36

141 10 3
                                    

Laura melangkahkan kakinya di sepanjang trotoar, Laura menatap ke jalan-jalan yg di langkahi.

Awalnya Regan memaksa untuk menghantarkan Laura, tetapi Laura menolaknya. Regan sangat khawatir karena Laura baru sembuh.

Tetapi Laura tetaplah Laura, si keras kepala.

Langkah kaki Laura sampai di sebuah rumah sakit yg sangat besar, tanpa ragu Laura memasukinya.

Sesampainya di dalam Laura langsung mencari ruangan yg ia tuju, dan sampailah Laura didepan ruangan yg ia tuju.

"Laura apa yg kamu lakukan di sini?" Tanya seseorang.

Laura membalikan badannya, Tatapan Laura datar.
Lalu orang tadi menghampiri Laura.

"Lo Ra, bukannya kamu lagi sakit ya? Kenapa kesini? Kamu kangen ya sama saya?".

Dan perkataan terakhir orang itu membuat Laura merasa jiji.
"Ni orang pede nya tingkat tinggi banget, pengen gue Tabok". Laura membatin.

"Dokter Riza, apakah anda tau kenapa pasien ruangan ini tidak dipulangkan?" Laura menunjukkan pintu yg ada dihadapannya.

Lalu dokter Riza menatap pasien lewat kaca. "Kamu kenal orang yg ada didalam?"

Laura menarik nafasnya, ia memenangkan supaya emosinya terkontrol, sumpah jika Laura berbicara dengan dokter Riza, bawaannya marah-marah.

Lalu Laura menatap ke arah lain, mata Laura membulat ketika melihat Aca yg sedang berjalan menghampirinya.
Dengan cepat Laura menarik tangan Dokter Riza untuk menjauh.

Dan sampailah Laura dan dokter Riza di kantin rumah sakit itu, Laura duduk sambil menetralkan nafasnya.

"Kamu Kenapa si Ra? Ada setan apa? Maen narik-narik orang segala". Dokter Riza duduk di sebelah Laura.

"Pasien tadi di obati sama siapa?" Tanya Laura tanpa basa-basi.

"Dia berobat jalan sama saya, emang kenapa?".

"Sebenarnya pasien menderita apa sih?". Laura pura-pura tidak tahu, padahal ia sudah mengetahui keseluruhannya.

"Dia pasien sudah hampir 2 tahun ada di rumah sakit ini". Laura melongo tidak percaya, what 2 tahun?. Berarti aca membohongi teman-temannya selama 2 tahun.

"Dia menderita gagal ginjal, memang dia sudah bisa disebut sembuh tinggal menunggu kesembuhannya 100%. Ia juga bisa di pulangkan, tetapi masalah biaya nya". Jelas dokter Riza.

"Terus Kenapa ia masih ada disini?".

"Biaya pengobatan hampir 100 juta, harga ginjal sangat mahal, jika tidak bisa ditolong hari itu juga, nyawa beliau tidak akan tertolong, untungnya rumah Sakit kami mempunyai persediaan ginjal".

Laura mengangukan kepalanya paham, lalu ia mengambil sebuah amplop berwarna coklat yg tebal.
Lalu ia serahkan ke dokter Riza, melihat itu dokter Riza mengernyitkan keningnya.

"Ini apa?"

"Ini biaya pengobatan pasien"

"Maksud kamu apa Si Ra?" Dokter Riza gagal paham.

Laura menarik nafas dalam-dalam. "Jadi gini, pasien adalah orang tua sahabat saya dan bla bla bla".

Laura menceritakan seluruhnya kepada dokter Riza, sampai sampai alasan ia sakit.

"Tapi maaf saya hanya bisa memberikan itu, tapi tenang aja saya akan mengumpulkan lagi untuk membantu pasien keluar dari rumah sakit itu".

Dokter Riza menggelengkan kepalanya, lalu dengan gemas ia menjitak kepala Laura, yg membuat Laura melotot.

Menolak Kesedihan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang