04 | 2012 (1)

380 32 2
                                    

Kalian umur berapa tahun 2012?

Happy reading!

----------

Bandung, April 2012

Razel sudah meronta, berusaha menolak. Namun, apa daya dua siswa memegangi tangannya begitu kuat, membuatnya hanya dapat meringis usai menerima pukulan siswa lain pada bagian perutnya. "Udah, Dit. Kita itu temen ...," lirih Razel yang setengah roboh.

"Kita temenan?" Wajah di depan Razel itu tertawa. "Sejak kapan gue nganggep lo temen?"

"Ngaco!" Dito mendorong kening Razel dengan telunjuknya. "Lo itu orang yang akan gue benci selamanya. Kita gak akan berteman. Lo denger itu!"

Razel tak berkata-kata usai kalimat bernada lugas dan emosi itu. Muncul getar emosi di dada, juga rasa sakit yang menjalar mendengar Dito tak akan menerimanya menjadi teman sampai kapan pun.

"Hari ini gue punya hadiah buat lo. Lama banget gue gak buat lo makin cakep." Dito melangkah, mengambil sesuatu di belakang papan tulis rusak yang bersandar. Aroma amis dan bau tak sedap menyengat saat Dito kembali mendekat sambil menunjukkan isi dari ember. "Mandi telur plus air comberan keknya cocok buat lo hari ini," kata cowok itu menyeringai jahat.

Razel menegang melihat cairan berwarna cokelat kental di ember. Beberapa detik kemudian cowok itu kembali meronta. "Jangan, Dit. Jangan buat seragam aku kotor. Kelas kita nanti ada ulangan biologi dan MAT." Razel menggeleng-gelengkan kepala resah.

Namun, Dito malah mengangkat ember tinggi-tinggi. "Mau sekarang apa nanti?"

"Sekaranglah, Dit. Kapan lagi," sahut salah satu teman Dito.

"Sekarang. Kalau nanti, yang ada lambung kita gak ada asupan makanan dong. Eka pingsan, kita repotlah," timpal satunya.

"Oke, sekarang," putus Dito menatap tepat kedua mata Razel sambil meletakkan bak 5cm dari kepala orang yang paling dibencinya.

Dito menyeringai tanpa dosa sekali lagi. Namun, sebelum isi bak yang berbau tak sedap itu ditumpahkan ke kepala Razel, sosok tinggi berkulit putih datang menjadi malaikat. Sosok yang masih satu seragam dengan seragam seisi orang di gudang itu memukul pinggang Dito dengan tongkat kayunya.

Tak tanggung-tanggung sosok itu membawa dua tongkat sekaligus yang membuatnya leluasa membela diri saat Dito dan dua temannya menyerang. Suara kayu beradu dengan daging dan tulang tercipta. Hanya sebentar sebelum kemudian Dito dan dua sahabatnya keluar dari gudang dengan berlari. Razel bernapas lega atas kemenangan sosok yang menolongnya. Cowok itu tersenyum lebar kala sosok itu menghampirinya.

"Lo nggak pa-pa?/Kamu nggak pa-pa?" Kalimat itu tanpa sengaja terucap bersamaan, membuat Razel tersenyum, sementara sosok tinggi berkulit putih di depan Razel itu memutar mata jengah, tetapi Razel tahu jika respons itu hanyalah guyonan. "Aku gak pa-pa tenang aja." Razel tersenyum lebar untuk meyakinkan dirinya baik-baik saja walau sebenarnya perutnya masih sedikit tersisa rasa nyeri.

"Gue juga nggak pa-pa. Gue menang karena mereka," sahut sosok di hadapan Razel dengan mengangkat dua tongkat kayu ditangannya bangga. Razel tersenyum sambil memukul lengan sosok itu pelan. Ada-ada saja kelakuan seorang Argian Levo Aldino yang membawa tongkat kasti untuk memukul Dito dan teman-temannya. Nanti jika ada guru penjaskes dan anak klub kasti yang mencarinya bagaimana?

FOREVER RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang