.
.
.
.
🎃
So wheneveryou ask me again
how I feel
Please remember
my answer is you
🎃
.
.
.
.🎃
Jaehyun menyimpan hpnya kasar, satu notif yang ia dapat membuat suasana hatinya memburuk.
"Maaf Jae, aku tidak bisa datang"
Sudah tiga jam lamanya Jaehyun menanti dengan perasaan resah dan khawatir karena seseorang yang di tunggunya itu belum juga muncul tanpa kabar. Setelah satu notif itu muncul, semuanya terjawab sudah. Untuk yang kesekian kalinya dia tidak bisa menemuinya.
🎃
Doyoung melangkahkan kakinya berat. Terpaksa dia harus melakukan ini. Ini semua keputusan kedua orang tuanya secara sepihak. Doyoung tidak bisa menolak, bagaimanapun juga keputusan ayahnya selalu mutlak.
"Doyoung, ini Sejeong. Dia yang akan kelak menjadi calon istrimu"
Doyoung tersenyum tipis, muak dengan pemaparan ayahnya. Selama hidupnya Doyoung selalu terkekang dalam ruang lingkup aturan yang dibuat oleh keluarganya. Apapun keputusan ayahnya tidak akan pernah bisa ia tolak.
Gadis yang kini sudah duduk dihadapannya itu hanya tersipu malu, tersenyum dengan anggun. Tidak, Doyoung sama sekali tidak tertarik.
Ini hanya perjodohan bisnis yang dibuat oleh kedua pihak keluarga, Doyoung hanya perlu mengikuti alur yang sudah diatur oleh keluarganya, apa boleh buat, Doyoung hanya perlu bersabar.
Doyoung masih terdiam, tidak merespon sama sekali, tatapannya datar, seolah tidak ada yang menarik.
"Baiklah, Papa anggap kau menyetujui perjodohan ini"
Kedua belah pihak keluarga saling mengangguk, dan meninggalkan Doyoung dan Sejeong yang masih dipenuhi oleh kecanggungan.
Doyoung sesekali melirik ponselnya, pikirannya masih tidak fokus dengan perjodohan ini, masih ada seseorang yang mengganggu pikirannya. Dilihatnya kembali pesan terakhir yang pernah dia kirim, tidak ada balasan, Doyoung cemas. Apakah orang yang sedari tadi menunggunya masih berada di tempat yang sama? apakah orang itu sudah membaca pesannya? Apakah dia.. pikirannya masih kalut dengan seseorang yang sudah lama ingin di temuinya.
"Hai, aku Sejeong" Sejeong menghampiri Doyoung yang masih mematung menatap ponselnya
"Aku sudah tau" Jawab Doyoung datar tanpa mengalihkan pandangannya. Doyoung menyimpan ponselnya pada saku celananya, lalu
"Maaf, aku harus pergi" dia melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan Sejeong yang terlihat kesal karna sifat dinginnya.
"Tunggu!"
Doyoung merasakan tangan Sejong meraih lengannya, dia menghentikan langkahnya sejenak, lalu menoleh menatap Sejeong
"Lepaskan!" Responnya dingin. Sejeong yang merasa raut wajah Doyoung begitu menyeramkan membuat tangannya perlahan melepaskan genggamannya.
"Aku ini calon istrimu!" Lanjut Sejeong sedikit berteriak karena kesal.
"Lalu?"
"Tidak bisa kah kau sedikit ramah kepadaku?"
Doyoung hanya tersenyum tipis seolah meremehkan, dia tidak ingin membuang buang waktunya untuk mengurusi wanita yang baru saja di temuinya, Doyoungpun pergi meninggalkan Sejeong tanpa sepatah katapun yang tuntas membuat Sejeong semakin kesal.
🎃
Sejeong benar benar ingin marah pada saat itu, tapi ia menahan dirinya. Walau bagaimanapun juga, perjodohan inipun dia sendiri yang menginginkannya. Sejeong sudah memaksa kedua orang tuanya untuk menjodohkan dirinya dengan Doyoung. Karena sudah sejak lama sekali Sejeong diam diam menyukai Kim Doyoung, anak dari rekan bisnis ayahnya yang sebentar lagi akan mengambil alih perusahaan keluarga Kim. Beruntunglah karena kedua belah pihak keluarga akan saling menguntungkan jika keluarga mereka menyatu. Sejeong sangat senang mengetahui jika keinginannya akan terwujud. Tapi tidak setelah dirinya menemui sessosok Kim Doyoung yang sesungguhnya, nampaknya Doyoung bukanlah orang mudah untuknya.Hingga pada akhirnya kabar sifat Doyoung yang mengabaikan Sejeong terdengar oleh kedua pihak keluarga. Tentu saja itu karena Sejeong yang mengadu karena sikap Doyoung yang tidak begitu ramah terhadapnya.
🎃
Doyoung memarkirkan mobilnya sembarangan, lalu bergegas keluar dan membanting pintu mobilnya karena dirinya langsung berlari memasuki cafe. Pukul 11:30 malam, Cafe ini sudah sangat sepi, tapi Doyoung tetap bersikeras ingin mencari keberadaan seseorang.
Mata tajamnya tidak berhenti untuk memfokuskan penglihatannya dan mencari kesegala arah sudut Cafe yang meskipun sudah terlihat sepi tapi ternyata masih ada beberapa pelanggan yang menikmati jamuan malam di Caffee tersebut.
Didapatinya seorang pria dengan setelan casual khas dirinya, hanya sebuah T-shirt hitam dan jaket denim yang terlihat begitu cocok dengan tubuh dan parasnya. Doyoung tersenyum lega sekaligus khawatir, pria itu masih menunggunya.
"Jae!" Doyoung berlari dan menghambur kedalam pelukan seseorang yang baru saja dipanggilnya.
"Hyung!?" Jaehyun yang sudah mengetahui jika Doyoung tidak bisa menemuinya begitu kaget setelah mendapati orang itu yang sekarang tiba tiba sudah ada dalam pelukannya.
"Kenapa kau masih menunggu!? Apa kau tidak membaca pesanku!?" Omel Doyoung tiba tiba, Jaehyun dapat menemukan ada seberkas kekhawatiran dibalik omelan itu. Jaehyun mengulas senyum, merasa senang karena orang dihadapannya itu sudah mengkhawatirkannya.
"Karena aku tau kau akan datang, Hyung" Jaehyun memandang hangat sosok lelaki di hadapannya itu, keduanyapun saling tersenyum. Jaehyun kembali membawa Doyoung ke dalam pelukannya.
"Aku merindukanmu, Jae hyun" Doyoung semakin mengeratkan pelukannya, Jaehyun hanya meresponnya dengan senyuman hangat yang sudah mengembang di wajahnya.
Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sudah diam diam mengawasi keduanya. Apakah semuanya akan baik baik saja setelah ini?
🎃
TBC.
🎃
Lanjutkeun tidak?
Niatnya mau dibikin wansyut, tpi...
Entahlah 🙈Makasi btw buat kalian yang udh baca, vote, sama komen.. gara gara kalian aku jadi ketagihan nulis 😭