Bandara hari ini lebih ramai dari biasanya, sangat ramai malah. Bagaimana tidak? Katanya ada selebriti yang pulang setelah melakukan single tour-nya, ditambah seorang miliarder yang sedang hangat diperbincangkan baru saja datang dari kota besar New York.
"Eh, eh, permisi."
"Misi, misi."
Lalisa, perempuan cantik dengan rambut gelombang berusia 24 tahun itu sedang berlari-lari menyusuri pintu masuk bandara tergesa-gesa. Ini salahnya karena bangun sangat terlambat padahal sudah memasang sepuluh alarm berturut-turut.
BRUK
"Eh mas, ati-ati dong kalo jalan. Rese banget sih!" umpat Lisa saat terjatuh karena tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang, saat ia mendongak ternyata bukan cuma seseorang tapi laki-laki yang ehm —tampan.
Ko cakep anjir, eh engga-engga, kan tadi uda terlanjur sebel.
"Situ dulu yang nabrak saya," balas Laki-laki itu dengan nada datarnya. Ia mengulurkan tangan pada Lisa, yang langsung ditepis olehnya. Setidaknya orang itu sudah mencoba membantu.
"Lihat dong, koper saya jadi kebuka kan." Lisa merapihkan kopernya, dan mengambil barang yang keluar dari koper itu —hell! Gadis itu belum menyadari gerombolan orang dan wartawan yang ditahan oleh bodyguard orang itu mungkin.
Saat Lisa sedang merapihkan kopernya, laki-laki itu tidak sengaja melihat pakaian Lisa terlempar cukup jauh dari kopernya. Orang dengan bodyguard itu berusaha membantu dengan mengambil dan mengembalikan kain itu padanya, tetapi tidak disangka gadis itu memberi reaksi yang membuat banyak pasang mata melihat mereka dan jepretan kamera yang makin kerap.
"DASAR MESUM!" Lisa berteriak, laki-laki itu memasang muka terkejut dan bingung jadi satu karena tiba-tiba dituduh. Apalagi orang-orang yang melihatnya menggeleng-geleng, mungkin mereka berpikir kaya-kaya mesum juga. Ternyata yang laki-laki itu kira hanya pakaian, adalah pakaian dalam Lisa —astaga, itu hanya pakaian dalam.
"Eh, bukan-bukan," laki-laki tampan itu mengelak saat kewalahan dengan reaksi orang-orang disekitarnya.
"Halah," Lisa berdiri setelah selesai dengan kopernya. "Ngaku aja, rese banget," gadis itu menatapnya puas dan meninggalkannya begitu saja, tidak peduli dengan kerumunan manusia itu. Iyalah, yakali ia mau ketinggalan pesawat.
Laki-laki yang masih menjadi perhatian banyak orang itu segera memakai topi hitamnya dan keluar dari bandara —yang diikuti oleh para bodyguard— nya.
***
"Jadi gimana?" Yoona yang sedang mengucir rambutnya mengintip dari pintu kamar Lisa, memperhatikan adik satu-satunya yang baru tiba satu jam lalu tapi sudah sibuk dengan dunianya sendiri.
Lisa yang sedang mengotak-atik laptop mendongak dan membenarkan kacamatanya, "apanya Kak?"
"Katanya CEO perusahaan mau ganti," balasnya sembari memasuki kamar.
"Ooh, iya," Lisa menjawab seadanya dan melanjutkan kegiatannya.
"Ngerjain apa si Dek? Katanya tadi mau cerita. Sini," ajak Yoona yang sudah duduk bersila di atas kasur Lisa. Gadis itu menoleh mengangguk pelan dan melepas kacamatanya menuju Yoona.
"Engga, tadi pas berangkat, ketemu cowo. Rese parah. Masa nabrak aku ga minta maaf," jelas Lisa memainkan ponselnya.
"Ohh, kirain. Cakep?" tanya Yoona menaik-turunkan alisnya. Melihat itu, Lisa menahan tawanya. "Apaan si kak," kenapa juga kakaknya tiba-tiba tanya orang itu cakep apa engga.
"Apanya yang apaan?" Yoona tertawa melihat adiknya yang mengatupkan bibir menahan tawa. "Itu terus ngapain kaya gitu?" Wanita itu berhenti tertawa dan menunjuk Lisa dengan dagunya. Tapi Lisa hanya menggeleng.
"Cakep," Lisa berkata singkat mengingat muka orang yang tampannya kelewatan. Yoona tersenyum mangut-mangut, "tapi mukanya dingin banget. Kaya ... udah ah kak, males ngomongin orang kaya gitu," lanjutnya bangkit dari kasur dan kembali ke laptopnya.
"Iyee, yauda gue mau ke supermarket. Nitip ga?" tawar Yoona, dan Lisa menggeleng sebagai jawaban.
***
Lisa sudah seminggu di Boston, sejak ia membantu Yoona berkemas untuk pulang ke Indonesia.
"Udah selesai semua ya kak, emang besok pesawat kita berangkat jam berapa?" Gadis itu menghampiri Yoona di ruang tamu yang sedang membaca buku.
"Jam 7," jawabnya singkat. Si bungsu itu mengangguk paham dan ikut duduk. Tapi tidak lama kemudian ada panggilan masuk ke ponselnya.
"Halo?"
"..."
"Iya, lusa juga udah di Indonesia."
"..."
"Engga. Ga bakal telat."
"..."
"Iya-iya bawel banget. Dadah."
Akhirnya Lisa menutup sambungan sepihak telepon orang diujung sana.
"Urusan kantor?" tanya Yoona penasaran, dan Lisa mengangguk, "itu, katanya lusa pengganti CEO-nya dateng."
***
Ting. Tong
"Njirr, Rosi, lo ngapain kesini?" Lisa membuka pintu apartemennya membawa masuk tamu yang pagi-pagi sudah datang.
"Yaa, biar lo-nya ga telat. Kan lo super terakhir kalo dateng." Sahabatnya itu memberikan alasan yang sangat masuk akal, karena meskipun Lisa memegang jabatan tertinggi kedua, ia sangat sering datang terlambat.
"Kan," desis Rose yang melihat Lisa kembali rebahan di sofa.
"Woi bangun, katanya CEO barunya masih muda loh, seumuran kita." Rose menjelaskan sambil mengguncang-guncang kaki Lisa.
"Rosii, gue masih ngantuk tau ga. Ini aja kemaren kesininya malem banget abis dari rumah." Lisa menutup kepalanya dengan bantal sofa. "10 menit," tawar gadis itu yang sepertinya sudah tertidur, Rose hanya menggeleng-geleng kemudian memainkan ponselnya menunggu waktu sepuluh menit Lisa.
***
to be continued
*****
Hai temen-temen!! Jadi gimana ceritanya???
Ini cerita pertamaku, jadi maklum ya kalau alur dan ceritanya rada gimana gitu, hehe.
Makasih yang udah baca. Dan jangan lupa vote dan komen yaa ❤❤
YOU ARE READING
Catch Me! | Taelice
Teen FictionAgak terlalu cepat jika aku sudah punya perasaan ke kamu, sebenarnya. Jadi, aku harap kamu juga jangan lama-lama membalasnya. -Lisa Perasaan Taehyung? Tidak ada yang tau. Bagaimana mungkin meninggalkan orang yang sudah 6 tahun bersama, kan. p.s: Aku...