⚠child - 8⚠

7.4K 445 53
                                    

air dalam bak mandi yang tadinya hangat sudah mulai mendingin. namun suhu tubuh yang menyelimuti dua makhluk adam yang berkemul di dalamnya terasa semakin memanas.

ujung jari haechan memutih, sejak tadi tangannya berpegangan erat pada permukaan bak mandi. lututnya terasa lemas, remasan tangan mark pada pinggangnyalah yang membantunya dapat bertahan menahan bobot tubuhnya sedang kakinya mulai keram. mark di belakangnya masih asik menggerakkan pinggulnya seirama dengan setiap desahan tertahan yang keluar dari mulut haechan.

mengingat sedikitnya waktu yang mereka miliki, mark langsung beraksi memasuki liang istri keduanya itu. melakukannya dengan tempo lambat membuat haechan sedikit geram. dengan payah ia menggerakkan pinggulnya berharap setiap dorongan dari mark langsung mengenai spotnya.

"kenapa terburu-buru sekali?" mark menggigiti telinga haechan dan menjilati bagian dalam daunnya.

haechan menggeliat kegelian. "chenle ingin bermain denganmu, cepatlah". dengan tak sabaran menggerakkan pinggulnya sendiri dan merasakan kejantanan suaminya itu menghantup semakin dalam.

"ugh" mark terlalu menikmati pelayanan suami keduanya. "sabar. aku sedang mengisi tenaga agar bisa puas bermain dengan anakku, setelah dengan suamiku dulu"

pinggul haechan di cengkram semakin kuat oleh mark yang bersiap mempercepat temponya.

"angh" haechan orgasme dan cairannya membuat air menjadi keruh. dia menengadahkan kepalanya dan bersandar pada dada mark.

jari-jari haechan kembali memutih karena mencengkram lengan mark yang memeluk perutnya posesif, menahan tubuh haechan yang kian lemas. haechan tak sanggup membuka matanya, giginya gemeretukan menahan desahan yang mungkin akan terdengar oleh chenle.

haechan kembali sampai dan tubuhnya benar-benar hanya mengandalkan mark untuk menopangnya. bahunya sudah terasa cukup perih karena mark tak hentinya menggigiti dan meninggalkan tanda.

"jangan keluar di dalam," peringkat haechan di iringi desahan kecil yang semakin tak tertahan.

"kenapa? chenle sudah cukup umur untuk memiliki adikkan?" goda mark. ia merasa penisnya membengkak dan siap menyemprotkan bibitnya pada haechan lagi.

"tolong, mark," ucap haechan bergetar. tangannya mengelus lengan mark yang makin terlihat otot-ototnya.

mark menghentikan kegiatannya, mendudukan diri dan memeluk haechan dengan lembut, "kau tak ingin memiliki keturunan dariku lagi?" suaranya terdengar kecewa.

"bu-bukan begitu.." haechan menundukkan kepalanya. menghentikan usapan tangannya pada lengan mark.

"kau meragukanku? masih mengkhawatirkan hari kemarin?"

haechan mengangguk, lalu menggeleng. "mark, dengarkan aku" dengan hati-hati ia mengangkat pantatnya yang masih terhubung dengan mark dan berusaha membalik tubuhnya.

mark membantu mengangkat tubuh mungil istri keduanya itu dan membuatnya kembali nyaman dengan pelukannya. air semakin terasa dingin, ujung jari keduanya mulai mengeriput. tapi, pikiran haechan semakin memanas memikirkan bagaimana menyampaikan pemikiran yang menggangunya tiga tahun ini.

haechan mendongak, mengelus dagu suaminya yang mulai di tumbuhi janggut tipis. "ini akan sangat sensitif tapi aku mohon kau tidak memutusnya"

"baiklah" mark mengiyakan dan mengecup sekilas bibirnya berwarna merah muda berbentuk hati tersebut. haechan memejam menikmatinya.

"aku dapat meyakinkan diriku sendiri bahwa kau melakukan apa yang kau rencanakan. termasuk menikahiku, lalu memiliki keturunan yang banyak. aku sangat percaya dengan kemampuanmu, mark. percayalah"

hikesunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang