ALI
Aku masih terpaku tepat dimana Jasmine meninggalkanku tadi. Bayangan ketika ia menarik tanganku lalu mengusapkannya di kepalanya sendiri itu terus berputar di kepalaku. Lembut rambutnya, atau bahkan tangannya masih terasa jelas di permukaan telapakku. Beraninya gadis itu memperlakukanku begini!
Aku mengerang tertahan ketika akhirnya tersadar dari lamunanku. Kuremas rambutku gemas lalu berbalik keluar dari perpusatakaan dengan perasaan yang tak terdeskripsikan. Wajahku jelas menunjukkan perasaanku yang tidak baik ini.
"Pak Ali baik-baik aja?" Tanya Bu Mila, salah satu guru magang disini ketika aku baru saja sampai di ruang guru.
Aku meliriknya sebentar, tanpa mengurangi rasa hormatku, aku menjawabnya, "Saya baik-baik aja, Bu. Permisi" meski sebenarnya aku masih kalang kabut entah karena apa, akupun undur diri dari hadapannya.
Akh!
Aku masih tidak habis pikir. Setelah ia mengganggu pikiranku seharian ini, selalu tanpa sengaja bertemu denganku, lalu kejadian di kantin tadi masih mengangguku juga, dan tadi di perpustakaan?
Apa ia sengaja!
Lalu aku harus apa!?
Bukannya menghindarinya yang ada aku malah semakin sering bertemu dengannya. Dan itu tidak baik untuk kebaikan pikiranku ini.
Huh, tarik napas, buang, tarik napas, buang....
Tenang Ali, pasti kamu bisa melewati ini semua.
Baiklah, aku harus lebih berusaha lagi. Lebih baik sekarang aku merapikan barang-barangku dan bergegas pulang. Di rumah mungkin pikiranku akan lebih teralihkan.
- - -
JASMINE
Senyumku belum juga hilang setiap kali mengingat kejadian di perpustakaan tadi.
Mengingat bagaimana wajah yang biasanya galak itu berubah menjadi sangat menggemaskan hanya karena tindakan kecilku sungguh membuat diriku tak bisa berhenti tersenyum. Aku jadi ingin lihat wajah itu lagi. Em..bagaimana ya?
Sepertinya aku harus menyusun strategi untuk itu semua, kan?
Bahkan ketika aku sedang berjalan di lorong menuju gerbang sekolah pun aku masih cengar-cengir seperti orang gila. Hingga Kelza keheranan melihatku.
"Min, lu kenapa sih? Kok dari balik ke kelas tadi lu senyum-senyum gitu? Iih, kerasukan apa lu?!" Ujar Kelza di sampingku dengan wajah ngerinya.
Kutengok ia lalu kubalas, "enak aja, siapa yang kerasukan!?" Dengan nada tidak terima yang kubuat-buat.
"Itu...senyum mulu gak berenti-berenti" katanya sambil menunjuk wajahku yang memang masih samar menunjukkan senyuman.
"Oohh...ya ini karena gue lagi seneng lah"
"Aneh..." gumam Kelza sambil menggaruk rambutnya bingung.
Aku tak menanggapinya lagi, kamipun berjalan bersama menuju gerbang sekolah. Biasanya Kelza dan aku akan bersama menunggu jemputan kami masing-masing di depan gerbang sekolah.
Ketika di persimpangan lorong, tanpa kuduga, kami berpapasan dengan Pak Ali yang sedang bergegas untuk pulang. Mataku dan mata tajamnya sempat bertemu beberapa saat sebelum akhirnya ia putus begitu saja dan berjalan lebih cepat melewatiku.
Sepertinya Kelza menyadari kecanggungan yang dibuat pria itu lalu gadis itu menyikutku, "nah tuh... kok diem-dieman?" bisiknya.
Lantas aku menoleh padanya, semua orang bahkan menyadari sikapnya yang menghindariku, kan. Tiba-tiba sekelebat ide muncul dalam benakku. Baiklah, aku lancarkan misi pertamaku. Membuatnya menganggapku ada. Membuatnya tidak menghindariku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me How To Love You Right
RomanceKetika Jasmine Ardinal, seorang gadis tak tau arah tujuan hidup bertemu dengan Ali si guru dingin yang perfeksionis. Kejadian-kejadian kecil di antara mereka memupuk sebuah perasaan aneh yang masing-masing dari mereka belum pernah rasakan sebelumny...