Surrogate

16 4 0
                                    

Tell me is this where I give it all up? – Sam Smith

Summary : Jooyoung jatuh cinta sebanyak tiga kali dalam hidupnya. Kali kedua kepada pria yang memperbaiki hatinya hanya untuk dihancurkan sekali lagi. Dia adalah sebuah paradoks yang buruk.

surrogate /sur–uh-geyt/ : (n) pengganti


ℑζ

Kai ada di kelas Kalkulusnya. Kim Kai ada di kelas kalkulusnya. Jooyoung tidak bisa berhenti panik sejak melihat pria tan itu  duduk dua baris di depannya. Rambut dicat putih dan disisir ke belakang dengan rapi. Dengan kemeja kotak-kotak perpaduan merah, biru dan sedikit hijau tua sedang mengetuk-ngetukkan ujung pulpennya dengan meja. Dia banyak berubah sejak terakhir Jooyoung melihatnya ― dan itu sudah sekitar empat tahun lalu ― tapi entah bagaimana otak Jooyoung otomatis mengingat pria itu sebagai Kim Kai saat dia berbalik untuk meminjam pulpen dari orang di belakangnya tadi. Jooyoung ingat senyum memuakkan yang biasa ditujukan untuk Krystal dulu.

Tuhan pasti membencinya. Itu pikir Jooyoung begitu melihat Kai pagi itu. Moodnya langsung berubah buruk meskipun dia ingat sudah meneguk segelas kopi hitam sebelum memulai harinya. Tidak ada kopi yang bisa menyelamatkan mood Jooyoung dari kejatuhan drastis begitu matanya menangkap sosok Kai. Karena Kai mengingatkannya pada suatu kenangan buruk dari masa lalu. Hanya dengan mengingatnya saja sudah membuat Jooyoung ingin memuntahkan sandwich daging yang dimakannya bersama kopi tadi pagi.

Karena itu begitu kelas Kalkulus berakhir, Jooyoung langsung mengumpulkan catatan dan mp3 dari mejanya lalu melesat pergi. Mengabaikan orang-orang yang tidak sengaja dia tabrak dan berteriak marah padanya. Jooyoung cepat-cepat kembali ke asrama. Mengunci pintu seperti kesetanan. Jennie ― teman sekamarnya ― mengerutkan kening seperti ingin bertanya tapi kemudian membatalkan niatnya karena Jooyoung segera berlari menuju toilet tanpa berkata hai. Dia memuntahkan seluruh sandwich daging yang dimakannya tadi pagi dan bahkan sisa pizza semalam yang belum tercerna sempurna masih terlihat bercampur dengan sarapan paginya.

Setelah selesai mengeluarkan sesetengah isi perutnya Jooyoung menyandarkan badan di pintu kamar mandi dengan lemas. Dalam hati mengutuk pria berambut putih yang menjadi penyebabnya.

“Apa kau baik-baik saja?” dia mendengar Jennie bertanya ― Jooyoung yakin tanpa mengalihkan perhatian dari laptopnya. Pertanyaan temannya itu hanya ditanggapi oleh Jooyoung dengan anggukan meski tahu lawan bicaranya tidak bisa melihatnya.

“Aku hari ini mau tidur saja.” ujar Jooyoung beberapa menit kemudian. Akhirnya bangkit dari lantai toilet dan melempar badannya ke kasur.

Jennie memutar kursinya untuk bisa berhadapan dengan Jooyoung dan berkata “Bukannya kau mengambil kelas Antropometri denganku?”

“Aku sakit.”

Jennie mengerutkan kening. Untuk sesaat terlihat seperti mempertimbangkan perkataan Jooyoung ― seriously apa yang perlu dipertimbangkan ― kemudian memutar kursinya lagi seraya mengedikkan bahu. Memutuskan untuk tidak terlalu ikut campur. “Baiklah. Mau aku mampir ke apotik?”

“Tidak perlu. Bukan sakit serius.”

Jujur saja Jooyoung tidak menyangka hanya dengan melihat Kai dia bisa langsung merasa sesakit ini. Well, secara teknis dia tidak sakit. Hanya tiba-tiba merasa dorongan yang kuat untuk memuntahkan seluruh sarapan paginya saat melihat pria tan itu ada di kelas yang sama dengannya. Dia bahkan tidak tahu kalau mereka satu universitas. Dan sudah empat tahun sejak dia terakhir bertemu dengan Kai dan juga pria itu. Tapi ingatan tentang musim panas empat tahun lalu masih tetap saja mengocok perut Jooyoung dengan brutal untuk beberapa alasan tertentu.

Break My FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang