7. Mood

241 33 1
                                    



***

"De, mau kemana?", Dea berbalik ketika Ara memanggilnya.

"kantin, Ara ikut?", tawar Dea dengan senyum sumringahnya.

Ara tersenyum, "duluan deh De, gue harus ke perpus. Bu dina udah nunggu", jawabnya.

Dea hanya mengangguk," oke. Semangat buat OSNnya Ra"

Ara hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya kearah Dea. Ara terus disibukkan dengan persiapan OSN Matematika setelah Lebaran nanti. Pasti Bu Dina, pelatihnya telah menunggu Ara.

Dea kembali berjalan menuju pintu, sampai tiba-tiba ada seseorang yang menyenggolnya dari belakang.

"aduh!", tidak ada yang sakit memang. Namun kata itu secara reflek keluar karna keterkejutan Dea.

"De, lo ga papa kan. Gue ga sengaja sumpah", ternyata Keiyfa.

Dea mendengus, kebiasaan Keiyfa memang menabak siapa saja yang berjalan didepannya.

"key, ayolah. Ubah dikit kebiasaan. Kalo tadi didepan Dea jurang gimana. Dea auto tewas dong!", ucap Dea jengah.

Keiyfa hanya menyengir mengakui kesalahannya.

"De, jangan manggil Keifa pakek key dong, gue jadi kebayang-bayang Keyhan", sambung Sheba tiba-tiba.

Dea hanya terkekeh kecil, jujur. Tak enak mendengarnya.

"agh! Fa, gue masih ingat-ingat yang kemarin. Kira-kira dia bakal nyamperin gue ga ya!", Dea memicing mencerna maksud kalimat Sheba.

"emang kenapa?", Tanya Dea hati-hati.

"udah De, gausah diladenin. Sheba lagi kumat", peringat Keiyfa yang sambil tertawa.

Dea hanya menganggu. "yaudah, Dea duluan ya", ucapnya pamit dan lanjuit berjalan menuju pintu.

"oke De", sahut Sheba dan Keiyfa barengan.

Dea merengut kusut. Ini adalah istirahat pertama, seharusnya ia harus ke lapangan futsal untuk melihat pujaan hatinya bermain atau hanya sekedar duduk santai disana. Namun, karna hukuman dari taruhannya dengan Althaf, Dea terpaksa harus menuju kantin di jam istirahat pertama ini.

Dea berjalan lesu, sampai disana sudah ada dua sahabatnya. Kia dan Naysa yang duduk dimeja biasa.

"ekhem, tumben", sindir Naysa membuat Dea makin merengut.

"udah lah De, senyum dulu coba! Semangat menghadapi hukuman di hari pertama", ucap Kia sambil mengacungkan kepalan tangan tanda menyemangati.

Dea kembali menunduk, mengingat ucapan Sheba tadi. Memang, apa alasan Keyhan untuk menemuinya. Apa yang telah Sheba lakukan. Atau jangan-jangan, mereka sudah dekat!

"aghhh!", Dea mengusap wajahnya gusar. Bisa-bisanya ia memikirkan hal aneh siang-siang begini.

"Nay, Ki...", panggil Dea hendak mengutarakan isi pikirannya.

Baru Kia dan Naysa menoleh, tiba-tiba...

"ekhem!", deheman keras bersal dari belakang tubuh Dea. Dea meringgis mendengar itu. Sudah dapat dipastikan, pasti itu Althaf.

"kami gabung ya...", ucap Daffa seenaknya dan langsung duduk dihadapan tiga cewek itu.

"yang nyuruh lo duduk siapa?", sarkas Naysa pada Daffa. Daffa sontak bergidik.

"Raf, Naysa lo Raf", ucap Daffa kecil sambil menyikut Rafqi.

Rafqi tak menghiraukan ucapan Naysa, ia langsung duduk dan diikuti Althaf juga. Naysa memutar bola mata jengah.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang