Pangeran terlalu takut. Bukannya ia pengecut. Ini hanya soal tujuan yang telah ia rangkai sempurna dengan sang raja.
*****
Kerajaan gelap itu berdiri kokoh. Dengan tumbuhan liar yang menjalar, tak ada sinar, dan dipenuhi atmosfer yang mencekam. Raja dan pangerannya tampak serius membicarakan sesuatu yang baginya perlu. Suatu siasat untuk mendapatkan keadilan. Atau keuntungan?
"Kamu terlalu bergerak lambat pangeran. Terlalu buang-buang waktu!" tukas Raja yang tengah murka di atas singgasana. Pangeran menunduk dalam-dalam.
"Maafkan hamba Raja. Beri hamba waktu sedikit lagi dan semua pasti akan berjalan sebagaimana mestinya." Sang Pangeran tak berani menatap raja yang murka.
"Sampai kapan? Sampai kau jatuh cinta sama tuan putri itu?!" pekik Raja. Pangeran memberanikan diri untuk menatap Rajanya.
"Tidak Raja, hamba tidak akan terjebak dilingkar itu. Percayakan pada hamba, semua akan selesai dengan semestinya. Berakhir dengan adil," jelas pangeran meyakinkan. Raja berdeham pelan, ia berjalan mendekat ke arah pangeran. Menepuk-nepuk bahunya pelan.
"Jadi, sampai kapan semuanya akan kau akhiri?" bisik sang Raja yang sudah tak sabaran. Pangeran diam, tak bisa menjawab. "Lakukan yang terbaik Pangeran, atau saya sendiri yang akan mengambil alih semuanya. Dan bilang saja ini terlalu sulit," lanjut sang Raja. Pangeran tampak gusar.
Hening, keduanya saling menatap.
"Hari demi hari saya agak ragu pangeran ketika kamu berteriak lantang bahwa pangeran tidak akan pernah jatuh cinta dengan sang tuan putri."
Kringg... Kringgg....
Suara alaram dari jam beker itu membangunkan tidur nyenyak Deka. Ia terbangun dengan napas yang menderu, pelipisnya dipenuhi oleh keringat dingin. Sialan, mimpi itu datang lagi! Dan ia selalu setegang ini.
Deka meneguk segelas air mineral yang tersedia dia nakas dekat ranjangnya. Mencoba menetralisir rasa tegangnya. Itu hanya mimpi Deka! Pria itu bangun, merenggangkan tubuhnya. Ia menatap poselnya yang tampak mendapatkan satu notifikasi pesan berisi,
Jangan buang-buang waktu.
Hanya itu, tak kurang dan tak lebih. Deka menghembuskan napas berat. Kemudian ia memilih untuk mandi dan menyegarkan diri. Hidup bisa sekacau ini!
****
Kuna berjalan didampingi oleh Luna, sahabatnya. Dua gadis cantik itu kerap menarik banyak perhatian terlebih para kaum adam.
Mereka berjalan melewati segerombol cowok-cowok di koridor kelas dua belas. Salah satu dari mereka menghadangnya.
"Oh ini yang katanya enak goyangannya?" Kuna langsung menatap pria itu tak percaya. "Hampir semua cowok lo tolak di sini dan berlaga sok suci. Padahal lo nggak ada bedanya sama cewek yang lain," lanjutnya. Kuna masih mencoba untuk mencerna setiap kata.
"Maksud kamu apa?" tanyanya polos. Semua cowok di sana terkekeh.
"Nggak usah sok polos lo!" pekik salah satu pria yang kerap dipanggil Melvin itu. Ia mendekat sambil mengusap pelan pipi Kuna. "Dibayar berapa lo sama Ion buat semalem? Gue bisa kasih lebih kalau lo mau."
Plak!
Kuna langsung menampar keras wajah pria itu. Rahang Melvin langsung mengeras seketika. Matanya memerah padam menatap Kuna dengan bringas. Kuna mundur perlahan saat cowok itu mencoba mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale
Romance"Percaya gak sih kalo cerita cinta dalam dongeng itu bisa jadi nyata?" "Percaya." "Kenapa bisa percaya?" "Karena aku yang akan mewujudkannya jadi nyata, untuk kamu. Bersama kamu." Dia yang selalu berusaha mewujudkan mimpi dan menentang kebenaran yan...