Yibo duduk di tepi ranjang sambil terus memandangi wajah kekasihnya yang terlihat pucat. Sesekali Yibo mengusap wajah Xiao Zhan dengan lembut. Perasaan cemas, panik, takut, dan marah menjadi satu.
"Zhan Zhan, bukalah matamu," ujar Yibo pelan. "Jangan membuatku takut. Bangunlah sayang."
Pak Lee masuk ke dalam kamar memberitahukan bahwa dokter keluarga telah tiba. Tak lama kemudian dokter keluarga itu masuk ke dalam kamar dan mulai memeriksa kondisi Xiao Zhan yang masih belum sadarkan diri.
Yibo tegang menunggu dokter itu selesai memeriksa Xiao Zhan. Matanya terus memperhatikan setiap gerak-gerik dokter itu sambil sesekali melirik ke arah Xiao Zhan. Setelah selesai memeriksa, dokter itu memasukkan peralatan dokternya ke dalam tas kerjanya.
"Hhhh... Kondisi Tuan Muda Zhan tidak baik," ujar dokter menghela napas berat. "Kondisinya sangat lemah. Apakah Tuan Muda Zhan istirahat dengan baik? Apakah makan dengan teratur?"
"Akhir-akhir ini dia memang sering mengeluh cepat lelah dan sering sesak napas," sahut Alen yang baru saja datang. "Dia juga sering mengalami sakit punggung, sakit kepala, dan sulit tidur."
Yibo reflek menoleh ke arah Alen dengan mata membulat lebar. Yibo merutuki dirinya yang baru menyadari betapa kurang perhatian dirinya pada kekasihnya. Bagaimana mungkin dirinya sampai tidak tahu Xiao Zhan mengalami penderitaan seperti itu. Bahkan orang yang hanya dianggap teman oleh Xiao Zhan justru lebih tahu tentang diri Xiao Zhan.
"Hal seperti itu memang wajar dialami oleh orang yang sedang hamil," ujar dokter. "Pada usia kehamilan seperti ini memang mudah cepat merasa lelah serta perubahan mood yang cenderung signifikan. Nyeri pada punggung sehingga membuatnya tak bisa tidur."
Yibo dan Alen mendengarkan dengan seksama kata demi kata yang diucapkan oleh dokter. Sementara itu dokter menulis sebuah resep untuk diberikan pada Xiao Zhan.
"Saya sarankan sebelum tidur Tuan Muda Zhan lebih baik mandi air hangat, terapi pijat, dan mengubah posisi tidur. Dan pada saat sedang duduk atau tidur topang kakinya dengan bantal selama lima belas hingga dua puluh menit. Lakukan sebanyak dua hingga tiga kali sehari agar tidak terjadi pembengkakkan pada kaki."
"Lalu bagaimana dengan sering merasa sesak napasnya, Dokter?" tanya Alen.
"Hal itu juga wajar terjadi. Hanya saja gejalanya akan lebih sering dan lebih berat, mengingat sudah semakin dekat dengan waktu persalinan," ujar dokter menjelaskan. "Satu hal lagi yang harus kalian ingat. Jangan sampai Tuan Muda Zhan mengalami stres baik fisik maupun mental. Seperti yang sudah saya katakan tadi orang hamil mudah mengalami perubahan mood yang cenderung signifikan. Karena stres yang dialaminya juga akan berpengaruh pada bayinya."
Deg. Jantung Yibo bagaikan ditusuk pisau. Dia ingat tadi karena khawatir tanpa sadar dirinya sudah membentak Xiao Zhan. Mungkinkah karena bentakannya tadi membuat kekasihnya yang tengah hamil besar itu merasa tertekan. Hati Yibo langsung terasa hancur mengingat itu semua.
"Baiklah. Ini sudah saya buatkan resep vitamin yang harus Tuan Muda Zhan minum," ujar dokter mengulurkan secarik kertas dan diterima oleh Alen. "Ingat pesan saya! Jaga jangan sampai Tuan Muda Zhan mengalami stres atau tekanan. Kalau begitu saya permisi."
Dengan diantar oleh Alen dan Pak Lee, dokter itu melangkah pergi. Sementara Yibo masih berdiri terpaku di tempatnya, lalu duduk di tepi tempat tidur. Di belainya rambut Xiao Zhan yang masih belum sadar.
"Maafkan aku sayang..." ujar Yibo lirih. "Tidak seharusnya aku membuatmu menjadi seperti ini. Seharusnya aku bisa menahan diri. Aku terlalu panik dan khawatir saat tahu kau tak ada di rumah. Kau tahu kan... aku paling takut jika kau tak ada di sisiku... Setiap kali kau berada jauh dari sisiku... hatiku selalu merasa tidak tenang... Tapi melihatmu seperti ini hatiku jadi hancur..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaulah Belahan Jiwa Ku
FantasyLangsung baca aja ya Jangan lupa komen, kritik, saran, dan votenya ya biar makin semangat bikin ceritanya ^_^