Sejak kejadian itu, Dicky tidak pernah mengganggu Bella lagi. Dia bahkan tidak pernah berbicara pada Bella dan Dafa jika bukan mengenai lomba.
Alan, Gerald, dan Fino sudah mendarat di Jogja sejak 2 hari yang lalu. Hari ini lomba yang mereka ikuti akan dimulai. Begitu juga dengan lomba yang diikuti oleh Bella, Dafa, dan Dicky. Bella, Dafa, dan Dicky sudah berangkat sejak pagi tadi bersamaan yang diantar oleh Mobil sekolahnya. Di sisi lain Alan, Gerald, dan Fino hanya perlu berjalan kaki beberapa menit untuk sampai di tempat perlombaan karena hotel mereka tidak jauh dari sana.
Bella kembali memeriksa ponselnya. Dia mulai gugup karena lombanya akan dimulai 15 menit lagi. Ia tidak henti - henti melihat jam di ponselnya dan membaca buku yang berada di atas pangkuannya. Sebenarnya Bella sudah membaca buku itu beberapa kali dan sudah hafal dengan isinya. Namun kecemasannya membuatnya membaca buku itu lagi. Dafa yang berada di sebelahnya juga sedang membaca buku untuk mengingat beberapa materi. Namun ia terlihat lebih tenang dibandingkan Bella. Dafa menyandarkan kepalanya di tembok, lalu memperhatikan Bella dengan lirikannya. Dafa tersenyum tipis memperhatikan raut kecemasan di wajah Bella. Ia mendekatkan wajahnya ke bahu Bella. Sontak Bella terkejut.
"Mau beli minum gak?" Tanya Dafa.
"Nggak deh kak. Bentar lagi udah mulai." Bella menjawabnya sambil tetap fokus kepada buku yang ada di pangkuannya.
Dafa menarik buku itu dan menutupnya. Begitu pula dengan buku yang tadi ia baca.
"Eh kok diambil?" Bella mencoba meraih bukunya kembali.
"Udah ah. Daripada stres mending ikut gue beli minum." Dafa berdiri dari tempat duduknya.
"Tapi..." Bella mencoba menolak perintah Dafa. Tapi cowok itu malah menarik Bella untuk berdiri. "Gak nerima tolakan," ucapnya.
Mereka berdua akhirnya berjalan ke sebuah toko tak jauh dari tempatnya duduk. Bella mengambil minuman di kulkas. Melalui ujung matanya Bella melihat sekelebat sosok yang ia kenal. Bella memutar kepalanya ke kanan. Tidak ada siapa - siapa. Bella mencoba berjalan ke depan pintu keluar gedung. Langkahnya terhenti setelah Dicky memanggilnya dan Dafa.
"Udah disuruh masuk ruangan." Ucap Dicky.
Bella membalikkan badannya. "Ayo Bel." Ajak Dafa yang sudah selesai membayar minuman yang mereka beli. Bella mengangguk dan mengikuti Dicky dan Dafa.
•••
Gerald dan Fino baru saja mengecek barang bawaannya.
"Eh lo darimana Lan?" Tanya Fino kepada Alan yang baru saja datang dan duduk di sampingnya.
"Nyari angin." Sahutnya singkat.
"Elah. Di sini udah adem pake nyari angin segala. Bilang aja lo lagi ngeliatin cewek - cewek yang ikut lomba buat gantiin si Hisya." Fino meneguk minuman yang dibawanya.
Alan menatap Fino dengan tatapan tajam. Dia sangat sensitif dengan nama itu. Gerald melihat tatapan tak suka sahabatnya itu. "Udahlah. Jangan bahas itu dulu Fin. Kasian tuh matanya ngeliatin lo terus." Gerald berusaha mengubah suasana di sekitarnya yang sedikit mencekam akibat tatapan Alan.
Fino yang mengerti maksud Gerald langsung menatap Alan. Benar saja anak itu sudah menatapnya tajam. Fino segera menyelesaikan kegiatan minumnya.
"Hem. Dasar lo, Lan. Lo masih aja kebayang itu cewek. Mending lo cari cewek lagi aja sana. Banyak kan adik kelas yang ngantri tuh mau sama lo." Fino mencoba menghibur Alan agar tidak terus - terusan memikirkan Hisya. "Oh atau sama Bella lagi tuh. Lumayan. Kalian kan belum sempat pacaran," lanjutnya.
Alan memalingkan wajahnya. Tidak ingin membahas Hisya ataupun yang berkaitan dengan perempuan. Fino dan Gerald saling bertatapan.
"Hm... Salah lagi gue ngomong." Fino menyesal sudah mencoba menghibur Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Silence
Novela JuvenilBagi beberapa orang cinta bukanlah hal yang mudah. Tak hanya menyukai, tapi harus diungkapkan. Seperti halnya Bella seorang gadis yang sedang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Ia tak pernah merasakan bagaimana rasanya pacaran dan mengungkapka...