17 - Trapped

127 40 4
                                    

Andai aku mengerti apa yang kau rasakan sebenarnya. Tapi bagaimana aku bisa mengerti jika tanganku tidak dapat menggapai bagian terdalam hatimu.

 Tapi bagaimana aku bisa mengerti jika tanganku tidak dapat menggapai bagian terdalam hatimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dini hari sebelumnya.

BERSEMBUNYI DALAM gelap, ditemani sisa-sisa air hujan bercampur darah tadi malam, kewarasan Xiumin berangsur pulih. Dan nyaris saja ia mati. Tetapi kini, ia tak memiliki tenaga untuk bangun. Tubuhnya letih sebab mengeluarkan tenaga ekstra. Pikirannya kosong. Tangannya perih. Kepalanya pening. Matanya bengkak. Ia terlalu banyak menangis. Barangkali kini, perutnya sudah bersua minta diisi. Ia membiarkan tubuhnya terkulai di lantai yang dingin. Xiumin tak jauh berbeda dengan sosok yang tinggal di kolong jembatan.

Aku masih hidup.

Terjatuh ke lubang hitam yang begitu dalam, tampaknya sukses menghancurkan hidupnya. Nyatanya, ia tak pernah berdamai dengan masa lalu dan berlari menuju arah sebaliknya. Siapa diriku? Apa yang aku lakukan di sini? Kehidupan macam apa yang aku jalani? Perlahan, sesungguhnya Xiumin tak memiliki tujuan hidup lagi. Barangkali kini, ia hanya sedang bersandiwara. Dan membohongi dirinya. Lagi.

Xiumin tak memiliki banyak waktu. Satu minggu untuk hidup dalam kewarasan? Kali ini ia menyadari betapa pentingnya waktu. Setiap denting jarum jam yang bergerak konstan untuk mencapai detik, akankah ia gantungkan harapan tinggi? Barangkali, bertobat pada Tuhan masih bisa sehingga Dia akan menyelamatkannya. Ah, tidak bisa. Bagaimanapun juga ia tak akan diampuni setelah masuk ke lingkaran iblis.

Setelah ... detiknya habis, Xiumin mendadak ngilu kendati mengingat apa yang telah diperbuatnya. Pasti permainan selanjutnya lebih menyeramkan dan brutal. Lebih banyak tekanan dan darah. Sejenak, Xiumin mengoreksi diri sendiri. Sejak awal, semua ini memang salahnya. Keputusannya untuk mengambil cuti adalah keputusan terbodoh. Justru, demi melindungi teman-temannya, ia seharusnya rela mengorbankan nyawanya tepat sebelum kegilaan ini.

"Saat sudah besar nanti, kita akan tetap saling melindungi kan?"

Xiumin mengerjap. Kenapa memori lama itu terlintas di benaknya? Dulu sekali, Xiumin ingat bagaimana mereka bertiga selalu bermain di bukit desa diam-diam kendati orang dewasa tak mengizinkan. Sebenarnya, tidak ada apa-apa di sana meskipun desa mereka lumayan menyimpan hal-hal kuno yang terus dilestarikan. Orang dewasa hanya takut anak-anak terluka dan menghilang jika bermain di sana.

Tetapi, mereka bertiga bebal. Bukannya ingin mengantarkan diri pada bahaya sih tatkala menyadari perjalanan menuju bukit itu banyak sekali tanah-tanah curam. Sungguh, pemandangan bukit di sana sejuk dan menenangkan. Aroma rerumputan liar menjadi favorit Lay kecil meski tak ada yang tahu mengapa. Dan bagaimana jari-jari mereka saling bergenggaman di atas bukit menjadi favorit mereka. Selalu.

Pada saat pertama kali bermain di bukit, mereka membutuhkan kekuatan ekstra. Namun berikutnya mereka sudah terbiasa dan selalu ingin mampir ke sana. Acap kali Lay pulang, tentu hal pertama yang mereka lakukan adalah mengunjungi bukit dan bercerita apa pun di sana. Sudah menjadi agenda wajib semasa kecil. Bahkan sejauh yang Xiumin ingat, mereka pernah menyimpan kotak time capsule dan menguburnya di bukit tersebut.

Resolve the DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang