Chapter 8: Cemburu

669 77 27
                                    

Ara semakin dibuat resah oleh situasi ini. Besok adalah hari pernikahannya, sedangkan dua hari setelahnya, ia harus pergi ke Singapur. Bagaimana ia mengatakannya pada Rey?

Ia terus saja merapal'kan doa-doa juga dzikir untuk meminta bantuan pada Allah dan agar hatinya tenang. Hingga-hingga ia menabrak dada bidang seseorang.

Ara terpekik kaget, "aduhh.." Ara lalu mendongak dan ia terlonjat kaget, ia memundur'kan langkahnya.

"Kamu ngapain ngelamun sih ra?" tanya lelaki itu-- Rama, seniornya-- Ara hanya menggeleng saja, sembari merapikan khimarnya.

"Kok kamu sendiri? Biasanya sama Felly,"

"Ah iya, Felly lagi di toilet tadi," Rama hanya mengangguk saja, Ara ingin berpamitan untuk pergi, namun belum ia berbicara Rama sudah angkat bicara.

"Ara, bisa bantu saya?" Ara mengernyit'kan keningnya heran, Rama ini selain seniornya, ia juga ketua Rohis, Ara cukup mengenalnya dengan baik.

Rama yang peka akan perubahan raut wajah Ara pun tersenyum sejenak, lalu berkata,"ada tugas diperpus, kamu bisa bantu saya'kan?"

Ara nampak menimang-nimang, tadinya ia ingin ketaman untuk menenangkan jiwanya, tapi mungkin keperpus membantu Rama itu pun bisa membuatnya lupa akan masalahnya.

"Boleh kak, ayok!" Ara berjalan mendahului Rama, dirinya terlihat antusias. Rama terkekeh saja sembari mengikuti Ara.

***

"Kakak mau cari buku apa?" ucap Ara sembari melihat-lihat buku diperpus. Semenit kemudia Rama menjawab, "buku cara mengikhlas'kan seseorang"

Jawaban itu membuat Ara terpekik kaget. Sedang'kan Rama nampak biasa saja dan datar. Ara mencoba mencerna ucapan Rama.

"Kakak lagi patah hati ya?"

Rama terkekeh saja. Ara semakin bingung dengannya. Rama menatap Ara sendu. "Iya, apa kamu mau mengobati hati saya?"

Deg.

Ara tersentak. Baginya lelucon Rama tak lucu. Ara mengerucut'kan bibirnya, sedang'kan Rama masih menatap Ara datar.

"Kalo aja nih ya, megang orang yang bukan mahramnya itu nggak dosa, udah aku cubit tuh pinggang kakak"

Omel Ara lalu melipat kedua tangannya didepan dada. Ara semakin kesal saja dengan Rama. Ingin sekali ia mencubit kakak seniornya ini.

"Kalo gitu jadi'kan saya mahram mu."

Deg.

Ara melepas lipatan tangannya. Ia menatap Rama tajam, sedang'kan Rama nampak biasa saja. Ara menghentak-hentak'kan kakinya beberapa kali.

"Udah deh kak!"

"Kenapa udah? Saya serius kok" mata Ara membulat sempurna. Apa Rama benar-benar serius? Ia mencoba mencari kebohongan Rama, tapi sepertinya Rama pandai menyembunyikan kebohongannya, atau bahkan, ia memang tidak berbohong.

"Ck. Saya serius Ara. Kamu mau kan mengobati hati saya yang patah? Hm?" Rama berucap begitu lembut, seolah ingin meyakin'kan Ara akan ucapannya.

"Suruh aja orang yang udah buat patah!"

Ara menjawab dengan ketus. Ia risih bila digoda seperti ini. Yang ia tahu, Rama termasuk orang yang humoris, jadi ia menganggap semua perkataan Rama tadi hanyalah lelulocon, atau Ara memang tidak peka?

"Kalau begitu saya betul telah memintamu mengobati hati saya, tapi mungkin kamu tidak bisa."

Ara menatap Rama. Arah pembicaraan mereka mulai kemana-mana. Oke, Ara bukanlah gadis yang polos, ia peka. Dan yang dimaksud Rama ialah dirinya.

Jodohku Ya Kamu[Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang