“Dara? Dara Feodora hadir?”
“Dara masuk kelas tidak?”
Serempak semua murid menjawab. “Enggak, Bu...”
“Kalian ada yang tau Dara ke mana? Sudah beberapa hari Dara tidak masuk. Tidak mungkin kalian teman-temannya tidak tahu dia ke mana.”
“Ke mana tuh si Dara? Kan kalian temen-temennya?” Tanpa ragu Kayanna berteriak kepada geng nya Dara.
Salah satu dari mereka mendelik ke arah Kayanna. Mengancam lewat sudut matanya yang tajam.
“Enggak tau juga, Bu.”
“Temen baik apa temen yang dateng pas butuhnya doang?” Cibir Kayanna.
“MAU LO APA SIH KAY?!” Cindy, ia menggebrak meja seraya bangkit berdiri—ingin menghardik Kayanna.
“Eits, kalem dong, jangan marah-marah gitu kali. Santai aja,”
Cindy semakin tidak bisa menahan amarahnya. Padahal Bu Tari sudah menaruh kedua tangannya di pinggang.
“Udah gila ya lo? Ngajak ribut aja kerjaannya!”
“Keluar kalian berdua! Memangnya kelas ini tempat bertengkar? Keluar sekarang juga!” Tegas Bu Tari disusul suara deritan meja dari keduanya. Kayanna dan Cindy keluar kelas dengan santai. Lumayan, tidak usah mengikuti pelajaran selama dua jam.
“Lo bener-bener gak tau si Dara ada di mana?” Kayanna bertanya seraya memalingkan wajah.
“Lo gak percayaan banget sih jadi orang! Gue bilang enggak ya enggak!” Tukas Cindy. Sudah di luar pun mereka masih beradu mulut.
“Gue nanya baik-baik, anjir! Gak usah nyolot gitu dong lo! Kayak mau ngajak ribut aja.”
“Mau apa lo? Mau gue jambak? Mau lo apa sih, Kay? Buruan ngomong!”
“Mau gue, jauhin Dara. Lo sama geng lo itu jangan kasih pengaruh buruk buat dia!”
Cindy berjalan menjauhi Kayanna tanpa memerdulikan ucapan Kayanna.
“Mau ke mana lo?!” Kayanna menarik rambut panjang Cindy dari belakang sehingga gadis itu mengaduh kesakitan.
“Main kabur-kabur aja. Urusan lo sama gue belum selesai.”
“Lepas!” Cindy menepis tangan Kayanna dari rambutnya.
“Denger ya, Kay. Gue sama temen-temen gue gak pernah kasih pengaruh buruk apa-apa ke Dara. Dia nya aja yang deketin kita-kita.”
“Dia kayak gitu karena ada penyebabnya! Ada pendorong buat dia masuk ke geng lo pada.”
“Pendorongnya dari lo sendiri! Lo pengkhianat Kay! Lo udah ngekhianatin Dara!” Pekik Cindy tak tanggung-tanggung agar semua orang mendengarnya penuturannya.
“Gue bukan pengkhianat! Gue ngekhianatin dia darimana coba? Gak pernah!” Kayanna menyangkal perkataan Cindy. Karena memang, Kayanna tidak merasa telah mengkhianati Dara. Justru Dara lah yang mengkhianatinya.
“Punya otak kan? Lo pikir aja sendiri!”Cindy berlalu membiarkan Kayanna kebingungan seorang diri. Pertanyaannya digantung oleh Cindy. Entah apa yang terjadi dengan Dara Kayanna tidak tahu sama sekali.
Bugh!
“Duh Digo! Udah dua kali lo nabrak gue!” Seru Kayanna kesal.
Yang diomeli malah mengangkat bahunya tak bersalah.
“Lo kali yang nabrak gue?”
“Argh! Tau ah.”
“Lo mau tau sesuatu gak, Kay?” Tanya Digo misterius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verruckte Liebe
Teen FictionBermula dari seorang cewek yang tergila-gila kepada cowok dingin yang masuk ke sekolah barunya. Junior yang apapun kosakata yang ia keluarkan, nada bicara dan ekspresinya tetap sama. D A T A R.