Hari ini kondisi Jimin jauh lebih baik. Dia sudah bisa tidur dengan nyenyak meski belum bisa melupakan keberadaan Taehyung. Rasanya dia ingin kabur dari kota ini. Dia tidak ingin tiba-tiba bertemu Taehyung di minimarket atau di jalan seperti waktu itu. Entah kenapa dia juga tidak ingin bertemu Jungkook. Pemuda itu benar-benar menakutkan saat memberi pertanyaan padanya. Seolah, Jungkook tahu semuanya tentang Jimin.
Sempat terpikir jika Jungkook sebenarnya adalah stalkernya.
“ Silakan me—” suara Jimin tercekat saat melihat dua pengunjung cafe yang ia layani.
“ Jimin-ssi,” panggilnya sambil melambaikan tangannya.
“ O-oh, Hyerin-ssi.” Jimin menyapanya balik. “ Yoongi-hyung, lama tidak berjumpa,” sapanya pada pria yang duduk di depan Hyerin.
“ Mmm... lama tidak berjumpa,” katanya menunjukkan telapak tangannya sambil tersenyum kecil.
“ Eh? Yoongi-oppa kenal Jimin-ssi?” tanya Hyerin terkejut. “ Kalian sudah saling mengenal?” tanyanya lagi.
“ Ya, aku sering datang kesini,” jawab Yoongi. “ Kalian juga sudah saling mengenal?”
“ A-aku juga sering datang kesini.” Hyerin menatap Jimin sembari memaksakan diri untuk tersenyum. “ Ternyata kita bertiga sudah saling mengenal... dunia benar-benar sempit ya,” kata Hyerin bertepuk tangan.
“ Kalian...”
“ Dia adikku,” sahut Yoongi.
Jimin tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu. “ O-oh... pantas kalian mirip.” Jimin tertawa dengan penuh keterpaksaan. “ Si-silakan memilih menu dulu.”Dengan gerakan cepat, Jimin pergi setelah menyerahkan buku menu. Dia masuk ke dapur mencari Hoseok dan langsung memeluknya dengan erat.
“ Ka-kau kenapa?” tanya Hoseok sedikit panik.
“ Hyung... kita harus bicara,” jawab Jimin menyeret Hoseok ke halaman belakang cafe.
Tiba disana, Jimin segera menceritakan kejadian yang barusan ia alami. Hoseok tertawa sangat lepas sampai menangis. Dia memegang perutnya yang terasa sakit.
“ Hyung, jangan menertawakanku.”
“ Bagaimana bisa aku tidak tertawa mendengarnya... kau itu benar-benar. Pesona-mu itu mengerikan. Tidak laki-laki, tidak juga perempuan, semuanya bisa terpesona olehmu.”
“ Aku bisa apa? Aku terlahir dengan pesona itu.” Jimin bersedekap.
“ Jadi, kali ini kakak beradik? Hebat... hubungan persaudaraan mereka bisa hancur gara-gara kau!”
“ Jangan bicara omong kosong.”
“ Aku membayangkan saat mereka memperebutkanmu. Yoongi-ssi menarik tangan kananmu, Hyerin-ssi menarik tangan kirimu. Kemudian mereka bergantian mengatakan Jimin-ssi milikku... tidak, Jimin-ssi milikku. Tidak ada yang mengalah sampai akhirnya ka—”
Jimin membungkam mulut sepupunya tersebut –menatapnya dengan tajam. Hoseok hanya terkekeh saat Jimin melepaskannya.
“ Jadi, kau pilih yang mana?”
“ HYUNG!!!” teriak Jimin membuat Hoseok kembali tertawa.
Jimin hanya melenguh lemah melihat Hoseok yang belum berhenti tertawa hingga beberapa saat.
“ Aku tidak ingin berhubungan dengan cinta lagi,” kata Jimin duduk di pagar kayu bercat putih.
“ Kau takut disakiti lagi?” tanya Hoseok.
Pertanyaan Hoseok membuat Jimin teringat Jungkook. Dia juga menanyakan hal yang sama. “ Tidak ada yang mau merasa tersakiti, hyung.”
“ Bagaimana jika seseorang datang menawarkan cinta padamu? Kau akan menolaknya? Meski dia tulus?”
“ Entahlah. Aku benar-benar belum bisa membuka hatiku untuk siapapun. Hyung tidak tahu ‘kan betapa beratnya menjadi seorang gay? Aku bahkan tidak tahu apakah aku pantas mendapatkan cinta dari seseorang.”
“ Gay juga manusia. Kau dan para gay di luar sana berhak mendapatkan cinta. Mereka berhak menemukan cinta mereka.”
Jimin tersenyum sinis. “ Kehidupan sosial tidak akan membiarkan kami mendapatkan dan menemukan cinta begitu saja. Bagi mereka, kami bukanlah manusia. Hanya karena kami berbeda,” sahutnya kembali masuk ke cafe.
“ Ya, begitulah dunia,” keluh Hoseok kemudian masuk ke cafe mengikuti Jimin.
XXX
“ Oppa, aku tidak tahu kalau kau kenal dengan Jimin-ssi. Aku juga tidak tahu kalau kau sering datang ke Cafe ‘A’... eh? Kenapa kita tidak pernah bertemu disana? pada aku juga sering ke cafe itu.”
Yoongi menyalakan mesin mobilnya, kemudian menatap ke spion untuk memastikan tidak ada mobil dibelakangnya. Ia bersiap menjalankan mobilnya keluar dari tempat parkir.
“ Setiap pagi, saat kau masih kuliah, aku pergi kesana. Akhir-akhir ini aku jarang pergi ke sana karena sibuk.”
“ Ah, pantas kita tidak pernah bertemu.”
“ Hari ini karena aku tidak begitu sibuk, aku mengajakmu kesana. Ternyata kau juga sering pergi ke cafe itu. Bahkan kau juga kenal dengan Park Jimin.” Yoongi menengok sebentar ke arah Hyerin kemudian kembali fokus ke depan.
“ Aku juga baru mengenalnya.” Hyerin memegang kedua pipinya.
“ Sepertinya kau menyukainya?”
“ He? Ti-tidak kok... aku tidak menyukainya.” Hyerin mencoba mengelak. “ Em, entahlah. Aku masih belum tahu perasaanku tapi... saat melihat Jimin-ssi jantungku selalu berdetak kencang. Pipiku juga jadi panas dan aku langsung gugup.”
“ Itu namanya cinta!” Yoongi menepuk kepala adik perempuannya itu.
“ Apa iya?” tanya Hyerin ragu. “ Tapi... aku dengar, Jimin-ssi itu gay.”
“ Hm? tahu dari siapa?”
“ Teman kuliahku... dia dulu satu kelas dengan Jimin-ssi saat di SMA. Dia bilang, Jimin-ssi tidak akan pernah membalas perasaanku karena dia gay.”
“ Kau percaya?”
“ Tidak,” tegas Hyerin. “ Jimin-ssi itu sangat baik pada semua orang. Terutama perempuan. Teman-temannya di cafe juga sangat dekat dengannya tidak hanya pegawai perempuan tapi juga pegawai laki-laki. Aku tidak percaya kalau Jimin-ssi itu seorang gay.”
“ Kita tidak bisa mengetahui orientasi sexual seseorang hanya dari cara bergaulnya saja. Siapa tahu dia bi, siapa tahu dia gay, siapa tahu sebenarnya dia tidak menyukai laki-laki atau perempuan. Bisa jadi.”
“ Tapi...”
“ Siapa nama teman kuliahmu yang bilang Park Jimin gay?”
“ Eh? Ah, Taehyung... Kim Taehyung.”
“ Apa dia pemuda yang bersamamu waktu itu? saat aku menjemputmu di kampus?”
“ Ah iya... dia.”
“ Oh...” Yoongi menunjukkan smirk-nya membuat Hyerin sedikit bergidik ngeri.
“ Oppa... kau menakutkan.”
“ Benarkah? Kau belum pernah melihatku berekspresi begini ‘kan?” Yoongi menunjukkan senyumnya.
“ Oppa tidak cocok kalau tersenyum begitu,” sahut Hyerin.
“ Kenapa?”
“ Menakutkan.”
“ Baiklah. Aku tidak akan tersenyum.”
Hyerin terkekeh melihat kakaknya yang cemberut. Dia berusaha mengembalikan mood kakak laki-lakinya itu dengan menggodanya.
XXX
“ Haattcuuuhhh!!!” Taehyung menggosok-gosok hidungnya yang terasa gatal.
“ Ada yang... sedang... membicarakanmu...”
“ Diam kau bocah!!”
“ Aku bukan bocah!!”
Taehyung menggelengkan kepalanya saat melihat Jungkook berusaha keras berdiri dengan tumpuan kedua kakinya. Meski pada akhirnya dia jatuh terduduk diatas trotoar.
“ Kau itu tidak bisa minum, kenapa nekat minum dengan teman-temanmu? Dasar bodoh!”
“ Diam kau!! Jangan bicara apapun... kalau ... tidak tahu apa-apa.”
“ Satu gelas bir dan kau sudah semabuk ini? lemah.”
“ Aku tidak lemah!!! aku kuat!!! Aku sudah menjadi kuat... karena aku... sudah berjanji melindungi Jimin-hyung dari... orang sepertimu!!!”
“ Sebenarnya apa hubunganmu dengan Park Jimin? Kenapa kau sangat terobsesi ingin melindungi orang seperti dia?” tanya Taehyung ketus. Dia menatap Jungkook sembari bersedekap.
“ Aku... ingin menebus... kesalahanku... dimasa lalu.”
“ Hah?”
“ Saat kau dan teman-temanmu menghajar Jimin-hyung!!! Saat kau dan teman-temanmu menelanjangi Jimin-hyung, menguncinya digudang dan mempermalukannya di depan umum... aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tidak bisa melindunginya... aku... aku bahkan tidak bisa mendekatinya... aku benar-benar lemah. AKU LEMAH!!!! itu sebabnya... aku, ingin jadi kuat. Aku... ingin bisa melindunginya. Aku... harus bisa melindunginya... DARIMU!!!”
“ Kau... menyukai Park Jimin?”
“ KALAU IYA KENAPA???!!! APA YANG SALAH??!!”
“ Menjijikkan... jadi kau itu gay? Yang benar saja!” Taehyung menjauh meninggalkan Jungkook yang masih terduduk di trotoar.
“ Bukan,” sahut Jungkook membuat Taehyung berhenti melangkah. Ia memutar tubuhnya menatap Jungkook. “ Aku bukan seorang gay. Aku hanya menyukai Jimin-hyung.”
Taehyung mengepalkan kedua tangannya. Dengan langkah kaki menghentak, dia menghampiri Jungkook. Taehyung berjongkok –meraih kerah jaket yang dipakai jaket, kemudian berteriak keras.“ JANGAN JADI BODOH DAN GILA HANYA KARENA PARK JIMIN!!!! APA YANG KAU HARAPKAN DARI DIA, HA??!! DIA ITU GAY!! DIA ITU KOTOR, MENJIJIKAN... KAU BERASAL DARI KELUARGA KAYA, KAU TIDAK PANTAS UNTUK PRIA MENJIJIKKAN SEPERTI PARK JIMIN!!! KAU BISA MENDAPATKAN ORANG YANG LEBIH BAIK DARI DIA!!!! BANYAK PEREMPUAN YANG LEBIH BAIK DI LUAR SANA!!!”
Mata Jungkook dan Taehyung saling beradu. Jungkook tersenyum sinis menatap wajah Taehyung yang penuh kemarahan.“ Aku heran kenapa kau begitu membenci Jimin-hyung? Apa yang sudah Jimin-hyung lakukan padamu? Apa hanya karena dia gay? Bukankah seharusnya Jimin-hyung yang membencimu setelah apa yang sudah kau lakukan padanya dulu?”
Taehyung melepaskan Jungkook dengan kasar. Dia berdiri memunggungi Jungkook sembari mengepalkan kedua tangannya.
“ Aku membencinya... aku sangat membencinya. Dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Dia, merebut semua hal dariku... aku benci melihatnya yang selalu tertawa. Aku benci melihatnya yang selalu bersikap baik pada oranglain.”
Taehyung melirik Jungkook dengan tajam. “ Kau bilang ingin melindungi Park Jimin? Lakukan dengan sebaik mungkin. Jika tidak, jangan salahkan aku jika dia mati di tanganku.”
“ Aku tidak percaya kau berani melakukannya.”
“ Kenapa tidak? aku sudah membuatnya menderita perlahan... hanya tinggal membunuhnya. Perlahan juga.”Kali ini, Taehyung benar-benar pergi meninggalkan Jungkook. Dia sama sekali tidak mengindahkan panggilan Jungkook.
“ Ah, sial!” keluh Jungkook berusaha untuk bangkit. Dia memegang kepalanya yang terasa pusing. “ Sepertinya aku sudah membangunkan iblis di dalam diri Kim Taehyung.”
Jungkook berjalan pulang dengan langkah tertatih. Sesekali berhenti karena kepalanya terasa pusing. Mungkin besok dia harus ijin tidak masuk kuliah.
“ Oh, Jungkook-ah... kau, baik-baik saja?” tanya Jimin saat bertemu Jungkook di depan lift.
“ Ah, Jimin-hyung. Mmm... aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing.” Jungkook masuk ke dalam lift mengikuti Jimin yang sudah terlebih dahulu masuk.
“ Kau baru minum?”
“ Iya, sedikit. Hanya satu gelas.”
“ Satu gelas dan kau sudah mabuk? Waw, aku rasa banana milk lebih cocok untukmu.” Jimin memijit pelan leher Jungkook.
“ Iya... aku lebih suka banana milk daripada bir atau soju.”
Jimin tertawa mendengarnya.
Suara lift yang berdenting menunjukkan jika mereka sudah tiba di lantai yang dituju. Jimin mendahului Jungkook keluar dari lift. Keduanya berjalan beriringan menuju apartemen masing-masing.
Jungkook mengamati Jimin yang tengah mengambil kunci apartemennya dari dalam tas ranselnya. “ Jimin-hyung,” panggil Jungkook.
“ Hm?”
“ Apa ada kesempatan untukku mengisi hatimu?”
Jimin terkejut mendengar pertanyaan Jungkook. Hal yang membuatnya takut saat bertemu Jungkook. Beruntung sekarang dia tidak sedang makan atau minum sesuatu.
“ Kau menyukaiku?” tanya Jimin mencoba tenang.
“ Tidak,” jawab Jungkook. “ Tapi aku mencintaimu,” lanjutnya.
Kedua mata Jimin terbuka lebar saat melihat ekspresi Jungkook yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
“ Istirahatlah... sepertinya kau sangat mabuk.” Jimin membuka pintu apartemennya kemudian masuk sembari melambaikan tangannya.
Tubuh Jimin membeku dalam posisi menutup pintu. Dia jatuh terduduk sembari memegang dadanya. “ Tidak boleh... aku sudah berjanji tidak akan berhubungan dengan cinta!” Jimin terus mendoktrin pikirannya. Dia tidak ingin membuka hatinya untuk siapapun. Dia tidak ingin terluka lagi.
Namun ekspresi Jungkook saat mengatakan jika ia menyukai Jimin menghantui pemuda itu. Jimin tidak bisa menghilangkan wajah Jungkook dari ingatannya. Dia sampai tidak bisa tidur karenanya. Meski dia sudah berusaha untuk menghapusnya.
“ Aku benar-benar bodoh.” Jimin menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.AAA...BARU UP~ PADAHAL LIBUR HUHUHUUU...
SEKALI LAGI THANK YOU VOTE NYA ^^
VOTE ITU EFEKTIF UNTUK MENAMBAH SEMANGAT NULIS HEHE~
STAY SAFE SEMUANYA. SEMOGA KITA SEMUA DIBERI KESEHATAN ♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[ONGOING] OUR FIRST LOVE
FanfictionCinta pertama Park Jimin menghancurkan kehidupannya,membuat pemuda itu memutuskan untuk pergi ke kota lain. meninggalkan masa lalu nya yang kelam. Demi menemukan cinta pertamanya,Jeon Jungkook pindah ke kota ini. Pertemuan yang sudah ditakdirkan mem...