2

2 0 0
                                    

Aa, kalian pasti bertanya tanya dari mana aku tau rumahnya. ya, karna aku melihat kartu namanya dan melihat alamatnya. Dan lagi aku pernah sesekali berkunjung di rumahnya. kufikir dia pindah karna sudah lama sekali sejak kelulusan aku tidak melihatnya lagi. Sedih sekaligus lega karna akhirnya aku bisa menemukannya.

Aku tidak tau apa yang difikirkan olehnya sejak tadi. Matanya terpejam, namun alisnya selalu mengernyit dan air matanya terus mengalir, Mungkin ia sangat ketakutan dan syok berat. 'tenanglah yorin, aku disini' batinku

Setelah sampai dirumahnya, aku membukakan pintu mobil untuknya. Ia hendak berjalan sendiri seperti biasa. Gadis yang selalu mencoba kuat walaupun kondisi tubuhnya sama sekali tidak berpihak padanya. Aku melihanya berjalan sempoyongan seperti tidak punya tenaga sama sekali. Ia memijat pelipisnya dan sesaat setelah itu dia terjatuh pingsan. Aku segera berlari ke arahnya, suhu tubuhnya sangat tinggi.

Mungkin ia terkena demam karna syok berat. Tanpa berfikir panjang, aku segera membopong tubuh mungilya dan membawanya masuk. Sangat mudah untuk menebak sandi di rumahnya. karna apapun itu ia akan selalu menggunakan angka kelahirannya untuk password.

Aku membaringkannya pelan di sofa yang hanya beberapa langkah saja dari pintu masuk. Badannya sangat panas, ia berkeringat dan mengigau ketakutan. Segera ku ambil baskom berisikan air hangat dan handuk kecil untuk mengompresnya. Wajahnya sangat pucat, aku sangat tidak tega meiihatnya seperti ini. Seorang gadis yang sangat ceria, dan selalu berhasil membuat semua orang tersenyum bahagia karnanya. kini tengah terbaring lemas di hadapanku.

"wonwoo~ya, selamatkan aku" ia mengigau pelan dengan ekspresi wajah yang ketakutan meskipun ia menutup mata. Dan lagi lagi air matanya mengalir dari ujung matanya. Alisnya mengernyit seperti mengisyaratkan bahwa dia melihat hal yang menakutkan.

Aku mengusap rambutnya pelan, berusaha menenangkannya, dan hal itu berhasil membuatnya tenang. Aku memutuskan untuk menemaninya sampai ia sadar, mungkin ia butuh istirahat sejenak mengingat kejadian tadi itu bukanlah hal yang patut untuk di sepelekan. Ia mungkin berfikir akan mati konyol disana jika aku tidak membuntutinya.

Aku melihat wajahnya yang tengah tertidur, 'cantik...' wajah mungil ini. Entah kenapa sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakannya dan tidak bisa menghapusnya dari ingatanku walaupun aku sudah berusaha keras untuk melakukannya. Tanganku tergerak menyusuri wajahnya.

Mata itu, mata kecil yang selalu memandang sejuk kepada setiap orang. Pipi mochi yang selalu ingin memaksaku untuk mencubitnya. Dan bibir ini. Bibir yang selalu menunjukkan senyum yang indah, bibir yang selalu bisa membuat siapapun berhasil tersenyum karnanya. Aku mendektakan wajahku mempersempit jarak di antara kita dan menempelkan sejenak bibirku padanya. sebuah kecupan singkat yang selalu ingin kulakukan untuknya.

"saranghae, yorin~a"

.

.

.

.

.

Haii, terimakasih sudah berkunjung.

Jangan lupa komen dan vote ya.

Ingat, don't be silent readers ok?

Terimakasih. Tunggu next chapternya ya.

Me And My ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang