Nama gue Aaqila Jenna Zareen, biasa di panggil Jenn sama orang terdekat gue. Umur gue udah 20 tahun, bukan lagi remaja SMA seperti dua tahun silam. Yah, Jenn yang sekarang beda sama Jenn yang dulu. Kehidupan gue berubah setelah kejadian itu. Keluarga gue semua baik. Papa masih mengurusi perusahaannya yang semakin maju. Gue sampai heran sama papa, di umurnya yang udah kepala empat itu masih bisa mikirin soal kerjaan, kadang juga suka lembur sampai jatuh sakit.
" Pa, papa tuh harusnya istirahat aja di rumah. Perusahaan biar saudara papa aja yang urus. Papa tuh udah nggak muda lagi, fisik papa nggak sekuat dulu. Ntar papa sakit lagi gimana?", Itu ucapan gue sehari sebelum papa sakit sampai harus di opname dua hari di rumah sakit.
Dan jawaban papa bikin gue geli, " Jenn, kalo bukan papa siapa yang urus perusahaan. Itu perusahaan papa yang bangun dari awal, nggak ada campur tangan keluarga. Makanya papa kerja keras buat majuin perusahaan itu juga buat keluarga. Papa emang nggak muda lagi, tapi fisik papa masih oke. Kan papa sering olahraga sama Ikhsan. Kamu tenang aja, kuliah yang benar, ini kan baru semester awal. ".
Papa is the best man in the world.
Kalo mama, sekarang udah jadi ibu rumah tangga seutuhnya. Dia udah berhenti jadi koki di perusahaan keluarga. Z.Z Restaurant. Tepatnya satu tahun yang lalu beliau memutuskan berhenti dan lebih fokus sama keluarga, terutama gue. Waktu itu kondisi gue emang memprihatinkan. Butuh dampingan di sisi gue. Gue berhenti kuliah satu bulan. Hari - hari gue nggak jauh dari menyendiri- menangis - kamar - makam - bioskop di GI - dan rumah dia. Tapi, mama selalu ada di samping gue, nemenin gue. Dia yang nguatin gue selain Zee, adik gue.
" Kenapa hidup gue se menyedihkan ini?", Tanya gue di sela - sela tangisan gue yang nggak mau berhenti.
" kamu harus sabar, sayang. Demi dia, kamu harus kuat. Dia pasti sedih kalo liat kamu kayak gini. Kamu harus lanjutin hidup kamu. Masih banyak yang sayang kamu, mama, papa, Zee. Kita semua sayang kamu.", Kata mama sambil memeluk gue.
Satu lagi bagian dari keluarga gue yang sangat gue sayangi, adik gue satu- satunya. Zia Aaqila Zaheer. Sekarang dia bukan lagi anak SMP yang mungil dan polos, sekarang dia berubah menjadi gadis remaja yang cantik, pandai, meskipun tubuhnya masih mungil. Sifat polosnya sudah berubah sejak ia mengenal pria- pria tampan berwajah cantik yang suka menyanyi dan menari di atas panggung itu. Bahkan Zee sudah pandai berdandan sekarang.
" Zee, Lo tuh udah gede, udah SMA kelas dua lagi, masih aja halu sama begituan.", Jenn berdecak kesal setiap kali melihat adiknya itu berteriak heboh saat idolanya itu beraksi di atas panggung.
" Apaan sih,kak. Syirik aja deh, yang penting hati gue masih buat Lian seorang. ", Jawab Zee mantap.
Lian. Terlalu sering ia mendengar nama itu yang membuatnya kembali mengingat kenangannya bersama Dia. Tapi, detik berikutnya gadis itu memeluknya. Dia tahu semua luka yang gue alami selama ini.
" Daripada kakak galau mending ikutan Zee deh stalking cowok- cowok ganteng di Instagram .", Ajaknya.
" Palingan juga cowok cantik idola Lo itu. Males ah gue."
" Ini beda tau, mereka ini yang versi lokalnya, nyata, tapi mereka jauh disana. Zee pengen deh ketemu mereka, Zee tuh udah nge- fans sama mereka dari dulu, tapi belum pernah ketemu, cuma sekali sih.", Curhatnya.
Zee menunjukkan sebuah foto dari ponselnya yang membuatnya tertawa tapi juga sedih dalam waktu yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power of Destiny 2
JugendliteraturMeninggalkan kisah dua tahun lalu, yang mereka lalui dengan kebersamaan dan saling berbagi suka maupun duka. Kini mereka hidup terpisah dengan kesibukan masing-masing. Memulai hidup baru dengan meninggalkan kenangan lama. Kehilangan dan kesedihan t...