Pagi ini Dara sudah rapi dengan jas Almamater yang super wanginya, wajahnya yang fresh dan juga cantik, siapa yang tak jatuh dengan pesona Dara yang begitu memikat. Lelaki - lelaki disekolahannya pun banyak yang selalu mengajak Dara pacaran, tetapi sikap Dara yang cuek sama seperti Sasha membuat para lelaki berfikir dua kali untuk mengajaknya pacaran dan juga Dara adalah kekasih Bagas.
"Dara! Makan yang bener, jangan buru - buru gitu, gak akan telat, ini masih pagi," Ujar Sasha melihat anak gadisnya makan dengan terburu - buru.
"Bunda, yang namanya orang lapar itu tidak bisa di lama - lamain, nanti keburu mati gimana?"
Sasha memutar bola matanya malas. "Ck! Udah punya pacar, gak malu ya?"
"Biarin! Udah ah! Males Dara bahas Bagas! Dara benci Bagas, Dara gak mau liatmuka Bagas, Dara benci dia!" Jengkel Dara dengan air mata yang tiba - tiba keluar.
Sasha menghampiri anaknya dengan wajah yang khawatir. "Loh, kok nangis? Kamu lagi berantem sama Bagas,"
Dara menyeka air matanya dan menggeleng. "Bunda, Dara tuh gak cinta sama Bagas, kenapa sih? Kenapa Bagas malah tembak Dara?"
"Kok kamu ngomongnya gitu? Bagas baik loh sama kamu, gak boleh kamu gituin Bagas,"
"Tapi Bunda gak tau Bagas kaya gimana kalo ke Dara!" Ucap Dara yang tambah menangis, Sasha memeluk anaknya dengan kasih sayang.
Tiba - tiba, Selatan datang dengan wajah yang lelah, tetapi ketampanannya tak pernah hilang. "Loh mas? Udah di rumah aja? Mama sama siapa disana?"
"Ada ayah, kamu kenapa nangis kak?"
Dara menyeka air matanya, tak mau papa-nya melihatnya menangis. Sasha tersenyum meledek. "Biasa mas, anakmu plin - plan, katanya gak cinta sama Bagas,"
"Papa kan udah bilang, jangan pacaran dulu, masih aja ngeyel,"
Dara semakin tersiak, jika diperhatikan oleh Selatan dan Sasha, anak gadisnya ini anak yang berperasaan, jika ada yang membentaknya, ia langsung sakit. Padahal Selatan selalu menyuruh Dara untuk menjadi gadis yang pantang menangis. "Kok malah tambah nangis? Gak malu sama adeknya yang diperut?"
"AHHH! PAPA SAMA BUNDA SAMA AJA! GAK NGERTIIN DARA!"
"Hus! Kok teriak - teriak, anak gadis gak boleh gitu," Ucap Sasha mengingatkan.
Ponsel Dara berbunyi, nama Alvi tertera disana, Dara tersenyum senang ketika mengetahui Alvi menelfon nya. "Hallo? Kenapa Nih telfon - telfon? Kangen gue?"
"Ck! lo udah berangkat? Mau bareng kagak?"
"Hah?! Boleh kok boleh, kan si Bagas kagak suka tuh jemput gue, lo aja ayo jemput gue,"
"Shit! Giliran jemput aja semangat lo! Giliran gue minta tolong uh! Alesannya banyak amat,"
"Bodo amat! Jemput Vi!"
"Yeuuu lo kal-"
Dara tertawa kencang berhasil membuat Alvi kesal. Sasha dan selatan melihat putrinya tertawa kencang setelah menangis langsung merinding. "Dara! Kenapa kamu ketawa?" Tanya Sasha.
Dara langsung diam. " Alvi mau jemput Dara, hehe,"
"Alvi mana? Papa kok gak tahu?"
"Itu mas, Alvi anaknya Erlangga," Jawab Sasha.
"Oh, kamu berteman baik dengan Alvi? Papa setuju,"
Dara mengangkat bahunya acuh tak acuh, tanpa disadari oleh ketiganya, seorang asisten rumah tangga di rumah itu tersenyum terharu melihat harmonis nya keluarga Naomi ini. Sebelum ia bekerja di keluarga Naomi ini, ia bekerja juga disalah satu keluarga terpandang, tetapi ia tak pernah melihat keharmonisan seperti yang dilakukan keluarga Naomi ini, tetapi ia selalu mendengar suara bertengkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara & Elang
Teen FictionDara tahu bagaimana rasanya berjuang dan jatuh. Dara pernah berjuang untuk kekasihnya, tetapi yang Dara dapat hanyalah amarah. Cinta itu sebuah proses yang memakan waktu. Dara telah banyak memakan waktu hanya untuk memperjuangkan cintanya yang tak t...