12. Kompak

46 17 16
                                    

Sebelum baca klik bintang dulu yuk^_^
🌟🌟🌟

Happy reading❤❤
^
^
^
^
^
^
^

Hari ini adalah hari Senin. Hari yang paling tidak disukai oleh sebagian siswa. Yah, kalian know lah hari Senin itu identik dengan yang namanya Upacara Bendera. Bukannya tidak menghormati, tetapi karena pembina upacara yang berucap panjang kali lebar ketika menyampaikan amanat dan hal-hal yang disampaikan itu itu saja.

Dhisty berjalan agak tergesa-gesa menuju kelasnya karena ia melihat sudah banyak siswa siswi yang berbaris di lapangan. Dan benar saja, saat ia sudah sampai di kelas tidak ada siapa pun di sana. Dengan cepat ia keluar kelas menuju lapangan untuk berbaris mengikuti Upacara Bendera.

Sungguh hari Senin yang menyebalkan karena cahaya matahari cukup terik. Keringat telah membasahi wajah manis Dhisty. Beberapa kali gadis itu menyeka keringatnya yang mengenai pelipisnya.
Dhisty saat ini berada di barisan paling belakang dikarenakan ia agak telat ke lapangan tadi. Saat menoleh ke samping kanannya, ia dapat melihat jelas cowok yang tak asing lagi baginya berbaris di barisan paling belakang juga, sama seperti dirinya. Ini karena kelas 11 IPA 1 berdekatan dengan 11 IPS 1.
'Kok akhir akhir ini gue sering liat dia ya'  batinnya.

                   
                       ****

Pak Ari selaku guru fisika sedang mengajar di kelas 11 IPA 1. Beliau tampak enjoy saat menjelaskan materi tentang momentum.

"Baik, sampai di sini dulu pelajaran kita hari ini. Jangan lupa kumpulkan tugas yang sudah bapak beri tadi."  bertepatan dengan selesainya Pak Ari berbicara, bel istirahat berbunyi nyaring. Pak Ari pun segera melangkah keluar kelas.

Senyum sumringah terpancar jelas di wajah siswa siswi yang sedari tadi menahan lapar. Mereka segera berhamburan keluar kelas.
Dhisty membereskan buku-buku dan alat tulisnya yang ada di atas meja, kemudian ia mengeluarkan kotak bekal berwarna biru yang ia taruh di laci.

"Guyss hari ini kita nggak usah ke kantin. Bunda nyuruh gue bawa ini, lumayan banyak kok."  katanya setelah membuka kotak bekal.

Nishwa yang duduk di sebelah Dhisty melirik apa yang di bawa oleh sahabatnya itu, begitu pun Maurel yang ikut menoleh ke belakang. Mata mereka berbinar melihat brownis cokelat dengan topping keju di atasnya dan juga bolu pisang yang wanginya sangat menggoda indra penciuman.

"Ya Allah aromanya Dhis..."
Maurel tampak menikmati aroma bolu pisang sambil memejamkan matanya.
Dhisty hanya terkekeh melihat tingkah Maurel.

"Oh iya gue bawain ini juga buat kalian." Maurel mengeluarkan tiga botol susu cokelat kesukaan mereka bertiga dari dalam paper bag miliknya.

"Eittss, gue juga ada nih,"  Nishwa tampak mengambil sesuatu di dalam tasnya.

"Tadaaaa..."  ucapnya setelah mengeluarkan tiga bungkus cokelat chunky bar.

"Ettdahh, ada angin apaan nih kok kita bisa sama-sama bawa something?" 

"Kontak batin kali, atau-"

"Kita sehatiii"  sambung Dhisty cepat dan berhasil membuat tawa mereka bertiga pecah.

"Met makan sayang-sayang quu."

'Bahagia gue itu sederhana.'

                       ****

Kedua sahabatnya sudah lebih dulu pulang darinya dikarenakan hari ini ia ada jadwal ekskul. Dhisty mempercepat langkahnya menuju Lab IPA.
Tepat di ujung koridor ia tak sengaja menabrak tubuh seseorang.

"Duh maaf, gue nggak sengaja soalnya mau buru-buru ke Lab."  Dhisty meminta maaf dengan wajah yang masih menunduk.

"Hmm" 

Dhisty mendongakkan kepalanya melihat orang itu dan ia sedikit terkejut saat menyadari bahwa yang ia tabrak itu, Arvan.
Dengan cepat ia mengubah ekspresinya menjadi datar.

"Lo lagi,"  tunjuknya ke arah Arvan.

"Kenapa?"  tanya Arvan dingin.

"Kenapa sih akhir-akhir ini lo sering liatin batang hidung lo ke gue?"

Arvan menaikkan sebelah alisnya.
"Dih situ kali yang selalu liatin gue,"  balas Arvan datar lalu melenggang pergi begitu saja.

Perkataan Arvan barusan berhasil membuat Dhisty emosi.
"Cihh, nggak guna banget gue liain lo!"  decihnya lalu melanjutkan perjalanannya menuju Lab.

"Woi Dhis, tungguin gue dong."  Dhisty menoleh ke belakang dan mendapati Gilang yang sedikit berlari ke arahnya.

"Gue kira lo nggak ekskul,"  ucap Dhisty saat Gilang sudah sampai di depannya dengan napas yang tersengal-sengal.

"Liat Arvan nggak?"
Dhisty mengedikkan bahunya acuh lalu melengos dari sana. Mendengar nama itu membuatnya kembali emosi.

"Elaahh bocah, baru juga gue samperin malah pergi lagi."













                        ~♡~


Huiiii😙
Ada yg nungguin cerita ini gak?
Kalo ada alhamdulillah
Kalo gak ada ya udah deh gpp😅

Trimakasi buat yg sudah baca cerita ini yang rada rada gaje gitu:v
Tapi bintang nya jangan lupa ya trus komennya juga hihihi:)

Bye bye
❤❤❤

Senja Terakhir (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang