#5. tak pernah kutau ini bisa begitu berarti

4.7K 448 99
                                    

Harapanku akan terus melangit
Berharap dirimu tak lekas berpamit
Apalah daya, takdir menatapku sengit
Mengambil semua tentangmu dan hanya menyisakan sakit.
-yang terdalam.


...




"Hinata...kumohon..." Kageyama terus berharap, di balik pintu yang ia jaga, semoga masih ada waktu untuknya.

Beberapa lama kemudian dokter keluar, menatapnya sendu, berharap pria itu tau bahwa ini semua akan menyisakan pilu.

Kageyama segera mendekat "dok, bagaimana keadaan Hinata?" Ucapnya menggebu-gebu, sang dokter menarik nafas dalam, berusaha kuat agar terlihat baik-baik saja.

"Kau boleh bertemu dengannya." Ucapnya tanpa memberi penjelasan apapun.

Kageyama melangkah cepat untuk masuk ke dalam, menatap Hinata yang sedang menatap langit dengan kosong. Mana? Mana Hinata yang selalu ceria? Mana Hinata yang pantang menyerah?

Seperti satu tangkai bunga di pinggir pantai dan ombak besar hendak menjemputnya. Hinata akan tenggelam, menyisakan Kageyama yang akan terus tumbuh meski bunganya telah jatuh.

"Hinata..." ucapnya sendu, Hinata menoleh, menatap Kageyama dengan gembira, cahayanya menyinari waktu, waktu yang takkan bisa berhenti serta takdir yang sudah menanti.

"Kageyama..." dengan cepat Kageyama mendekap laki-laki itu. Tangis Hinata pecah, dia masih ingin disini.

Beberapa saat tidak ada 1 kata pun yang keluar dari mereka. Hanya saling mendekap, berharap dekapan itu bukan kali terakhir untuk di lakukan. Berharap masih ada waktu yang panjang untuk saling menyimpan sayang.

Hidup memang sering berjalan tak sesuai dengan harapan, tapi kita harus tetap yakin bahwa Tuhan telah menyiapkan hal yang jauh lebih indah dari ini.

Seperti jam dinding yang kehabisan tenaga dari baterai, jam itu tidak bisa di gunakan lagi. Begitu pun Hinata, yang lama-lama akan berhenti sendiri.

Dia senang, walau list panjang yang selalu ia harapkan hanya akan menjadi kenangan. Harapannya masih ada, tapi tidak banyak. Mungkin memang cerita ini harus usai sampai disini.

Menyisakan 1 penyesalan. Penyesalan yang entah kapan akan berakhir. Kenapa? Kenapa harus pergi jika yang sayang padamu masih disini.

"Kau akan sembuhkan Hinata?" Kageyama melepaskan dekapannya kemudian bertanya, memastikan sesuatu yang selalu ia khawatirkan.

Hinata tersenyum "tentu sa..."

"Jujur! Aku tidak akan pernah memaafkan mu jika kau berbohong sekarang." 1 titik air mata jatuh dari mata senjanya. Hinata kalah, sinarnya tidak akan menenangkan siapapun.

Tangisnya pecah, bukan keinginannya untuk pergi, tapi barang kali Tuhan telah menyiapkan tempat yang istimewa untuknya maka itu Hinata tidak di berikan sisa waktu yang lama.

Kedua mata Kageyama membola, kenapa? Kenapa selalu ada pilu yang menunggu.

Dadanya terasa sesak, mana bisa, mana bisa ia kehilangan salah satu orang yang berarti baginya. Hancur, tidak ada hal yang lebih buruk dari ini.

"Sampaikan salamku pada yang lain ya." Hinata memaksakan senyumannya. Hal yang sangat ia sayangkan kenapa Hinata tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya disaat yang sangat menyedihkan seperti ini.

"Kau tidak akan kemana-mana kan?" Hinata menggeleng, sudah cukup ia membohongi dirinya sendiri selama ini bahwa dirinya akan sembuh. Karna nyatanya tidak, penyakit ini tidak se sederhana itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY aLNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang