Sarada bersimpuh didepan sebuah altar kecil dirumahnya, merapatkan kedua tangannya lalu merapal sebuah doa.
"Amin". Akhirnya lalu bangkit dan berpamitan pada sebuah foto yang terpajang seorang wanita muda cantik tengah tersenyum.
"Mama, aku berangkat " ucapnya beranjak pergi meninggalkan rumahnya.
Sarada Uchiha, bocah perempuan berusia 10 tahun itu pergi ke sekolah sendirian berjalan kaki, meskipun sedikit jauh tapi tak masalah, Sarada sudah sering melakukannya hampir setiap hari.
Sarada bukan seorang yang aktif, dia agak pasif kerna dia seorang introvert. Sejak kepergian mamanya, ia menjadi seseorang yang susah bersosialisasi. Papanya? Ia sibuk mengembangkan perusahan milik keluarga mereka. Jadi sampai umur 7 tahun Sarada dibiarkan mandiri (itu memang didikannya seorang Uchiha).
Saat Sarada melewati rumah disebelah rumahnya, ia melihat rumah itu tak lagi kosong, karna ada beberapa barang yang diletakan di depan teras rumah itu. Sepertinya ada tetangga baru.
"Iya pak, tolong letakan disana" ucap seorang wanita yang sibuk mengatur barang pindahannya. Sarada hanya meliriknya sekilas tanpa menghentikan langkahnya ke sekolah.
Cuaca hari ini cerah, awan pagi saat itu terlihat seperti sebuah lukisan baginya. Tak terasa membuat senyum hangat terlukis juga di wajahnya.
Setelah menempuh jarak sekitar 1.3 km, Sarada memasuki sekolah ternama yang terletak disebuah kota Konoha, sekolah yang dipilih Papanya sendiri karna menurutnya bisa mengembangkan potensi muridnya. Konoha Elementary School.
Seperti kebanyakan keturunan Uchiha pada umumnya memang biasanya sudah memiliki potensi sejak dini, termasuk Sarada yang tergolong cerdas disekolahnya.
"Hei itu si culun!".
Seketika langkah Sarada terhenti, melirik ke arah kerumunan bocah laki-laki dibelakangnya dengan seringai diwajah salah satu dari mereka.
"Kau mau apa?" tanya Sarada malas.
Bocah berambut kuning itu terseyum penuh arti padanya kemudian mendekati Sarada.
"Jangan lupa uang jajan mu hari ini" ujarnya setengah berbisik "Jaa ne!" dan berlalu pergi.
Seperti dugaanya, bocah kuning itu meminta jatah uang. Tidak hanya ke Sarada, juga ke orang-orang yang dianggap lemah dan tidak punya teman yang dia palak. Kalau kau menolak, kau akan menjadi sasaran buli dan Sarada pernah merasakan itu.
Dikelas Sarada duduk dibangku baris ke tiga bersebelahan dengan jendela, itu tempat favoritnya!. Dari sini kau bisa melihat langit. Itu berarti Sarada bisa saling bertatapan dengan ibunya.
Tidak seperti teman sekelasnya yang berkumpul mengobrol satu sama lain, Sarada menghabiskan waktu sekolahnya untuk menggambar, dan hari ini ia mencoba menggambar awan seperti yang ia lihat pagi tadi.
Sibuk menggambar sampai tak sadar ada seseorang didekatnya.
"Waa gambar mu selalu bagus Sarada"
Sarada yang kaget menoleh cepat ke arah sumber suara itu dan mendapati seseorang ternyata sudah disebelahnya."Chouchou".
"Pagi Sarada" Sapa bocah bertubuh gemuk dengan kulit yang terlalu tan menyapanya.
"Iya... pagi" sapanya balik lalu melanjutkan meggambarnya.
Sarada yang duduk bersebelahan dengannya mengundang Chouchou melihat aoa yang dilakukan salah satu teman sekolahnya yang paling pendiam namun paling pintar dikelasnya. Mengalahkan Shikamaru yang memiliki otak seperti dia.
Sarada sedikit kesulitan melanjutkan gambarnya, ia agak gugup Chouchou masih asik memperhatikan dirinya.
"Kau kenapa tidak ikut lomba menggambar saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking For a Mama
FanfictionMeskipun Papanya sudah mendapatkan 'calon'nya. Sarada tidak pernah mau, karena ia sudah menemukan 'Mama' nya sendiri. "Sakura-san... boleh ku panggil Mama?" ###***### For all character belong to © Masashi Kishimoto Saya hanya meminjam karakter untu...