Decitan pintu terdengar sangat pelan di susul dengan masuknya sesosok pria berwajah dingin memasuki kamar yang terlihat kosong. Langkah kakinya membawanya perlahan masuk semakin dalam dengan satu tangan di belakang mencoba menutup pintu kembali.
Aura tatapan tajamnya menelisik semua isi kamar yang tengah ia pijaki saat ini. Suara cempreng seseorang terdengar di balik pintu lain yang membuat pandangan Yong Hwa terfokus kesana. Kucuran air terdengar nyaring berpadu dengan suara sang gadis yang sedang berendam diri di kamar mandi.
Seulas senyum masam terpatri sempurna di wajah Yong Hwa ketika kedua telinganya mendengar jelas suara sumbang Shin Hye yang terus bernyanyi riang. Bahkan, sesekali gadis itu terbatuk karena nyanyiannya membuat Yong Hwa semakin terkekeh akan sikap konyol-si wanita sombong dan keras kepala itu.
Sepuluh menit ...
Dua puluh menit ...
Sampai tiga puluh menit kemudian akhirnya pintu kamar mandi terbuka lebar menampilkan sesosok wanita bertubuh mungil keluar dengan balutan handuk yang melilit di tubuhnya, serta gundukan handuk kecil yang bertengger sempurna di rambutnya yang basah. Shin Hye melangkah riang sambil sesekali masih bernyanyi. Tetesan air masih terlihat jelas di semua area kulitnya yang putih mulus tanpa ada noda setitikpun. Ia melangkan ringan tanpa terganggu dengan kehadiran sosok lain yang sedari tadi tengah menatapnya jeli.
Gadis itu berjalan menuju lemari pakaian yang berada di samping ranjang. Satu gerakan cepat sebuah gaun berwana soft sudah berada di tangannya.
"Jika bukan karena paksaan Jong Ki Oppa, aku tidak akan pernah sudi menghadiri pesta ini. Apalagi pergi bersama asisten bodoh itu! Rasanya ... Argh! Ini membuatku gila!"
"Siapa yang kau sebut asisten bodoh itu, Nyonya?!" suara tegas dan dingin membekukkan tubuh Shin Hye. Wanita itu dengan cepat membalikan tubuh, dan ...
"Argh!!! Kau?! Sedang apa kau disini bodoh?!" teriak Shin Hye antara kesal bercampur kaget sekaligus malu.
"Aku disini sedang mengawasimu. Aku hanya khawatir jika kau akan kabur dari sini."
"Apa kau gila? Keluar! Menyingkirlah dari hadapanku sekarang!"
"Tidak akan. Tuan Song sudah memberi tugas padaku untuk tetap mengawasimu kemana saja, Nyonya."
"Tapi bukan berarti kau bisa seenaknya masuk ke dalam kamarku! Dasar pria sinting! Cepat keluar!"
Yong Hwa tak bergeming dari tempat. Dengan santainya pria itu justru sedang menikmati pergerakan Shin Hye yang siap akan segera mengeluarkan tanduknya.
Satu, dua, tig ...
Bugh!!!
Belum hitungan ketiga sebuah bantal dan guling sudah melayang tepat sasaran mengenai wajah tampan Yong Hwa. Pelakunya siapa lagi kalau bukan sang Nyonya yang tengah memasang wajah kesal seperti singa. Dadanya naik turun mengikuti irama napas yang berpacu sangat cepat karena menahan emosi yang meledak-ledak.
"Yya?! Mengapa kau masih berdiri disitu? Cepat keluar dari kamarku sekarang! Kau tak mendengarkan perintahku, hah?!"
"Sayang sekali mohon maaf, Nyonya. Aku hanya akan mendengarkan perintah dari Tuan Song."
"Apa kau bilang? Kau!" Shin Hye menahan napas kasar, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran asisten pribadinya itu, lebih tepatnya mungkin asisten pribadi yang di perintahkan Jong Ki untuk selalu menjaga dan mengawasi Shin Hye. Masalahnya Shin Hye tak pernah terima jika sang kakak meminta pria itu untuk membuntuti setiap ia pergi kemana saja. Baginya orang yang di perintahkan Jong Ki selalu membuat emosinya naik, tak jarang jika setiap hari akan ada perdebatan atau pertengkaran antara ia dan pria yang di sebut-sebut sebagai asisten pribadinya itu atau lebih tepatnya asisten yang di pilih Jong Ki untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Regret
FanfictionKau menderita bukan karena kesalahanmu. Kau hanya menjadi pelampiasan atas pembalasan dendamku! Pembalasan dendam yang berujung pada penyesalanku!