<I Can>

25 5 5
                                    

Gina Desita

Alvan Wijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alvan Wijaya

Alvan Wijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rein Barata

Rein Barata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"ALVAANN..." jeritnya.

    Gina terbangun dari tidurnya dengan keadaan mata basah juga peluh sebesar biji jagung yang turut serta membasahi dahinya. Ia melirik sekilas jam yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Masih ada sekitar tiga jam lagi menuju pagi.

Lantas ia mengusap matanya yang basah. Bukannya mengering tangisannya justru semakin mengeras. Ia tak perduli lagi bila seseorang di sebelah kamarnya akan ikut terbangun akibat mendengar tangisan pilunya.

Rasanya seolah-olah ia tak di izinkan untuk melupakan sosoknya walau sejenak. Alvan Wijaya, pria tampan beralis tebal yang turut serta membawa sebagian besar hatinya bersama dengan kepergiannya satu tahun yang lalu.

Gina memeluk lututnya, menenggelamkan seluruh wajahnya di sana. Berusaha meredam tangisannya yang tak kunjung reda. Sampai pintu kamarnya berderit membuka.

Rein berdiri menjulang di depan pintu kamar Gina yang berhasil ia buka. Kaki panjangnya melangkah mendekati sosok gadis yang terlihat rapuh itu. Berniat menenangkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

{ONE SHOOT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang