Chapter 7: aksi Rey

671 73 9
                                    

"Apa yang sudah ku dapat, tak akan ku lepas semudah itu saja! Bila kalian ingin mendapat'kannya, maka tak semudah itu ku biar'kan"

_Hasan Arreyan_

***

"Tapi lewati dulu tantangan dari saya, Tuan Andi!"

Andi tersenyum licik. Ia menatap sinis kearah Rey, sedang'kan yang ditatap tetap santai dan tersenyum penuh arti.

Ara, Felly bahkan ummi Fatma dan Abi Arif dibuat bingung oleh Rey juga Andi. Seolah-olah mereka sedang memperebut'kan seorang bidadari. Tapi bagi keduanya mungkin memang Ara adalah bidadarinya.

"Silahkan!"

Tantang Andi yang merasa diremeh'kan oleh Rey. Rey melebar'kan senyumnya. Rey mengambil ponselnya yang berada didalam saku celananya, ia mengotak-atiknya sejenak, lalu tersenyum picik dan menatap Andi.

"Bukan maksud saya bagimana-bagaimana, saya hanya meminta anda..."

Ucap Rey menggantung, sekilas ia melirik Ara, Ara yang juga menatap Rey kini ia menunduk, Rey kembali menatap Andi.

"...membaca'kan surat favorit Ara!"

Jedwer.

Andi tercengang. Matanya membulat sempurna. Napasnya terasa tercekat. Rey yang melihatnya tersenyum mengejek. Sedangkan abi Arif dan ummi Fatma heran melihat reaksi Andi.

"S--su--sur--" ucap Andi gugup, namun belum kelar ia berbicara Rey sudah menyelanya. "Surat. Iya surat, tepatnya surat Ar-Rahman,"

Ucap Rey sembari melirik Ara ketika menyebut'kan nama suratnya. Ara kaget. Bagaimana Rey bisa tau surat favoritnya itu?

"Silahkan baca melalu ponsel saya bila tidak hafal, Tuan,"

Ucap Rey sembari menyerah'kan ponselnya pada Andi, tetap, tetap dengan senyum liciknya. Walau dalam hati, Rey terus saja beristigfar agar tak terlalu emosi dan tidak menyakiti hati Andi.

Andi menerima ponsel Rey dengan gemetar. Rey yang merasa'kannya pun sedikit terkekeh. "Tidak perlu tegang, Tuan. Biar nanti disimak oleh abi,"

Abi Arif hanya mengangguk saja. Andi kini dilandang kebingungan, bahkan ia pun begitu asing dengan huruf-huruf tersebut, iqra pun ia tak lancar, jangan'kan lancar tau saja tidak.

"Silah'kan nak Andi!"

Titah abi Arif lembut, Andi hanya mengangguk kaku. Perlahan bibirnya mulai terbuka.

"Bi-biiss--bissmii--llahh..."

Bibirnya itu hanya mampu melolos'kan kalimat basmalah, itu pun dengan terbata-bata dan gugup.

"Apa anda bisa, Tuan?"

Rey kembali bersuara, Andi gugup, kini dirinya benar-benar diremeh'kan oleh Rey. Andi akhirnya menggeleng tapi, bibirnya berucap 'bisa'. Andi menggeleng berkali-kali sembari berucap 'bisa'.

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang