7. Red String

113 7 0
                                    

"Argent, keturunan Alpha di pack-mu, membantai pack kami karena tidak terima dengan kekalahan!" Arata berteriak murka dengan mata nyalang. "Kami seperti ini karena pack-mu!"

"Argh!" Leon mengerang sembari memegangi kepalanya yang tiba-tiba saja seperti dihantam ribuan batu besar. Sakit. Tubuhnya meluruh ke tanah.

Arata tersentak, mundur selangkah sembari mengamati Leon yang meraung kesakitan. Sepertinya mereka perlu ruang untuk mengantisipasi berita kematian keesokan hari. Lelaki Asia itu menyeret tubuh Leon masuk ke dalam hutan terdalam. Setelah dirasa cukup jauh dari pemukiman, Arata mulai membuat portal untuk mencegah suara mengerikan yang Leon keluarkan sampai terdengar makhluk lain.

"Sa-sakit." Leon terus meraung sambil terus menarik-narik rambutnya, berharap rasa sakit itu hilang. Di dalam dirinya, Lean juga ikut melolong kesakitan, membuat ia merasa kepalanya hampir pecah.

Beberapa meter dari Leon, Arata mengamati dengan saksama. Dahinya mengerut ketika tidak mendapati perubahan dari lelaki itu, padahal sudah hampir lima menit ia menunggu jiwa serigala Leon keluar. "Mengapa tidak ada perubahan?" gumamnya heran dan curiga.

"Wolf-nya masih tersegel. Aku tidak tahu jenis segel apa itu, yang pasti hanya tuannya yang bisa membukanya." Carl menyahut.

"Lalu, sampai kapan dia akan seperti ini? Aku merasa kasihan melihatnya."

Sedetik kemudian, raungan itu berganti menjadi lirihan menyedihkan, membuat Arata tercekat. "I-ibu. Ibu ... maaf. Jangan pergi! Maaf, Ibu." Kemudian disusul suara isakan kecil yang menyayat hati.

*

Abby memakan sandwich-nya dengan tenang, sesekali melirik ke arah Aaron. Lagi-lagi ia mengerutkan dahi melihat kegelisahan lelaki itu. Ini sudah ketiga kalinya Aaron bergerak dengan random setelah mereka duduk di salah satu kursi panjang kafetaria, terlihat sekali sedang gelisah. "Sepertinya kau sedang tidak baik-baik saja," ungkap gadis itu karena ia semakin tidak nyaman dengan kegelisahan lelaki itu.

Aaron tersentak, menatap Abby dengan linglung. "A-aku tak apa. Hanya saja ... aku merasa gelisah. Tapi, aku tak tahu gelisah karena apa," jawabnya.

"Mungkin kerabat dekatmu sedang tidak dalam keadaan baik," cicit Abby, takut menyinggung lelaki itu.

"Aku ... tidak punya kerabat dekat," gumam Aaron, sedikit ragu sebenarnya. Ia kemudian bangkit, menatap Abby intens. "Aku selesai. Bisa aku pergi?" Pertanyaan aneh itu hanya diangguki oleh Abby. Lagi pula hak Abby apa sampai bisa menahan lelaki itu lebih lama di sini bersamanya?

Kemudian Aaron berlari meninggalkan kafetaria dengan cepat. Ah, tidak secepat makhluk asing yang Abby lihat malam itu memang, hanya saja kecepatan lari lelaki itu setara dengan atlet lari sprint dengan tambahan kelincahan menghindari sesuatu yang mungkin bisa ia tabrak. "Mungkin dia memang makhluk mitos," gumam Abby.

*

Aaron bersandar di tembok belakang sekolah dengan napas tersengal. Dadanya sesak, udara sulit masuk ke paru-parunya. Ia tidak mengerti kenapa seperti ini. Dulu saat ia baru resmi menjadi bagian dari Red Moon Pack, tubuhnya benar-benar lemah. Meski sakitnya tidak separah yang ia rasakan sekarang ini, hidupnya seolah akan berakhir secepatnya karena tidak mendapati jiwa serigala di dalam tubuhnya. Kata orang-orang yang terpaksa mengobati orang asing lemah sepertinya, Aaron kehilangan banyak sekali tenaga, yang entah untuk apa. Untuk ukuran anak berusia 5 tahun, sebuah keajaiban bisa bertahan hidup sampai 18 belas tahun setelahnya dan kembali memiliki jiwa serigalanya yang pernah akan mati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARGENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang