Nessa menyantap roti dengan selai kacang kesukaannya. Dia makan dengan tenang. Sesekali melirik pada HPnya yang tergeletak di sebelah piringnya itu. Menunggu pesan masuk dari seseorang.
Mengingat kejadian semalam, kembali membuatnya mengulas senyum. Entah kenapa cewek ini merasa senang ketika Jinan mengiriminya pesan singkat dan memberitahu bahwa dia akan menjemputnya berangkat ke kampus.
Awalnya Nessa menolak, takut merepotkan kakak dari sahabatnya itu. Tapi Jinan tidak menerima penolakan. Dia juga tidak merasa direpotkan. Jadi Nessa dengan senang hati menerima tawaran Jinan.
Dan sekarang Nessa sedang menunggu pesan masuk dari Jinan. Cowok itu bilang akan mengabarinya jika sudah berada di depan rumah.
Nessa melahap suapan terakhir rotinya. Dan belum juga ada pesan masuk dari Jinan. Apa Jinan susah mencari alamat rumahnya? Tapi rumah Nessa dekat dengan jalan raya, yang sudah pasti mudah untuk dicari.
Menghabiskan susunya, akhirnya HPnya berbunyi menandakan ada pesan masuk. Segera Nessa mengambil HPnya, melihat siapa pengirimnya. Dan benar saja, pengirimnya adalah Jinan. Cowok itu sudah berada di depan rumahnya.
Mengambil tas dan dia segera keluar rumah. Dilihatnya mobil hitam terparkir dan seseorang yang bersandar di samping pintu mobil.
Nessa membuka gerbang rumahnya. Menghampiri dan menyapa Jinan ramah. Segera cowok itu memutari mobilnya, melangkah ke arah Nessa dan membukakan pintu mobil untuk Nessa. Diperlakukan seperti itu, Nessa tak bisa menyembunyikan senyumnya. Pipinya pun sudah merah, tapi dia tutupi dengan segera masuk ke dalam mobil.
Saat sedang memakai sabuk pengaman, Nessa dikejutkan dengan suara yang berasal dari bangku belakang. Dengan segera dia menoleh ke sumber suara.
"Hai, Nes!" sapa seseorang di bangku belakang itu.
Jinan yang sudah masuk dan sedang memakai sabuk pengaman itu hanya melihat interaksi dua orang yang berada di dalam mobilnya.
"Chanu?" Nessa terkejut. Dia pikir Jinan hanya menjemputnya sendiri. Dia pikir hanya akan berduaan dengan Jinan. Tapi semua itu hanya ada dalam ekspektasinya saja. Realitanya, ada Chanu juga di sini.
"Kok muka lo gitu sih? Gak suka gue ikut mobil bang Jinan?" tebak Chanu ketus.
Nessa menggeleng. "Ngomong apa sih lo? Sembarangan aja."
Jinan terkekeh mendengar perdebatan dua orang sahabat itu. Dengan lembut, dia melerai. "Udah, udah. Emang nih, Chanu ngotot minta ikut bareng. Padahal gue mau jemput lo sendirian, Nes. Emang adek laknat dia nih."
Mendengar kata laknat keluar dari mulut Jinan, Nessa mengangguk semangat menyetujui. "Bener banget, kak. Emang dia nih bocah laknat. Ngeselin!"
Tidak ada yang berpihak kepada Chanu. Cowok itu melipat tangannya di depan dada. Mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Dan jangan lupakan raut mukanya yang sangat kesal.
(((Yaaa kira kira kayak gitu lah ya😂)))
Melihat Chanu yang seperti itu, Nessa dan Jinan tertawa. Jinan pun segera menjalankan mobilnya, menuju kampus adiknya dan juga.. calon kekasihnya?
***
"Selamat pagi, Sayangku!" sapa Chanu kepada seseorang di telepon yang sudah pasti itu Ayla, kekasihnya.
Mendengar kalimat dan nadanya yang terasa menjijikan di telinga Nessa, cewek itu menoleh ke belakang berniat memukul Chanu yang dengan cepat cowok itu hindari. "Jijik tau gak?!"
Chanu mendelik kepada sahabatnya. "Jomblo diem!"
"Kamu lagi sama siapa?" tanya Ayla di telepon.
Chanu kembali fokus dengan Ayla. "Ini lagi sama Nessa. Berangkat bareng dianterin bang Jinan. Nih orang tua modus mau nganterin Nessa katanya," sengaja dia menekan kata tua, yang dihadiahi lirikan tajam dari Jinan.
"Awas aja nanti kalau gue udah punya pacar!" gertak Jinan.
Chanu tidak segera menanggapi Jinan. Dia lebih memilih menyelesaikan teleponnya dengan sang kekasih. Setelah selesai dan memutus panggilan tersebut, baru dia menanggapi sang kakak.
"Makanya, bang, gerak cepet dong! Nessa udah di deket lo, buruan tembak!"
"Ehh, mati dong gue," ucap Nessa.
"Pacaran yuk, Nes!" ajak Jinan tanpa pikir panjang. Dia sempat menoleh ke arah Nessa yang kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya.
Nessa tampak terkejut tapi dia tetap berusaha tenang. "Ayo!"
Mendengar percakapan dua orang di depannya, Chanu menganga tak percaya. Apa dia salah dengar? Kakaknya ini mengajak orang pacaran seperti mengajak makan saja. Dan anehnya, langsung diterima dengan mantap oleh Nessa. Benar-benar gila.
"Kalian serius?" tanya Chanu masih tidak percaya.
Jinan dan Nessa mengangguk mantap. "Serius!"
Chanu menggelengkan kepalanya sambil meremas rambutnya. "Gila! Kalian gila!!"
Kedua orang yang kini baru saja menyandang status sebagai sepasang kekasih, terkekeh melihat tingkah Chanu. Ah, kekasih ya? Jinan begitu senang dengan sebutan itu. Sedangkan Nessa, dia tidak mau terlalu senang saat ini. Karna pikirnya, mungkin saja Jinan hanya bercanda. Lebih baik dia mengikuti permainan ini. Tentang serius atau tidak, biar waktu yang menjawab. Walaupun sebenarnya Nessa tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri bahwa dia juga merasa senang.
****
Andai mendapatkan pacar semudah itu, aku pasti sudah tidak jomblo 😥
Eh tapi, gue emang gak jomblo kok, cuma lagi LDRan aja. Gue di sini, dia di pelukan orang lain. 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
APOLOGY [hiatus]
Fanfic"Mmpphhh.." "Lephh.. passhh!!" Nessa berhasil mendorong dada Jimin agar melepaskan ciumannya. Jujur saja, Nessa sudah hampir kehabisan oksigen karena ciuman itu. Tanpa Nessa sadari, ternyata Jinan, yang menyandang status sebagai kekasihnya itu melih...