Chapter 20

3.2K 311 56
                                    


Alen menghentikan mobilnya di halaman depan rumahnya. Dia turun dari mobil dan bergegas membuka kan pintu untuk Xiao Zhan. Dengan hati-hati Alen memapah Xiao Zhan ke dalam rumahnya.

Alen membawa Xiao Zhan ke ruang tengah, mendudukkannya di sofa. Alen menyuruh seorang pelayan membuatkan secangkir teh hangat. Tak lama kemudian pelayan itu datang dengan membawa secangkir teh hangat, Alen membantu Xiao Zhan meminum teh itu.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Alen pelan.

"Aku lelah," jawab Xiao Zhan lirih.

"Baiklah. Selama disini kau tidur di kamar tamu. Tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa."

"Ayo kuantar kau ke kamar."

Alen membantu Xiao Zhan berdiri dan memapahnya menuju kamar tamu. Alen sengaja menempatkan Xiao Zhan di kamar tamu yang berada di lantai satu, karena dia merasa khawatir Xiao Zhan akan merasa kelelahan jika harus menempati kamar di lantai dua.

Setibanya di dalam kamar, Alen membantu Xiao Zhan merebahkan diri di atas tempat tidur. Namun Xiao Zhan memilih untuk duduk bersandar pada kepala tempat tidur. Alen mengambil kursi, memindahkannya tepat di samping tempat tidur.

"Xiao Zhan... Sebenarnya ada apa?" tanya Alen hati-hati.

Xiao Zhan tak menjawab pertanyaan Alen. Xiao Zhan menundukkan kepalanya, tangannya mengelus lembut perutnya yang besar.

"Aku tidak ingin menjadi beban lagi untuk Yibo," jawab Xiao Zhan.

"Beban? Siapa bilang kau menjadi beban untuknya?"

Alen tersenyum, di genggamnya kedua telapak tangan Xiao Zhan dengan lembut. Ditatapnya wajah Xiao Zhan yang terlihat murung.

"Kurasa kau sudah salah paham terhadapnya," ujar Alen lembut. "Dia pernah bilang padaku kalau adalah nyawanya. Kau adalah hidupnya. Jadi mana mungkin kau menjadi beban untuknya?"

Xiao Zhan menengadahkan wajahnya, menatap mata Alen. Mata teduh Alen membuatnya merasa tenang. Terkadang dirinya merasa bingung dengan perasaan yang dia rasakan bila berada di dekat Alen.

Xiao Zhan merasa Alen lebih perhatian dibandingkan dengan Yibo. Bahkan Alen bisa lebih mengerti dirinya. Alen bisa dengan sabar menghadapi sikapnya yang terkadang manja dan egois.

"Xiao Zhan... Yibo sangat mencintaimu. Saat ini kau kan sedang hamil besar dan bisa melahirkan kapan saja. Yibo khawatir jika terjadi sesuatu padamu saat dia tidak berada disisimu," ujar Alen sambil tersenyum. "Kemarahannya kemarin itu karena dia sedang panik. Dia panik karena setelah seharian berada jauh darimu namun saat tiba di rumah kau tidak bisa ditemukannya."

Xiao Zhan berusaha mencerna perkataan Alen. Xiao Zhan mulai bisa mengerti akan kemarahan Yibo kemarin. Raut wajah Xiao Zhan kembali menjadi murung. Dia menyadari bahwa dirinya telah salah paham dengan sikap marah Yibo.

"Sekarang kau mengertikan kenapa kemarin dia begitu marah padamu?" tanya Alen yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Xiao Zhan. "Dia tidak bermaksud memarahi ataupun menyalahkanmu. Dia hanya sedang panik dan khawatir."

"Benarkah seperti itu?"

"Apakah aku pernah membohongimu?"

Xiao Zhan kembali menggelengkan kepalanya karena memang selama ini Alen tidak pernah membohongi dirinya bahkan selalu membantu dirinya. Alen juga selalu bisa mengerti dirinya dan bisa menenangkan dirinya.

Suasana menjadi hening. Tak ada yang berbicara. Tiba-tiba keheningan dipecahkan oleh suara yang berasal dari perut Xiao Zhan.

Kruyuk!!

Kaulah Belahan Jiwa KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang