28. Keinginan Aneh Ika

2.2K 141 7
                                    

Terlihat gadis berkucir kuda itu berjalan ragu ke arah pintu yang berhadapan langsung dengan pintu kamarnya. Matanya terus aktif menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tak ada orang yang tahu aksi gilanya saat ini. 

Dengan ragu Ika menarik handel pintu lalu masuk ke dalamnya. Ia langsung menutup kembali pintu kamar itu.

Si pemilik kamar langsung menoleh saat merasa ada orang lain yang juga berada di kamarnya sekarang.

"Lo ngapain di sini?" tanya Arka dingin.

"Suka-suka gue lah," balas Ika sengit.

"Keluar!"

"Oke. Tapi nanti," Ika melangkah mendekati Arka, ia mendudukkan dirinya di atas kasur king size cowok itu, "sekarang gue butuh bantuan lo," lanjut Ika.

Arka mengendikkan bahu tak peduli. Tangannya kembali bergerak lincah di atas buku catatannya.

Ika mencebik kesal, ia mencoba dengan sekuat tenaga untuk menahan emosinya sekarang, "lo bantuin gue ya?" ujarnya dengan nada memohon.

"Apa?" tanya Arka tanpa menoleh sedikitpun.

"Gue mau ikut olimpiade," ujar Ika lirih, bahkan hampir terdengar seperti bisikan.

"Yang keras!" tukas Arka.

Ika mendesah pelan.

"Lo bantuin gue buat ikut olimpiade,"

"Yang jelas, gue nggak paham," kelakar Arka yang memang tak paham dengan arah pembicaraan Ika.

"Lo bego apa gimana sih?" geram Ika kesal.

"Bukan kayak gitu caranya minta tolong," cibir Arka.

Ika menghela napas pelan, sangat pelan. Karena ia sangat-sangat butuh bantuan cowok itu sekarang.

"Arka, I'm asking for your help. help me to participate in the Olympics next week," ucap Ika berusaha melembutkan suaranya.

"Lo orang Indonesia asli kan? Pakai bahasa Indonesia,"

Ika menatap Arka tidak percaya, pria itu sangat menyebalkan.

"Arka, gue minta tolong lo. Gue mau ikut olimpiade minggu depan," ujar Ika pasrah.

"Terus?"

"Ya lo bantuin gue kek. Gue nggak pernah ikut acara-acara beginian," ungkap Ika kesal.

"Lo yakin mau ikut?" tanya Arka.

"Ya," jawab Ika yakin.

Arka mengangguk mengerti,

"Lo SMP ikut kelas akselerasi kan?" tanya Arka.

Ika mengangguk malas. Ya, ia malas kalau harus membahas tentang kehidupannya di masa SMP, masa yang merupakan awal mula dari kehancurannya saat ini.

"Ya udah,"

"Apanya?!" tanya Ika sarkas.

"Ya kan lo udah pinter. Terus lo minta gue ngapain?"

"Gue mau tanya sesuatu," ujar Ika lirih.

Arka mengernyitkan dahi bingung, tapi ia langsung mengangguk-- tanda bahwa ia siap mendapatkan pertanyaan dari gadis itu.

"Caranya ikut gimana?" tanya Ika ragu.

"Daftar,.."

"Ya jelas lah harus daftar, gimana sih lo?" sela Ika yang mulai mendidih.

"Jangan potong dulu ucapan gue!" tajam Arka cepat.

Ika mengalihkan pandangannya. Tiba-tiba saja ia jadi tak yakin kalau Arka ini benar-benar anak kedua orang tuanya. Bagaimana bisa Tante Vania yang cerewet dan Om Ivan yang hangat memiliki anak sedingin dan semenyebalkan cowok di depannya ini? Apa Arka berada dalam gen lain?

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang