Dulu, tiap kali Ansell begadang di ruang tv sambil mengerjakan tugas atau sibuk bermain game online bareng teman-temannya, Ansell selalu ditemenin sama ayah. Beliau akan duduk disofa sambil nonton bola dan ditemani segelas kopi hitam serta setoples kudapan yang selalu disediakan ibu khusus untuk mereka atau untuk tamu jika ada yang berkunjung.
Tapi kali ini berbeda. Setelah ayah Ansell pergi dengan tenang meninggalkan keluarga kecilnya, tidak ada lagi yang menemani Ansell ketika begadang, tidak ada lagi ocehan-ocehan ayah ditengah malam, tidak ada lagi pertanyaan-pertanyaan absurd dari ayah, dan tidak ada lagi yang bersorak sorai jika tim bola favoritnya mencetak gol sampai membuat ibu tergopoh-gopoh keluar kamar karena terkejut.
Ya, sudah tidak ada lagi.
Tapi tidak apa. Beliau sudah bahagia disana, sudah tidak sakit lagi. Begitu pikirnya.
Iya 'kan ayah?
Dan saat ini, Ansell tengah begadang di ruang tv, ditemani secangkir kopi instan cap hari baik, setumpuk kertas yang penuh dengan coretan hasil karya dosen, dan laptop di atas meja yang menampilkan sederet huruf-huruf yang menjadi penyempurna skripsi.
Iya. Skripsi.
Asli skripsi Ansell kok ini, bukan skripsi hasil copy paste internet, bukan.
Selama lima menit Ansell termenung menatap layar yang menampilkan hasil maha karyanya.
"Bangsat, otak gua buntu!"
"Ansell, ibu denger ya!" teriak ibu dari dalam kamar.
"Eh astaga, iya bu maaf, keceplosan. Kirain ibu udah tidur hehee. " Ansell menepuk bibirnya pelan dan merutuki kecerobohannya.
Tiba-tiba ponsel Ansell yang tergeletak di atas meja menyala dan bergetar panjang pertanda ada panggilan masuk.
NISA SABIAN RAJA BOKEP memanggil...
Begitu yang tertera di layar ponselnya.
Tumben jam segini telpon. Pikir Ansell.
"Halo, apaan?" jawab Ansell.
"Halo ma brother! Santuy dong saaayy jawabnya. Ketus amat lu kek perawan pms hahaha." sahut Bian di seberang sana. Sayup-sayup terdengar dentuman musik yang bisa Ansell tebak kalau temannya itu sedang di tempat hiburan.
"say say mata mu cuk!" umpat Ansell dengan suara pelan.
Ansell bangkit dan beranjak dari tempatnya, berjalan ke arah dapur dan masuk ke dalam kamar kecil."Lu napa bisik-bisik sih? Lu lagi ena-ena sama Sylvi apa gimana?" terdengar suara umpatan dan tawa kencang dari seseorang yang sedang bersama Bian dari seberang sana.
"Anjing, babi, dakjal lu emang. Gua lagi dirumah setan! Kalo ibu denger gua ngomong kasar, abis gua dicabein sama ibu. Cukup sekali gua ngerasain gimana perihnya mulut gua dicabein ya anjir!" umpat Ansell kesal. Kali ini tidak dengan bisik-bisik, karena letak kamar kecil yang ada di dapur cukup berjarak dari kamar ibu, jadi Ansell tidak perlu khawatir kalau-kalau ibu mendengar umpatan tak berakhlak dari mulut Ansell.
"Nah, sekarang suara lu gema. Lu lagi di wc cuk?" Ansell berdecak.
Ini orang kok serba tahu sih? Dia bisa nerawang apa gimana? Pikir Ansell.
"Gua lagi kencing bego!"
"Aaaahh kencing apa coli? Wuahahahahaa."
"Kencing! Dakjal memang lu, Bi!"
"Hahaha.. Santai dong Sell, becanda doang ini hahaha. Eh Sell, sini dong lu, susulin gua sama Galen. Ada bang Abel juga. Eza juga lagi on the way kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Barudak Tampan Squad ✅
FanfictionKehidupan; Persahabatan; dan Asmara. 🚫🚫🚫 - bangtanvelvet lokal - tidak baku - banyak umpatan kasar