Tell me all of the things that make you feel at ease – Troye Sivan
Summary : Jooyoung jatuh cinta sebanyak tiga kali dalam hidupnya. Cinta ketiga rasanya datang terlalu terlambat.
ℑζMereka bertemu awal musim dingin 2014.
Dua minggu sebelum natal dan Jooyoung berdiri di lobi kedatangan Internasional Bandara Incheon dengan selembar kertas bertuliskan nama seseorang yang bahkan tidak dikenalnya. Udara hari itu 5 derajat Celcius dan Jooyoung hanya mengenakan selembar jaket tipis di luar kaosnya yang tidak kalah tipis. Dalam hati tidak berhenti mengutuki diri sendiri karena ya Tuhan kenapa dia harus punya mobil sendiri dan kenapa dia terlalu baik hati?
Doyoung, salah satu teman Jennie yang sekarang sudah jadi temannya juga — sepertinya — meneleponnya pagi-pagi sekali dan berbicara dalam satu hembusan napas “Jooyoung, kau sekarang masih di Seoul kan? Tolong aku. Aku betul-betul butuh bantuanmu sekarang, kalau tidak aku benar-benar akan mati.”
Jooyoung, masih setengah tidak sadar karena Do-sialan-young meneleponnya pukul lima pagi dan itu masih terlalu pagi untuk mendengar suara panik Kim Doyoung di telepon selulernya, dengan suara serak khas bangun tidur menjawab malas “Astaga Doyoung, ini pukul lima di pagi hari demi Tuhan.”
“Aku tahu, tapi aku sangat butuh bantuanmu.” Terdengar jawaban Doyoung dari ujung lain telepon, masih konsisten dengan kepanikannya.
Jooyoung mengerang kesal sembari melotot pada selimut di atas kakinya, berpura-pura itu adalah Doyoung lalu menjawab “Sebaiknya ini adalah urusan penting yang menyangkut hidup mati, karena kalau tidak, maka aku yang akan menempatkanmu dalam situasi itu.”
“Ini melebihi situasi hidup mati dan kau betul-betul harus menolongku.”
Mendengar jawaban Doyoung yang masih diutarakan dengan panik, Jooyoung akhirnya meluruskan duduknya dan menanggapi dengan serius. “Baiklah. Ada apa?”
“Tolong jemput temanku hari ini di bandara.”
KATANYA.
Jooyoung mengurut pelipisnya dan menghela napas, karena demi seluruh Dewa yang ada ini terlalu pagi untuk candaan tidak masuk akal Doyoung. “Kau betul-betul mau mati ya?”
Tapi Doyoung tidak sedang bercanda.
“Ugh dengarkan aku dulu. Aku sekarang ini sedang ada di Busan dengan bosku karena ada urusan pekerjaan yang mendesak dan aku sama sekali lupa kalau temanku akan tiba di Korea hari ini dan aku harus menjemputnya.”
“..”
“Dia sudah delapan tahun tidak ke Korea,” lanjut Doyoung lagi tanpa merasa bersalah. “Dan pasti akan sangat marah kalau tahu tidak ada yang menjemput hari ini di Bandara.”
“Bukan urusanku.”
“Ya Tuhan Jooyoung tolonglah. Kalau pekerjaan ini tidak mendesak aku pasti akan menjemputnya.”
“Apa aku terlihat seperti peduli?” balas Jooyoung lagi retoris. Seriously, dia kehilangan beberapa menit tidurnya yang berharga hanya untuk mendengar ocehan tidak berguna Doyoung di pagi hari. Sama sekali tidak lucu. “Lagipula kenapa tidak minta tolong Jennie saja sih?”
Doyoung terdengar menghela napas di ujung sana. “Kau tahu bagaimana dia. Bisa-bisa aku dibunuh karena menelepon sepagi ini.”
“Memangnya kau pikir sekarang ini aku tidak sedang merencanakan pembunuhanmu apa?” teriak Jooyoung dengan kesal pada ponselnya. Kenapa semua orang berpikir adalah ide buruk untuk mengganggu Jennie tapi tidak pernah seorangpun takut untuk mengganggu dirinya kapanpun, dimanapun, dalam situasi apapun. Dan saat Jooyoung bilang tidak seorang pun, artinya tidak seorang pun. Tidak. Seorang. Pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Break My Fall
Short StoryJooyoung jatuh cinta sebanyak tiga kali dalam hidupnya. Kali kedua kepada pria yang memperbaiki hatinya hanya untuk dihancurkan sekali lagi. Dia adalah sebuah paradoks yang buruk.