LEADER | SATU

49 17 11
                                    

Selamat membaca
Trias of the leader by Nadhyraw

~•~

Seperti hari-hari biasa. Ketika bell berdenting nyaring sebanyak tiga kali, tanda bahwa kegiatan belajar mengajar hari itu telah usai. Ia akan berjalan sekitar dua ratus meter dari kelasnya untuk bisa sampai loby.

Berbeda dengan siswa lainnya yang lurus kearah gerbang yang dipenuhi sesak. Ia hanya perlu berbelok ke kiri. Dan netranya akan menangkap bangunan berlantai dua dengan cat berwarna coklat tua dipadukan warna coklat muda yang membuatnya terlihat klasik. Serta kubah yang berwarna senada.

Disebelah kiri bangunan itu ada tanah kosong yang ditumbuhi beberapa pohon palem dan pohon mangga. Tanahnya pun dipenuhi oleh rumput Cina yang terbebas dari kotoran kucing. Tempat yang sering dipakai ngadem atau mentoring oleh anak-anak Rohis.

Ia melepaskan sepatu berwarna hitam yang membalut kakinya sejak pagi, dengan cara menginjak bagian belakangnya secara bergantian. Kemudian tangannya terjulur menyimpan di rak paling bawah.

"Allahu Akbar!"

Afna berjengit kaget ketika bangkit dari posisinya dan langsung disuguhi sosok memakai baju serba hitam sedang tersenyum kelewat lebar.

Sebelah tangannya disimpan didepan dada, menenangkan debaran jantungnya yang tiba-tiba menggila.

Melihat reaksi Afna, sosok itu tertawa kencang. Suara tawanya sangat khas, terdengar melengking mirip suara sosok perempuan berbaju putih yang sering nongol di film horror.

Tanpa tedeng aling, Afna menggeplak mulut Gadis dengan buku paket yang ada di genggamannya. Tidak terlalu keras, namun cukup membuatnya mengaduh.

"Diem! merinding gue dengernya!"

"Heh ... yaampun, bibir gue!" protes cewek itu dengan suara toa khasnya.

"Buset dah! gue nggak budek Gadis, jadi lo nggak usah teriak-teriak!" Afna balik membalas dengan teriakan. M
Ia mendadak emosi tingkat Dewa.

"Yaudah maaf-maaf. Lagian lo juga apaan, main geplak-geplak bibir imut gue!" Protesnya pada Afna yang saat ini menatap sebal sambil menggosok sebelah kupingnya.

"Mau latihan nggak?" Gadis segera mengalihkan pembicaraan.

"Tydak usah kau lontarkan kalimat itu padaku Tukiyem!" ucap Afna.
bukannya merasa tersinggung, Gadis malah tertawa terbahak. Membuat kerutan didahi Afna semakin berlipat.

"Heh! lo kenapa? jangan bikin gue sawan." tanya Afna, telunjuknya menoel-noel bahu gadis pelan. "Lo kalo kesurupan bilang-bilang dong, supaya gue bisa kabur dulu - eh emang setan bisa kemasukan setan ya?" gumamnya diakhir kalimat, yang masih bisa didengar oleh Gadis.

"Sembarangan lo!" Gadis mendadak kembali ngegas. Tangannya menggaplok lengan Afna sepenuh rasa.

"Sakit, gilaa!"

"Jadi sakit atau gila?"

Afna berdecak kesal, tangan kanannya mengusap lengan kiri yang terasa panas terkena sambaran tangan gadis.

"Atau!" jawabnya asal, "dah sana cepet ke ruangan silat hush ... gue mau sholat dulu."

Gadis terbahak, lengan lentiknya menoel dagu Afna seraya berkedip genit.

"See you dear!"

"Najong tralala!" pekik Afna membuat Gadis terbahak.

Afna misuh-misuh, sadar telah menarik perhatian beberapa orang disekitarnya Afna segera berjalan menuju tangga yang menghantarkan ia ke lantai dua. Tempat sholat khusus perempuan.

~•~

Setiap detik yang bertambah membuat kepala Diaz semakin terasa penuh, hingga rasanya bisa meledak kapan saja. Sedangkan si tersangka yang membuat Diaz merana tengah tenggelam dalam dunianya sendiri, dengan bibir komat-kamit tanpa henti. Tidak  sadar bahwa suaranya itu polusi udara. Membangunkan singa dalam diri Diaz yang siap  mencabik-cabik dirinya detik itu juga saking emosi nya.

"ETA TAH, ETA TAH ... ARGH! ANZEEENG!"

Habis sudah kesabaran Diaz, rasa kesalnya sudah berada diubun-ubun. Diaz mengeluarkan buku kemudian menarik dua lembar kertas yang berada ditengah-tengah, ia meremas dengan perasaan gemas dua lembar kertas mulus di genggamannya hingga berbentuk seperti bola.

"OGEB BANGET DASAR BA- huwek! DIAZ ... sialan lo kambing!!"

Diaz menyumpal mulut berisik Husein dengan kertas yang tadi sudah ia remas-remas menjadi bola. Bukannya merasa bersalah, Diaz malah berdecak kesal.

"Mulut lo, itu ye, minta gue guyur pake air zam-zam!"

"Nah! sini ente, sekalian ane ruqiyah. biar setannya pada nyingkah!"

Aden yang jengah mendengar umpatan Husein selama beberapa menit terakhir, akhirnya ikut menimpali.

Husein membelalakan mata, membayangkan saja sudah membuat bulu kuduknya meremang.

"OGAH!"

Yang ada diruangan itu terbahak. mereka semuanya tahu, segarang-garangnya Husein. Lelaki itu akan takluk jika disinggung-singgung tentang makhluk halus.

"Yaudah, mending bantuin kita-kita rampungin ini proposal. udah mudeng gue ... otak lo kan tajem banget kalo dipake ngeritik." Cetus Diaz. Tangannya mengusap mata yang sudah beler karena terlalu lama menatap layar laptop.

"Apalagi kalo ngritik gue Yaz, jago bener!" sahut Fadhil -- lelaki berkacamata yang sedang berkutat dengan laptopnya.

Husein terbahak, hidungnya kembang kempis.

"Gue gitu loh. emangnya kalean-kalean." Ucapnya sambil menujuk keempatnya dengan intonasi suara dan gerakan yang dibuat segemulai mungkin.

"NAJISUN!" seru keempatnya membuat husein semakin terbahak hingga jatuh berguling-guling diatas karpet di ruang osis yang dijadikan alas oleh mereka .


To Be continue



Hallo!!!
Bagaimana kabarnya?
stay safe ya kawan, selalu jaga kebersihan dan jangan keluyuran. Kita rebahan aja hehe

TRIAS OF THE LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang