tertinggal, Razel berlalu dengan mantap.
Selang dua puluh menit lelaki itu tiba di depan rumah mewah bergaya modern tropis milik ayahnya. Seorang penjaga berseragam putih hitam membukakan pagar, membuat Razel memasukkan mobilnya ke pekarangan, lalu turun usai mematikan mesin mobil. Razel beranjak masuk rumah, menemukan Ardan di ruang tamu. "Yah," sapa lelaki itu sembari melempar senyum lalu duduk di samping ayahnya. "Ada apa, Yah? Ayah sehatan 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FOREVER R
Romance"Aku dan kamu adalah kisah tak sempurna." -------- Razel Ardeo Dewanta. Nama dan bayang wajahnya tak akan pernah Ralissa Azalea lupa. Pemilik senyum terbaik, tapi sendu. Seorang yang membuat Ralissa lebih mengerti arti kata "kasih". Seorang yang men...