"Eh jeng liat tu bu Dinda... Sok kecantikan banget ya, ga malu apa udah tua gitu, "
" Iya buk... Pantes ditinggal suaminya, modelnya aja begitu mana ada yang mau, "
" Tapi denger-denger suaminya punya 4 istri sebelum bu Dinda, jangan-jangan pelakor lagi. Ati-ati atuh buk, jangan sampai suami kita jadi korban.
Selentingan gosip yang terdengar ke telinga Dinda, di tanggapi cuek olehnya. Maklum mulut Ibu-ibu yang sedang beli sayuran biasanya sepedas cabe. Si bapak tukang sayur cuman bisa nyengir ga enak sama bu Dinda. Dinda sendiri cuek karena biasanya di gosipin.
"Ini mang uangnya, kembaliannya ambil aja. Kali aja ni yang mulutnya pedes ga bisa bayar dan malah ngutang, itung-itung bisa jd pemasukan abang. "
Bu Dinda berlalu pergi, di sertai dengan cibiran marah Ibu-ibu yang tak terima dengan perkataannya, dan mau di kata apa, dia malah lebih seneng dengan gosip yang beredar. Karena itu menjadi keuntungan dia dan ketiga anaknya.
Sampai di rumah bu Dinda mendapati ketiga anaknya masih tidur. Putrinya yang pertama namanya Ajijah masih tidur dengan tenang tanpa banyak bergerak dan bernapas. Yang kedua bernama Tiara, tidurnya paling lincah, kaki nangkring di atas kepala Ajijah, dan baru saja dia mendorong adiknya Syahla sampai jatuh dari tempat tidur. Adiknya sendiri, udah di dorong masih saja tidur pulas, bu Dinda hanya tersenyum saja dan meninggalkan kamar anak-anaknya. Dia memasak di dapur, menu ala kadarnya sebenarnya dia bisa masak cepet namun sengaja di perlama agar bisa memandang tetangga baru nan ganteng yang sayangnya dah punya bini. Keduanya merupakan artis ibukota, dan Bu Dinda berucap syukur karena bisa melihat keduanya tiap hari. Lumayan buat update status dan pamer di medsos.
"Finally masakan ala diriku selesai. Tahu buldoser, kangkung mercon, ayam kembang api, nasi putih biasa. Sekarang tinggal manggil anak-anak. Lingsir wengi... Ah lama, anak-anak sajen udah siap. Makan gih. "
Bu Dinda duduk tak lama kemudian melayang dari kamar 3 orang anak, dengan pakaian putih, rambut awut-awutan dan mata panda, mereka langsung duduk dan makan dengan lahap. Setelah selesai makan, mereka melayang kembali masuk dalam kamar. Bu Dinda kemudian kembali ke dapur, dan membereskan semua kekacauan ini.
Siang hari Bu Dinda diantar anak tengahnya pergi ke warung, untuk belanja beberapa kebutuhan. Tidak lama setelah mereka sampai, orang-orang langsung berlari ketakutan. Maklum saja penampilan Tiara memang mirip kuntilanak, long dress yang di pakaiannya menutupi kaki, lipstik yang menor karena di tarik ibunya hingga membuat garis seperti darah yang mengucur dari bibirnya, dan matanya yang masih mirip panda, terlebih lagi orang-orang mengatakan kalau keluarga Ambyar di kutuk, makin lengkap lah gosip ga bener akan keluarga ini.
"Kabur lagi mereka, ini sih gegara ibuk. Coba aku ganti baju pasti ga di kira kunti, lagian mana ada setan nongol siang bolong begini. Otaknya pada kagak di pake, "
" Huss...kamu diem aja, biarin malah hidup kita ga terganggu. Udah kamu tungguin sini ibu mau belanja bentar, jangan keliaran ntar ada yang pingsan kayak kemarin."
Tiara hanya menggaguk mendengar wejangan sang ibu. Dia memperhatikan sekitar, banyak warga yang tak jadi ke warung atau pun putar arah karena melihatnya, dia hanya menghela napas, dan memilih mengutak - atik hp nya. Tak berselang lama kemudian masuk notif yang membuat dia terbelalak...