Gina Desita
Alvan Wijaya
Rein Barata
•••
"ALVAANN..." jeritnya.
Gina terbangun dari tidurnya dengan keadaan mata basah juga peluh sebesar biji jagung yang turut serta membasahi dahinya. Ia melirik sekilas jam yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Masih ada sekitar tiga jam lagi menuju pagi.
Lantas ia mengusap matanya yang basah. Bukannya mengering tangisannya justru semakin mengeras. Ia tak perduli lagi bila seseorang di sebelah kamarnya akan ikut terbangun akibat mendengar tangisan pilunya.
Rasanya seolah-olah ia tak di izinkan untuk melupakan sosoknya walau sejenak. Alvan Wijaya, pria tampan beralis tebal yang turut serta membawa sebagian besar hatinya bersama dengan kepergiannya satu tahun yang lalu.
Gina memeluk lututnya, menenggelamkan seluruh wajahnya di sana. Berusaha meredam tangisannya yang tak kunjung reda. Sampai pintu kamarnya berderit membuka.
Rein berdiri menjulang di depan pintu kamar Gina yang berhasil ia buka. Kaki panjangnya melangkah mendekati sosok gadis yang terlihat rapuh itu. Berniat menenangkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
{ONE SHOOT}
Short StoryWarn! Kumpulan Cerpen dengan bahasa non baku! From : @yourimagine_ So keep you're eyes in here.